Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Dominasi Gerakan Salafi di Pogung Dalangan Yogyakarta Ahmad Faaza Hudzaifah; Muhammad Wildan Syaiful Amri Wibowo
Nuansa : Jurnal Studi Islam dan Kemasyarakatan Vol 16, No 1 (2023): Juni
Publisher : Universitas Islam Negeri Fatmawati Sukarno

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29300/njsik.v16i1.11237

Abstract

Salafism is more and more interested byIndonesian’s muslims, specifically in Yogyakarta. The writer gets one of core of salafi studies in Yogyakarta namely Pogung Dalangan region. There are two cores of religion studies namely Pogung Dalangan Mosque (MPD) and Pogung Raya Mosque (MPR). This article explain how Yogyajartas salafi actors do spread their religions doctrine. Theory used is Pierre Bordieu’s theory which is concepts of nigasi, arena,modal,doxa and heterodoxa. Author will view some important things which want to solve in this article. The result of this research is Salafis domination in Yogyakarta producing  integration and acception by Pogungs civilians. Refering on Bordieu principals theory, domination can occur because of four principals. First, Economic principal, salafi movement has mosque which can be used as da’wah means. Foundation has strength in economic because it is supported by strong enough donors. Second, Cuture principal,  Salafi actors always capaign and purify Islam doctrine. Thirth, social  principal, salafi movement in Yogyakarta is connected Global Salafi movement. Arabs fund support and strong network in Indonesia create salafi in Pogung as deep-rooted religions authority. Fourth, Symbolic principal, salafi actroy with “middle east label” make people more trustingSalafi, semakin hari kian banyak diminati masyarakat muslim Indonesia, terkhusus di Yogyakarta. Penulis menangkap salah satu pusat kajian Salafi di Yogyakarta yakni daerah Pogung Dalangan. Terdapat dua pusat pembelajaran keagamaan yakni Masjid Pogung Dalangan (MPD) dan Masjid Pogung Raya (MPR). Tulisan ini akan melihat bagaimana tokoh-tokoh Salafi Yogyakarta melakukan penyebaran paham keagamaan mereka. Pendekatan yang digunakan memeakai teori Pierre Bordieu yakni konsep unigasi, arena, modal, doxa dan heterodoxa. Penulis akan melihat beberapa hal penting yang ingin dipecahkan tulisan ini. Hasil penelitian ini adalah Dominasi Salafi di Yogyakarta terbukti melahirkan integrasi dan penerimaaan di masyarakat Pogung sendiri. Jika merujuk pada teori modal Bordieu, dominasi terjadi dikarenakan mereka memiliki empat modal. Modal Ekonomi yakni gerakan Salafi memiliki masjid yang bisa digunakan sebagai sarana dakwah. Yayasan kuat secara modal ekonominya dikarenakan ia disokong banyak donatur baik dari dalam maupun luar yang cukup kuat. Modal budaya, Para aktor Salafi selalu di Pogung selali mengkampanyekan, memurnikan ajaran Islam. Modal Sosial ialah Gerakan Salafi di Yogyakarta terhubungan dengan gerakan Salafi dunia. Sokongan Arab dan kuatnya jaringan di Indonesia menjadikan Salafi di Pogung sebagai otoritas keagamaan yang mengakar kuat. Modal Simbolik ialah para aktor Salafi dengan iming-iming label “Alumni Timur Tengah” menjadikan masyarakat lebih percaya