Meta S. Sompie
Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam Ratulangi

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Kesesuaian ukuran soma pajeko dan kapalnya di Labuan Uki Kabupaten Bolaang Mongondow Ramlan Paputungan; Elof M. Katiandagho; Meta S. Sompie
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 1 No. 3: Juni 2013
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.1.3.2013.1909

Abstract

Perikanan “soma pajeko” (pukat cincin) sudah cukup lama ada di Sulawesi Utara. Di Labuan Uki Kecamatan Lolak Kabupaten Bolaang Mongondow terdapat alat tangkap soma pajeko sebanyak 35 unit. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kesesuaian ukuran panjang kantong dengan panjang jaring, panjang jaring dengan lebar jaring (nilai k), panjang kapal, lebar kapal dan dalam kapal, serta panjang kantong dengan panjang kapal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa panjang kantong soma pajeko  berkisar antara 10,50 dan 20,25 m. Panjang kantong tersebut tidak mencapai 20 % dari panjang keseluruhan alat tangkap. Nilai kesesuaian k panjang dan lebar jaring berkisar antara 0,19 dan 0,28 berada dalam kisaran k standar. Perbandingan antara panjang kapal, lebar kapal, serta dalam kapal adalah L/B 4,78–6,25, L/D 13,5–21,3, dan B/D  2,4–4,4. Nilai-nilai perbandingan tersebut tidak sesuai dengan standar.  Perbandingan panjang kantong dan panjang kapal berkisar antara 0,66 dan 0,93 dan tidak sesuai dengan standar perbandingan.
Komposisi hasil tangkapan jaring insang dasar di perairan pantai Sario, Teluk Manado Markus Morin; Johnny Budiman; Aglius T.R. Telleng; Meta S. Sompie
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 1 No. 4: Desember 2013
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.1.4.2013.3570

Abstract

Penelitian ini dilakukan di perairan pantai Sario, Teluk Manado menggunakan alat tangkap jaring insang dasar tetapsebanyak 3 unit dengan ukuran besar mata jaring 3, 4, dan 5,5 inci untuk melihat komposisi hasil tangkapan ikandemersal dengan menggunakan metode deskriptif yang didasarkan pada studi kasus. Penelitian berlangsung sejakMei 2013 sampai dengan Agustus 2013. Hasil tangkapan jaring insang dengan ukuran mata jaring 3 inciberdasarkan jumlah tangkapan didominasi ikan swangi, beronang, ikan merah dan biji nangka, dan berdasarkanbobot tangkapan didominasi oleh gabus laut, pari, bambangan dan lencam; ukuran mata 4 inci didominasi pari, tunagigi anjing, kuwe dan rajungan, dan bobot tangkapan didominasi oleh ikan tuna gigi anjing, hiu, pari dan kuwe;ukuran mata 5.5 inci didominasi oleh jenis ikan tuna gigi anjing, pari, hiu dan kuwe, dan bobot tangkapandidominasi oleh tuna gigi anjing dan hiu. Korelasi antara ukuran mata jaring dengan rata-rata bobot tangkapan jaringinsang dasar sangat erat dengan nilai R2 = 0.99.
Perbandingan fase umur bulan terhadap hasil tangkapan sero di perairan Teluk Amurang Provinsi Sulawesi Utara Alfius Mambrasar; Ivor L. Labaro; Meta S. Sompie
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 1: Edisi Khusus: November 2014
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.1.0.2014.6083

Abstract

Sero diklasifikasikan sebagai alat tangkap pasif dengan memanfaatkan tingkah laku ikan yang beruaya ke arah pantai saat air pasang. Dengan demikian, tingginya osolasi pasang surut yang berkaitan dengan fase bulan di langit, akan berpengaruh terhadap hasil tangkapan sero. Tetapi informasi ilmiah seperti ini khususnya pada sero belum banyak tersedia. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh fase umur bulan terhadap hasil tangkapan sero; mengidentifikasi jenis hasil tangkapan dan faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh. Penelitian ini dilakukan di Teluk Amurang, yang didasarkan pada metode deskriptif, mulai dari Agustus sampai September 2014. Hasil identifikasi spesies yang tertangkap di sero selama penelitian berjumlah 699 ekor, dimana 386 ekor tertangkap pada fase gelap, 199 ekor tertangkap pada fase bulan perbani awal, 71 ekor tertangkap pada bulan perbani akhir dan 43 ekor tertangkap pada bulan purnama terang. Pada fase bulan gelap, fase bulan perbani awal dan fase bulan perbani akhir memberikan hasil tangkapan banyak, tetapi fase bulan purnama terang hasil tangkapan sedikit.
Komposisi hasil tangkapan jaring insang dasar di perairan sekitar Desa Lopana Teluk Amurang Amandus Burdam; Meta S. Sompie; Lefrand Manoppo
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 1: Edisi Khusus: November 2014
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.1.0.2014.6172

Abstract

Desa Lopana, merupakan salah satu desa yang berada di Kabupaten Minahasa Selatan yang memiliki perairan laut yang relatif luas. Permukiman penduduk sebagian besar berada di pesisir pantai, sehingga kegiatan lebih banyak terfokus pada kegiatan yang berhubungan dengan  pemanfaatan sumberdaya perikanan. Pemanfaatan sumberdaya  perikanan yang ada masih bersifat tradisional, seperti pancing noru, pancing dasar, pancing ikan tindarung dan  jaring insang. Salah satu alat tangkap yang digunakan oleh masyarakat nelayan adalah jaring insang dasar (bottom gillnet) yang digunakan untuk ikan demersal, tetapi dapat juga tertangkap ikan pelagis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi hasil tangkapan jaring insang dasar berukuran  mata 1¾ inci dan 2 inci; mengikuti metode deskriptif yang didasarkan pada studi kasus. Total hasil tangkapan jaring insang dasar adalah 1339  ekor. Tangkapan jaring insang dasar ukuran mata 1 ¾ inci sebanyak 706 ekor yang terdiri dari 7 jenis; tetapi yang dominan adalah masua, Decapterus russeli (86,04%), gorara, Pentapodus bifasciatus (6,91%) dan kowong, Lutjanus rufolineatus (3,53%). Tangkapan jaring insang dasar ukuran mata 2 inci sebanyak 630 ekor yang terdiri dari 8 jenis; dan ikan dominan adalah masua, Decapterus russeli (88,89%), tude, Selaroides leptolepis 3,33% dan kowong, Latjanus rufolineanus (2,86%).
Pola arus permukaan saat surut di sekitar muara Sungai Malalayang, Teluk Manado Yotam N. Kamat; Patrice N.I. Kalangi; Meta S. Sompie
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 1: Edisi Khusus: November 2014
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.1.0.2014.6177

Abstract

Perairan pantai merupakan salah satu wilayah perairan yang dapat digunakan untuk berbagai kepentingan seperti usaha perikanan dan pariwisata oleh dan atau bagi masyarakat. Pemanfaatan ini sangat membutuhkan informasi oseanografi, khususnya pola pergerakan massa air. Penelitian ini bersifat deskriptif, yakni penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan dengan lebih jelas tentang kondisi tertentu. Pengumpulan data dilakukan dengan metode Lagrangian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2014 di perairan muara Sungai Malalayang. Hasil pemetaan menunjukkan bahwa pada awal periode air surut, massa air cenderung bergerak ke arah barat, tetapi kemudian berbalik ke arah timur di sisa periode. Pola arus permukaan saat surut di sekitar muara Sungai Malalayang, Teluk Manado
Analisis tren hasil tangkapan ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) dengan alat tangkap purse seine dan pole and line (Studi kasus di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung) Adi Saputra; Meta S. Sompie; Lefrand Manoppo
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 1 No. 6: Desember 2014
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.1.6.2014.6942

Abstract

Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) merupakan salah satu sumberdaya ikan  ekonomis penting yang dihasilkan dari perairan Indonesia, baik sebagai komoditas ekspor maupun sebagai komoditas konsumsi dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan gizi nasional. Prediksi hasil tangkapan ikan cakalang yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Samudra (PPS) Bitung untuk tahun-tahun yang akan datang belum diketahui oleh berbagai pihak. Sehingga dianggap perlu untuk melakukan penelitian tentang analisis hasil tangkapan ikan cakalang ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tren hasil tangkapan ikan cakalang yang didaratkan di PPS Bitung, juga untuk mengetahui prediksi hasil tangkapan ikan cakalang untuk tiga tahun ke depan. Hasil dari penelitian ini berguna untuk dijadikan pedoman pengembangan pelabuhan perikanan ke depan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode studi kasus dengan menggunakan analisis regresi. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka disimpulkan bahwa tren hasil tangkapan ikan cakalang yang didaratkan di PPS Bitung hingga tahun 2016 akan cenderung meningkat; dengan demikian kebutuhan pasokan bahan baku ikan cakalang untuk tiga tahun mendatang masih dapat terpenuhi.
Komposisi hasil tangkapan lobster dengan alat tangkap jerat di perairan Kampung Amdui, Distrik Batanta Selatan, Kabupaten Raja Ampat Thimotius M. Womsiwor; Meta S. Sompie; Revols D.Ch. Pamikiran
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 2 No. 1: Juni 2015
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.2.1.2015.8335

Abstract

Perairan Kabupaten Raja Ampat dikenal memiliki hamparan terumbu karang yang cukup luas dan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Salah satu sumberdaya perikanan yang dihasilkan dari perairan tersebut adalah udang barong (Panulirus sp.). Alat tangkap tradisional yang umum digunakan nelayan menangkap udang di perairan Kampung Amdui, Distrik Batanta Selatan, Kabupaten Raja Ampat adalah jerat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis lobster yang tertangkap dan komposisi ukurannya. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei yang didasarkan pada studi kasus. Hasil tangkapan jerat selama penelitian adalah empat jenis lobster; yaitu lobster batik (Panulirus homorus), lobster batu (Panulirus spenicillatus), lobster bambu (Panulirus versicolor), dan lobster mutiara (Panulirus ornatus); dengan kisaran panjang karapaks adalah 11,3–18,0 cm. Analisis hubungan panjang berat menunjukkan bahwa lobster mutiara, lobster bambu dan lobster batu memiliki nilai b lebih besar 3, sedangkan lobster batik memiliki nilai b lebih kecil dari 3. Kata-kata kunci: lobster, alat tangkap jerat, komposisi ukuran, Raja Ampat
Kajian aspek teknis unit penangkapan kapal pole and line yang berpangkalan di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung (Study of technical aspects of pole and line fishing catching unit at Bitung Oceanic Fishing Port) Sutrisno .; Meta S. Sompie; Janny F. Polii
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 2 No. 6 (2017): Desember
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.2.6.2017.17008

Abstract

The objective of the research is to know technical aspect of pole and line fishing unit based at Bitung Oceanic Fishing Port. This thesis is expected to be an information for of Indonesia people especially North Sulawesi to efforts increase and development of pole and line fishing units. The method used in this thesis is descriptive method of technical aspects such as ship size, number of trips, number of anglers, number of catches. Data were analyzed descriptively by comparing technical variables that influence the catch, then the analysis result presented in graph. In general this research is a non hypothesis so that in the step of his research does not need to formulate of hypothesis. From the data of the research of the pole and line fishing gear in the Bitung Oceanic Fishing Port, where is the main ship size varies with length (L) from 25.37 to 28.75 m, breadt (B) from 4.50 to 5.17 m, depth (D) from 2.20 to 2.65 m, and length overall (Loa) from 30.55 to 33.15 m, and the size of fishing gear with the length of rod used varies also between 2.15 to 3.15 m, made entirely of bamboo material with a diameter of 3 cm. The length of the rope used varies from 2.50 to 3.10 m, made of nylon material, used fishing rods numbered 4 to 6, made of tin, the number of fishing gear that was taken each ship varies between 50 to 100 pieces. The number of catches from January to November 2016 skipjack (katsuwonus pelamis) of 7,922,288 kg with 218 trip trips, carried out by 8 ships with 20 to 25 persons.Keywords: ship size, number of trips, number of bait, number of anglers and catch ABSTRAKPenelitian bertujuan untuk mengetahui aspek teknis unit penangkapan kapal pole and line yang berpangkalan di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung. Skripsi ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi rakyat Indonesia khususnya Sulawesi Utara untuk kemudian dilakukan usaha peningkatan dan pengembangan unit penangkapan kapal pole and line.  Metode yang digunakan dalam Skripsi ini adalah metode deskriptif yaitu aspek teknis seperti ukuran kapal, jumlah trip, jumlah pemancing, jumlah hasil tangkapan dan ketersediaan umpan. Data dianalisis secara deskriptif yaitu dengan membandingkan variabel-variabel teknis yang mempengaruhi hasil tangkapan, selanjutnya hasil analisis disajikan dalam bentuk grafik. Pada umumnya penelitian ini merupakan penelitian non hipotesis sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis. Dari data hasil penelitian mengenai alat tangkap kapal pole and line yang berpangkalang di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung, dimana ukuran utama kapal bervariasi dengan ukuran panjang (L) berkisar antara 25,37 – 28,75 m, Lebar (B) berkisar antara 4,50 – 5,17 m, Dalam (D) berkisar antara 2,20 – 2,65 m, dan panjang keseluruhan (Loa) berkisar antara 30,55 – 33,15 m, dan ukuran alat tangkap dengan panjang joran yang digunakan bervariasi juga antara 2,15-3,15 m, terbuat seluruhnya dari bahan bambu dengan diameter pangkal 3 cm. Panjang tali yang digunakan bervariasi dari 2,50-3,10 m, terbuat dari bahan nilon, mata pancing yang digunakan berukuran nomor 4-6, terbuat dari besi yang dilapisi timah, jumlah alat tangkap yang dibawa setiap kapal bervariasi antara  50-100 buah. Jumlah hasil tangkapan dari bulan Januari s/d November 2016 adalah: ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) sebanyak 7.922.288 kg dengan jumlah trip 218 trip, yang dilaksanakan oleh 8 buah kapal dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 20 - 25 orang.Kata Kunci : Ukuran Kapal, Jumlah Trip, Jumlah Umpan, Jumlah Pemancing dan Hasil Tangkapan.