Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

RELIGIOSITAS DALAM MITOS UPACARA ADAT HUDOQ DAYAK BAHAU DI UJOH BILANG KECAMATAN LONG BAGUN KABUPATEN MAHULU Asung, Desi Daria; Dahlan, Dahri; Purwanti, Purwanti
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya Vol 3, No 4 (2019): Oktober 2019
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (214.303 KB) | DOI: 10.5281/ilmubudaya.v3i4.2178

Abstract

Hudoq for the Bahau Dayak tribe was carried out with the aim of inviting the spirits of kindness from heaven to provide fertility to the plants, so as to obtain abundant yields at harvest. This research has the formulation of the problem of how the religious meaning in the myth of the hudoq Dayak Bahau traditional caremony in Ujoh Bilang, Long Bagun Subdistrict, Mahakam Ulu Regency. The aim of the study was to describe the religious meaning in the myth of the Hudoq Dayak Bahau traditional caremony in Ujoh Bilang, Long Bagun Subdistrict, Mahakam Ulu District. This research was carried out in the village of Ujoh Bilang, Long Bagun District, Mahakam Ulu District. The type of research used is a type of qualitative approach method that describes a problem in accordance with the problems in the study. Data collection is done by observation, interviews and documentation. Data analysis is done from recording the results obtained in the field, the clarifying and analyzing the data. Whereas the presentation of data used note taking techniques to clarify data. Based on the data analysis that has been done, the Hudoq traditional caremony contains elements of religios that can be classified 1) View of the universe, 2) Easily sacralize certain objects, 3) a magical attitude of life, 4) live with religiosity from the four points above, it can open the views of the Bahau Dayak community about the universe which can provide a view that in addition to the concrete word, there is also a non-concrete word. This becomes the basis for human beings to respect the environment. Hudoq bagi Suku Dayak Bahau dilakukan dengan tujuan mengundang roh-roh kebaikan dari apau lagaan (kahyangan) agar memberikan kesuburan pada tanaman sehingga mendapat hasil melimpah saat panen. Penelitian ini memiliki rumusan masalah bagaimana makna religiositas dalam mitos upacara adat Hudoq Dayak Bahau di Ujoh Bilang, Kecamatan Long Bagun, Kabupaten Mahakam Ulu. Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan makna religiositas dalam mitos upacara adat Hudoq Dayak Bahau di Ujoh Bilang, Kecamatan Long Bagun, Kabupaten Mahakam Ulu. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ujoh Bilang, Kecamatan Long Bagun, Kabupaten Mahakam Ulu. Jenis penelitian yang digunakan berupa jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan metode pendekatan deskriptif yang memaparkan suatu masalah sesuai dengan permasalahan yang ada pada penelitian. Pengambilan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dari mencatat hasil yang didapat di lapangan, kemudian mengklarifikasi dan menganalisis data. Sedangkan penyajian data menggunakan teknik catat untuk mengklarifikasi data. Berdasarkan analisis data yang sudah dilakukan maka upacara adat Hudoq mengandung unsur religiositas yang dapat digolongkan 1) pandangan tentang alam semesta, 2) mudah menyakralkan objek tertentu, 3) sikap hidup serba magis, 4) hidup penuh dengan upacara keagamaan. Adapun makna religiositas dari keempat poin di atas mampu membuka pandangan masyarakat Dayak Bahau mengenai alam semesta yang dapat memberikan pandangan bahwa selain dunia yang konkret, terdapat pula dunia yang tidak konkret. Hal ini menjadi salah satu dasar manusia tetap menghargai alam sekitarnya.
TANGGAPAN REMAJA DI SAMARINDA TERHADAP NOVEL POPULER JINGGA DAN SENJA KARYA ESTI KINASIH: KAJIAN RESEPSI SASTRA Putri, Widhari; Mursalim, Mursalim; Dahlan, Dahri
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya Vol 4, No 2 (2020): April 2020
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (502.168 KB) | DOI: 10.30872/jbssb.v4i2.2662

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tanggapan atau respons remaja terhadap novel populer Jingga dan Senja karya Esti Kinasih.Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Jingga dan Senja Karya Esti Kinasih. Subjek penelitian ini adalah kelompok siswa kelas XI Bahasa dan Budaya SMAN 2 Samarinda sebagai responden penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik wawancara. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis interaktif, yang terdiri atas tiga komponen analisis, yaitu: reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan atau verifikasi.Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan beberapa hal. Pertama, tanggapan remaja terhadap novel Jingga dan Senja telah menunjukan beberapa tanggapan. Dalam penelitian ini objek yang digunakan adalah pembaca real sehingga dapat memberikan tanggapan yang apa adanya. Responden beranggapan bahwa novel Jingga dan Senja merupakan novel teenlit yang bagus dengan alur yang dibuat semenarik mungkin oleh penulis sehingga responden dapat menikmati novel dan dimanfaatkan sebagai pengisi waktu luang. Responden memberikan tanggapan aktif dan pasif yang dipengaruhi oleh pengalaman dan pengetahuan responden terhadap karya sastra yang dibaca sebelumnya. Kedua, novel Jingga dan Senja banyak terdapat adegan-adegan tauran, melawan guru dan sifat tokoh utama yang badung. Jika pembaca tidak benar-benar meresapi makna yang ingin disampaikan oleh pengarang, maka pembaca akan berfikir bahwa perilaku seperti itu tidak masalah jika diterapkan dalam kehidupan nyata.
STRUKTUR KESADARAN TOKOH UTAMA DALAM CERITA PENDEK PASTU DAN KEKAYI KARYA OKA RUSMINI: KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA Irani, Ade Yunita; Mursalim, Mursalim; Dahlan, Dahri
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya Vol 4, No 2 (2020): April 2020
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (538.268 KB) | DOI: 10.5281/ilmubudaya.v4i2.2664

Abstract

Psikologi Sastra adalah kajian yang memandang dan menelaah aktivitas kejiwaan di dalam karya sastra. Psikologi Sastra juga merupakan bidang ilmu yang menerapkan hukum-hukum atau kaidah-kaidah psikologi di dalam karya sastra. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji aktivitas kejiwaan di dalam karya sastra berupa cerita pendek Pastu dan Kekayi karya Oka Rusmini. Aktivitas kejiwaan yang dimaksud adalah struktur kesadaran di dalam diri manusia yang tergambar di dalam diri tokoh-tokoh karya sastra terserbut sebagai objek penelitian. Struktur kesadaran menurut Carl Gustav Jung terbagi menjadi dua, yaitu fungsi jiwa dan sikap jiwa. Dengan demikian, rumusan penelitian dalam penelitian ini adalah (1) bagaimana fungsi jiwa tokoh utama dalam cerita pendek Pastu dan Kekayi karya Oka Rusmini berdasarkan teori Psikoanalitik Carl Gustav Jung? (2) bagaimana sikap jiwa tokoh utama dalam cerita pendek Pastu dan Kekayi karya Oka Rusmini berdasarkan teori Psikoanalitik Carl Gustav Jung? Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berfokus pada data-data kualitatif atau bukti-bukti berupa deskripsi dan uraian data. Pendekatan penelitian menggunakan Psikologi Sastra sebagai pemahaman aspek-aspek kejiwaan tokoh rekaan. Data pada penelitian ini adalah fakta-fakta yang terdapat dalam objek kajian berupa kutipan-kutipan yang didapatkan dari hasil membaca dan mencatat. Teknik analisis data pada penelitian ini adalah interpretasi psikologis. Hasil penelitian yang telah dilakukan berdasarkan struktur kesadaran menurut Carl Gustav Jung adalah sebagai berikut. Pertama, tokoh Cenana pada cerita pendek Pastu cenderung bersifat perasa. Dengan kata lain, ia melakukan dan memikirkan segala sesuatu berdasarkan suka dan tidak suka atau senang dan tidak senang. Sedangkan sikap dan perilaku Cenana cenderung introver, karena ia lebih suka menyendiri dan menilai segala sesuatu berdasarkan pandangan subjektifnya. Kedua, tokoh Kekayi pada cerita pendek Kekayi cenderung memiliki sifat pemikir. Kekayi melakukan sesuatu berdasarkan apa yang baik dan menguntungkan baginya. Sedangkan sikap dan perilaku Kekayi cenderung ekstraversi karena ia cenderung egois dan cenderung memaksa orang lain untuk mengikutinya. Ia memiliki rasa percaya diri yang besar dan memiliki keinginan untuk menjadi pusat perhatian.
MANTRA PADA TRADISI MINUMAN PENGASIH DALAM PERNIKAHAN SUKU DAYAK BELUSU: KAJIAN FOLKLOR Sulistriani, Jenny; Mursalim, Mursalim; Dahlan, Dahri
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya Vol 5, No 1 (2021): Januari 2021
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jbssb.v5i1.4629

Abstract

The formulation of the problem in this study are (1) what is the form of the mantra in the tradition of the Dayak Belusu wedding Minuman Pengasih? (2) what is the function of the mantra contained in the tradition of the Dayak Belusu tribe wedding Minuman Pengasih? The research objectives were (1) to describe the form of the mantra in the tradition of the Dayak Belusu Minuman Pengasih  (2) to describe the function of the mantra contained in the tradition of the Dayak Belusu wedding Minuman Pengasih. The type of research used in this research is field research with a qualitative descriptive approach. The data used in this research is the mantra on the tradition of minuman pengasih in the Dayak Belusu tribal marriage, while the data sources in this study were obtained from informants. Data collection techniques used in this study include: observation, interviews, and documentation. The data analysis technique used in the research used qualitative analysis techniques, namely: (1) data collection, (2) data transcript, (3) transliteration, (4) drawing conclusions. The results of the analysis of the form of the mantra in the tradition of loving drink in Belusu tribal weddings are a form of prayer to the spirits of the ancestors and the function of the mantra to keep things away from bad things, so that the Belusu community events run smoothly and remain harmonious.
KEPERCAYAAN DALAM MITOS BEO’ SUKU DAYAK PUNAN APUT KECAMATAN KAYAN HILIR KABUPATEN MALINAU KALIMANTAN UTARA: KAJIAN FOLKLOR Julia, Julia; Mursalim, Mursalim; Dahlan, Dahri
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya Vol 5, No 1 (2021): Januari 2021
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jbssb.v5i1.4605

Abstract

Beo’ adalah salah satu kepercayaan Suku Dayak Punan Aput yang yang masih melekat di kehidupan penganutnya hingga masa kini. Beo’ bagi Suku Dayak Punan dipercayai sebagai utusan dari Sang Pencipta utuk menyampaikan pesan atau pedoman baik dan buruk dalam beraktivitas. Beo’ mempunyai arti penting bagi kehidupan suku dayak Punan Aput. Suku Dayak Punan Aput memercayai bahwa Beo’ adalah sejenis burung yang dinamai Lagehek. Burung ini memberi tanda dengan suaranya tentang baik dan buruknya suatau kegiatan atau aktivitas yang akan dilakukan oleh Suku Dayak Punan Aput. Dari suara burung inilah masyarakat akan memutuskan akan melanjutkan atau menunda, bahkan menghentikan aktivitasnya. Penelitian ini adalah penelitian lapangan yang menerapkan analisis pendekatan deskriptif kualitatif. Tujuan pendekatan tersebut untuk mendeskripisikan secara sistematis tentang Beo’ yang merupakan suatu kepercayaan suku Dayak Punan Aput. Langkah selanjutnya adalah dengan menganalisis dengan tiga tahapan berupa reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan hasil penelitian. Analisis awal menggunakan teori religi dan folklor untuk mendapatkan pembahasan mengenai Beo’. Teori selanjutnya yang digunakan adalah mitos. Teori tersebut digunakan untuk mendeskripsikan mitos Beo’ suku Dayak Punan Aput. Hasil penelitian menunjukkan mitos Beo’ suku Dayak Punan Aput memiliki arti yang sangat berpengaruh bagi kehidupan suku Dayak Punan Aput pada masa lampau hingga masa sekarang. Hal demikian dikarenakan suku Dayak Punan masih berpedoman kepada Beo’ sebagai simbol atas keberlangsungan aktivitas yang akan dilakukan.
REFLEKSI MASYARAKAT DAYAK TUNJUNG DALAM DONGENG AJI DAN KILIP BERSAUDARA (KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA AUGUSTE COMTE) Juan, Ambrosius; Mursalim, Mursalim; Dahlan, Dahri
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya Vol 5, No 1 (2021): Januari 2021
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5281/ilmubudaya.v5i1.4495

Abstract

Abstrak DongengAji  dan Kilip  Bersaudara  adalah  cerita  rakyat  yang lahir  dan berkembang di masyarakat Dayak Tunjung Kalimantan Timur. Diceritakan bahwa kaum lelaki Dayak Tunjung yang berburu di dalam hutan dan di usik mahkluk gaib  yang  bernama  Wok  Lemo  Bawo.  Makhluk  gaib  tersebut  tewas  lalu tumbuhlah padi dan palawija. Tujuan penelitian ini mendeskripsikan dongeng Aji dan Kilip Bersaudara dengan menggunakan teori struktur faktual dan mendeskripsikan hokum tiga tahap menurut Auguste Comte dalam dongeng Aji dan Kilip Bersaudara. Penelitian ini menerapkan analisis pendekatan deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan peristiwa-peristiwa yang menggambarkan perkembangan masyarakat dengan analisis berupa reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan hasil penelitian. Analisis awalmenggunakan teori struktur factual untuk mendapatkan struktur cerita. Teori selanjutnya adalah hokum tiga tahap menurut Comte. Teori tersebut digunakan untuk mendeskripsikan perkembangan masyarakat yang dialami tokoh dalam dongeng Aji dan Kilip Bersaudara. Hasil penelitian menunjukan struktur factual dalam dongeng Aji dan Kilip Bersaudara terdapat alur,  karakter,  dan latar.  Dongeng ini menggunakan  alur maju, karakater yang terdapat dalam dongeng ini ialah karakter pemberani, penakut, dan rakus. Gambaran latar dalam dongeng yaitu di Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur. Permasalahan yang terjadi di dalam dongeng menunjukkan refleksi masyarakat Dayak Tunjung pada tahap teologis masyarakat yakin dengan hal supernatural serta kemunculan benih tanaman dari muntahan makhluk  gaib.  Tahap  metafisik  mulai  mendapat  kesadaran  akan  sebab  akibat tetapi masih tanpa verifikasi, tokoh Kilip penasaran mengapa tidak satu pun jerat- jerat tersebut membuahkan hasil. Tahap positif masyarakat berhasil membuat jalur perangkap diprediksi akan dilewati hewan darat,   kejadian tersebut menandai pemikiran masyarakat di tahap positif. Kata  kunci:  auguste  comte, dongeng aji  dan kilip bersaudara, refleksi suku dayak tunjung
KARAKTERISTIK DIMENSIONAL TOKOH UTAMA MONOLOG RACUN TEMBAKAU JIM ADHI LIMAS DAN S. JAI: KAJIAN SASTRA BANDINGAN Herman, Herman; Mursalim, Mursalim; Dahlan, Dahri
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya Vol 5, No 3 (2021): Juli 2021
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jbssb.v5i3.4059

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan 1) Karakteristik dimensional tokoh utama dalam naskah drama monolog Racun Tembakau terjemahan Jim Adhi Limas 2) Karakteristik dimensional tokoh utama dalam naskah drama monolog Racun Tembakau saduran S. Jai 3) perbandingan karakteristik dimensional tokoh utama dalam naskah drama monolog Racun Tembakau terjemahan dan saduran. Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan objektif menggunakan metode sastra bandingan, dengan memperoleh data berupa klasifikasi dialog karakteristik dimensional masing-masing tokoh. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah teknik baca dan catat, data dianalisis menggunakan teknik analisis struktural objektif dan bandingan. Hasil penelitian adalah sebagai berikut 1) Karakteristik dimensional tokoh Ivan Ivanovich Nyukhin adalah fisiologis usia 35-65 tahun, laki-laki, cambang panjang, kumis klimis, sosiologis Achieved Status (atas kekayaan istri), dan pengajar, tidak bergelar akademik, suami dan ayah 6 anak perempuan, ceramah ilmiah, bangsa Rusia, psikologis melankoli, percaya diri, memendam perasaan, dan gugup, logis dan analitik. 2) Karakteristik dimensional: fisiologis usia 70 tahun, laki-laki, cambang panjang, kumis tipis, sosiologis Achieved Status (atas kekayaan istri), penulis karangan ilmiah, lulusan universitas, suami dan ayah 7 anak perempuan, ceramah ilmiah, pelatih teater, rapat dewan rakyat, komunitas ilmiah, dan LSM, berkebangsaan Indonesia, psikologis melankoli, sopan, sengsara, dan frustrasi, wawasan luas dan kemampuan menganalisa. 3) Persamaan karakteristik dimensional kedua tokoh yaitu dimensi fisiologis: jenis kelamin, dimensi sosiologis: status sosial, dimensi psikologis: temperamen. Perbedaan karakteristik dimensional kedua tokoh yakni dimensi fisiologis: usia dan keadaan tubuh, dimensi sosiologis: pekerjaan, pendidikan, kehidupan pribadi, aktivitas sosial, dan kebangsaan, dimensi psikologis: sikap dan perilaku serta IQ dan kecerdasan. The purposes of this research were to describe 1) Dimensional characteristics of the main characters in the monologue drama script “Racun Tembakau” translation Jim Adhi Limas 2) Dimensional characteristics of the main characters in the monologue drama script “Racun Tembakau” adaptation of S. Jai 3) comparison of the dimensional characteristics of the main characters in the monologue drama script “Racun Tembakau” translation and adaptation. This type of research uses an objective approach using the comparative literary method, by obtaining data in the form of a dialogue of the dimensional characteristics of each character. The data collection technique used is the technique of reading and recording, the data were analyzed using objective and comparative structural analysis techniques. The results of the study are as follows: 1) The dimensional characteristics of Ivan Ivanovich Nyukhin are physiologists aged 35-65 years old, male, long sideburns, mustache, hairline, sociological Achieved Status (on wife's wealth), and instructors, without academic title, husband and father 6 daughters, scientific lectures, Russian nationals, psychological melancholy, self-confidence, deep-seated feelings, and nervous, logical and analytic. 2) Dimensional characteristics: physiological age 70 years, male, long sideburns, thin mustache, sociological Achieved Status (on the wealth of the wife), scientific essay writers, university graduates, husband and father of 7 daughters, scientific lectures, theater trainers, meetings council of the people, scientific community, and NGOs, Indonesian nationals, psychological melancholy, polite, miserable, and frustrated, broad insight and analytical skills. 3) The equality of the two character's dimensional characteristics, namely the physiological dimension: gender, sociological dimension: social status, psychological dimension: temperament. Differences in the dimensions of the two characters are physiological dimensions: age and body state, sociological dimensions: work, education, personal life, social activities, and nationality, psychological dimensions: attitude and behavior as well as IQ and intelligence.
ANALISIS KEPRIBADIAN TOKOH ENGTAY DALAM NASKAH DRAMA SAMPEK ENGTAY KARYA N. RIANTIARNO (KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA) Fauziah, Nurul Fitriani; Dahlan, Dahri; Sari, Norma Atika
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya Vol 5, No 2 (2021): April 2021
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jbssb.v5i2.3426

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur kepribadian tokoh Engtay dan faktor perubahan tipe kepribadian tokoh Engtay. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan jenis penelitian kepustakaan. Data dalam penelitian ini berupa kalimat dan kutipan yang diperoleh dari naskah drama Sampek Engtay. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik baca dan catat. Teknik analisis data menggunakan analisis kualitatif yang terdiri dari tiga alur, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan. Berdasarkan penelitian maka diperoleh hasil bahwa tidak ada keseimbangan antara id, ego, superego yang dialami Engtay. Engtay cenderung hanya mementingkan keinginannya dari pada aspek biologis yang berkembang di masyarakat, sehingga terjadi ketegangan di dalam diri Engtay. Selain analisis terhadap struktur kepribadian tersebut, dilakukan juga analisis tipe kepribadian tokoh Engtay. Hasil penelitian menyebutkan bahwa tokoh Engtay mengalami konsistensi dari yang sebelumnya dia bertipe phlegmatis setelah mengalami konflik dia tetap dengan tipe phlegmatis. Terdapat tiga faktor yang menyebabkan perubahan kepribadian tokoh Engtay yang meliputi, pertama faktor fisik yang ditandai ketika Engtay yang harus menyamar menjadi seorang laki-laki agar bisa bersekolah di Yayasan Putra Bangsa. Faktor yang kedua ialah faktor lingkungan sosial yang ditandai ketika ibunya yang masih sangat percaya pada larangan bahwa anak perempuan tidak boleh bersekolah dan hanya boleh berdiam diri di rumah. Ketiga faktor diri sendiri ditandai dari diri Engtay yang sangat menginginkan untuk bisa bersekolah karena ia  mau menjadi wanita yang mengetahui betapa luasanya dunia dan memiliki pendidikan agar kaum wanita tidak dipandang sebelah mata.
PANDANGAN DUNIA DALAM MERAH PUTIH DI LANGIT SANGA-SANGA KARYA DJUMRI OBENG: KAJIAN STRUKTURALISME GENETIK Wahyuliansyah, Fitra; Dahlan, Dahri; Purwanti, Purwanti
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya Vol 6, No 1 (2022): Januari 2022
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jbssb.v6i1.5266

Abstract

ABSTRAK Merah Putih di Langit Sanga-Sanga yang diterbitkan tahun 1995 oleh penerbit Puspa Swara adalah roman yang berlatarkan peristiwa sejarah, yakni peristiwa yang dikenal Peristiwa Merah Putih. Peristiwa Merah Putih merupakan peristiwa konfrontasi antara tentara BPRI (Barisan Pembela Republik Indonesia) dengan tentara KNIL (Koninklijke Netherlands Indische Leger) Belanda di Sanga-Sanga, Kalimantan Timur pada tahun 1947. Penelitian ini membahas Merah Putih di Langit Sanga-Sanga secara struktural menggunakan kajian strukturalisme genetik. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan struktur yang ada dalam Merah Putih di Langit Sanga-Sanga, (2) mendeskripsikan pandangan dunia pengarang dalam Merah Putih di Langit Sanga-Sanga, dan (3) mendeskripsikan konteks struktur sosial yang melatar-belakangi Merah Putih di Langit Sanga-Sanga. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang sumber datanya merupakan teks dalam Merah Putih di Langit Sanga-Sanga. Pengumpulan data menggunakan teknik baca dan catat. Data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan teori strukturalisme genetik Lucien Goldmann. Dari hasil analisis tersebut maka dapat terlihat struktur, pandangan dunia pengarang, dan konteks struktur sosial yang melatar-belakangi Merah Putih di Langit Sanga-Sanga.Kata kunci: strukturalisme, strukturalisme genetik, pandangan dunia, Sanga-Sanga, Djumri Obeng ABSTRACT Merah Putih di Langit Sanga-Sanga is a romance are based upon historical event known as Peristiwa Merah Putih, and published in 1995 by Puspa Swara. Peristiwa Merah Putih was an event of confrontation between BPRI soldiers and Dutch KNIL soldiers in Sanga-Sanga, East Kalimantan in 1947. This research discusses Merah Putih di Langit Sanga-Sanga using genetic structuralism. This research aims to (1) describe the structures in Merah Putih di Langit Sanga-Sanga, (2) describe the author’s worldview in Merah Putih di Langit Sanga-Sanga, and (3) describe what kind of social structure background of Merah Putih di Langit Sanga-Sanga. This research is descriptive qualitative studies by sourcing Merah Putih di Langit Sanga-Sanga. The data collection is using reading and note-taking techniques. Then, the collected data were analyzed by using Lucien Goldmann’s genetic structuralism theory. From the results can know the structure, author’s worldview, and social structure background of Merah Putih di Langit Sanga-Sanga.Keywords: structuralism, genetic structuralism, worldview, Sanga-Sanga, Djumri Obeng