Tengku Tibri
Fakultas Teknologi Mineral, Institut Sains dan Teknologi TD. Pardede

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

PENENTUAN ENDAPAN EMAS EPITERMAL SULFIDA TINGGI BERDASARKAN ANALISA MINERAL ALTERASI DI DAERAH MARTABE, TAPANULI SELATAN SUMATERA UTARA Lismawaty Lismawaty; Joni Fitra; Sedarta; Tengku Tibri; M. Eka Onwardana
Jurnal Sains dan Teknologi ISTP Vol. 19 No. 2 (2023): JULI
Publisher : LPPM ISTP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pembentukan endapan logam emas banyak dihasilkan dari larutan hidrotermal (larutan sisa magma) yang salah satunya dari tipe epitermal sulfide tinggi, yaitu dari larutan hidrotermal bersifat lebih asam dengan temperature 100oC– 350oC. Interaksi larutan hidrotermal dengan batuan samping akan membentuk mineral alterasi dan mineral logam (mineralisasi). Pembentukan mineral alterasi dan mineral logam sangat dipengaruhi oleh kondisi atau komposisi larutan dan batuan sampingnya. Dengan demikian dari kehadiran mineral alterasi tertentu dapat ditafsirkan jenis larutannya yang selanjutnya digunakan untuk menafsirkan tipe endapannya maupun jenis mineral logam yang akan dihasilkan. Penelitian dilakukan melalui sampel core dari enam sumur dengan tujuan untuk mengetahui proses alterasi, kondisi larutan dan jenis larutan hidrotermal melalui mineral-mineral alterasinya. Identifikasi mineral- mineral alterasi dilakukan melalui pengamatan megaskopis, mikroskopis (analisa petrografi) dan analisa PIMA. Stratigrafi daerah penelitian secara berurutan dari tua ke muda disusun oleh satuan andesit hornblende dan breksi vulkanik yang secara umum telah teralterasi dengan intensitas alterasi lemah-kuat. Mineral alterasi yang hadir berupa monmorilonit, kaolinit, haliosit, piropilit, serisit/muskopit, klorit, dickit, alunit dan silika. Mineral alterasi hadir dengan tekstur desiminated, vugy, veint, veintlet, stratiform, colloform, comb structure. Himpunan mineral alterasi tersebut membentuk zona alterasi intermediet argilic, advanced argilic dan, zona alterasi argilic. Larutan hidrotermal yang mengontrol proses alterasi daerah penelitian memiliki temperatur 100oC-300oC dengan kondisi pH asam sampai sedikit netral atau dengan kata lain dari jenis larutan epitermal sulfida tinggi. Aktivitas hidrotermal di daerah penelitian ditafsirkan terjadi dua kali proses, hal ini berdasarkan kondisi larutan serta tekstur maupun struktur alterasinya.