Lilis lisnawati, SST, M.Keb
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

GAMBARAN FAKTOR LETAK GEOGRAFIS DAN KUNJUNGAN POSYANDU PASIRPARI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIAWI TAHUN 2012. Lilis lisnawati, SST, M.Keb
JURNAL KESEHATAN BIDKEMAS RESPATI Vol. 4 No. 1 (2013): Februari 2013
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/bidkes.v4i1.12

Abstract

Berdasarkan sumber data yang dilihat di Puskesmas Ciawi diperoleh bahwa jumlah kader Posyandu sebanyak 315 orang yang tersebar di 76 posyandu (tiap posyandu memiliki 2-6 orang kader). Pencapaian target D/S (jumlah bayi dan anak Balita yang datang dan ditimbang di Posyandu dibanding dengan semua bayi dan anak Balita yang ada) sebesar 72,01%. Salah satu desa di Kecamatan Ciawi adalah Desa Pasirhuni dengan wilayah kerja sebanyak 14 RW yang memiliki 10 posyandu, yang dibina oleh 1 orang petugas (bidan desa) dan di bantu oleh 43 kader. Peran serta ibu yang mempunyai balita dalam kegiatan posyandu masih kurang, hal ini dapat dilihat dari sejumlah balita yang ada sebanyak 84 orang, sebesar 60% ibu balita yang datang ke Posyandu untuk menimbangkan balitanya. Tujuan Mengetahui gambaran faktor yang berhubungan dengan kunjungan Posyandu Pasirpari di wilayah kerja Puskesmas Ciawi tahun 2012. Jenis penelitian ini termasuk kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu balita usia 0-5 tahun di Posyandu Pasripari Kecamatan Ciawi pada bulan Maret tahun 2012 yang berjumlah 84 orang.Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik purposive sampling Setelah dilakukan penelitian jumlah sampel berdasarkan kriteria tersebut sebanyak 76 orang.Instrument penelitian adalah format kuesioner yang telah dibuat sendiri oleh peneliti. Analisis data yang digunakan adalalah analisis univariat untuk menganalisis variabel Letak geografis, dan kunjungan ke posyandu melalui distribusi frekuensi. Hasil penelitian didapatkan bahwa Letak Geografis Distribusi faktor letak geografis yang berhubungan dengan kunjungan ke Posyandu Pasirpari di wilayah kerja Puskesmas Ciawi tahun 2012 menunjukkan bahwa letak geografis/ keterjangkauan kke Posyandu paling banyak termasuk dekat yaitu 65 orang (85,5%), dan yang jauh sebanyak 11 orang (14,5%). Data menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak teratur dalam kunjungan Posyandu yaitu 43 orang (56,6%), dan teratur 33 orang (43,3%). Simpulan dari penelitian ini adalah letak geografis atau keterjangkauan ke posyandu paling banyak termasuk dekat yaitu 65 orang (85,5 %), dan yang jauh sebanyak 11 orang (14,5%) serta data kunjungan sebagian responden tidak teratur dalam kunjungan posyandu yaitu 43 orang (56,6%), dan teratur 33 orang (43,3%). Saran yang direkomendasikan adalah bagi aparatur pemerintahan bekerjasama dengan pihak puskesmas dalam menyusun kegiatan pokjanal poyandu serta menentukan lokasi posyandu yang dapat terjangkau oleh seluruh masyarakat sehingga pelayanan dasar posyandu dapat terjangkau oleh seluruh masyarakat.
PERBANDINGAN EFEK KLINIS DAN LABORATORIUM HASIL PEMBERIAN MgSO4 SECARA KONTINYU DAN BERKALA PADA PASIEN PREEKLAMSI- EKLAMSI Lilis lisnawati, SST, M.Keb
JURNAL KESEHATAN BIDKEMAS RESPATI Vol. 6 No. 2 (2015): Agustus 2015
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/bidkes.v6i2.51

Abstract

Kematian ibu akibat preeklamsia - eklamsi merupakan salah satu dari tiga penyebab kematian ibu selain perdarahan dan infeksi. Tingginya insidensi serta belum sempurnanya pengelolaan menyebabkan prognosa yang buruk.1Pengobatan dengan magnesium sulfat telah diterima di banyak tempat sebagai pengobatan terpilih pada preeklampsia dan eklampsi. Cara pemberian dan dosis magnesium sulfat masih bermacam-macam walaupun semuanya bertujuan untuk mendapatkan kadar magnesium dalam darah yang dapat memberikan efek terapetik yang optimal dan berlangsung lama. Populasi  pada penelitian ini adalah  semua ibu hamil  yang menderita preeklampsi dan eklampsia di RSU dr Soekardjo dari bulan Maret - Agustus 2015 (6 bulan), sedangkan sampel penelitian ini adalah ibu-ibu  populasi tersebut diatas yang memenuhi kriteria inklusi serta memenuhi besar sampel minimal. Hasil penelitian menyatakan bahwa pemberian magnesium sulfat secara intravena lebih baik untuk mencegah kejang  ataupun kejang ulangan. Sedangkan pada pemberian magnesium sulfat secara intravena dan intramuskular dipandang dari segi intoksikasi tidak didapatkan perbedaan antara kedua pola pemberian. Intoksikasi yang terjadi pada pola I semata-mata hanya merupakan faktor ketidaktelitian.
FAKTOR DETERMINAN YANG MENJADI RESIKO TERJADINYA UNMEET NEED PADA WUS DI KECAMATAN SINGAPARNA Lilis lisnawati, SST, M.Keb
JURNAL KESEHATAN BIDKEMAS RESPATI Vol. 7 No. 2 (2016): Agustus 2016
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/bidkes.v7i2.72

Abstract

Keikutsertaan aktif keluarga berencana (Contraceptive Prevalence Rate/CPR) di negara berkembang merupakan salah satu pilar fundamental keselamatan untuk memenuhi hak-hak reproduksi mereka, akan tetapi rendahnya angka CPR disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya masih banyak PUS yang tidak ber KB atau dikenal dengan istilah unmeet need. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor determinan yang menjadi resiko terjadinya unmeet need pada WUS di Kecamatan Singaparna. Penelitian menggunakan metode analitik crossectional dengan Analisis data yang digunakan yaitu univariat, bivariate dengan menggunakan uji Chi-Square dan multivariat dengan uji regresi logistik serta besar risiko dihitung dengan rasio prevalensi (RP). Populasi dalam penelitian adalah WUS usia 15-49 tahun yang tercatat dalam laporan Puskesmas bulan Januari-Juni 2016 di wilayah Kecatan Singaparna sejumlah 174 orang. Variabel pendidikan, pekerjaan, paritas, riwayat penggunaan KB, keyakinan menggunakan alat kontrasepsi, pengetahuan, konseling KB dan persetujuan suami merupakan variabel yang berhubungan dengan kejadian unmetneed sedangkan variabel umur, pendapatan, akses terhadap pelayanan kesehatan dan dukungan keluarga merupakan variabel yang tidak berhubungan dengan kejadian unmetneed dan konseling KB merupakan faktor yang paling berisiko Pemerintah dapat meningkatkan promosi penggunaan alat kontrasepsi dengan mempertimbangkan aspek-aspek yang berkaitan dengan permasalahan seperti masih rendahnya pendidikan dan pengetahuan masyarakat dan meningkatkan kualitas konseling KB oleh petugas kesehatan dan petugas lapangan KB di Desa secara komprehensif dengan memberikan semua penjelasan secara menyeluruh sesuai kebutuhan masyarakat.