Kota Surakarta memiliki beragam wujud kesenian tradisional, salah satunya ialah wayang beber. Namun saat ini kesenian tersebut kurang dikenal oleh generasi muda di Kota Surakarta, terutama jika dilihat dari aspek sejarah, seni sungging, serta keberadaan para seniman sungging wayang beber itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh karena minimnya upaya, pe-manfaatan media, serta metode pengenalan yang masih belum dapat menjangkau generasi muda. Alhasil kelangsungan hidup wayang beber di Kota Surakarta kian memprihatinkan. Berkaca dari permasalahan tersebut, dirancanglah kampanye sosial “Dibébérké”, yakni sebuah gerakan untuk mengedukasikan kesenian wayang beber pada generasi muda Kota Surakarta. Guna mengkomunikasikan pesan kampanye sosial, dirancanglah strategi komunikasi melalui media sosial Instagram serta pemberdayaan seniman sungging wayang beber “Sanggar Naladerma”, Komunitas Soerakarta Walking Tour, Rumah Budaya Kratonan, serta Komunitas SangKuli-Kriya ISI Surakarta guna menciptakan sebuah event kolaborasi untuk memperkenalkan aspek-aspek kesenian wayang beber mulai dari sejarahnya di Kota Surakarta dan keberadaan maestro sungging wayang beber “Sanggar Naladerma” yang dikemas dalam bentuk wisata sejarah, serta memperkenalkan seni sungging wayang beber melalui kegiatan workshop dengan media totebag blacu. Kegiatan ini tidak hanya berfungsi sebagai bentuk edukasi saja, melainkan turut menjadi inovasi dalam upaya pengenalan, memberikan ruang bagi seniman sungging wayang beber untuk terus berkarya dan memperkenalkan keberadaan wayang beber pada generasi muda di Kota Surakarta, serta sebagai upaya pelestarian.