Riyadh Firdaus
Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia – Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Indonesia

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Prediktor Luaran Pada Cedera Kepala: Laporan Kasus Berbasis Bukti Riyadh Firdaus; Girhanif Amri Yunda; Krissa Devani; Yohanes Gunanta
Majalah Anestesia & Critical Care Vol 41 No 3 (2023): Oktober
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif (PERDATIN) / The Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Care (INSAIC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55497/majanestcricar.v41i3.366

Abstract

Pendahuluan: Cedera kepala masih menjadi tantangan besar di dunia. Jumlahnya menyumbang mortalitas dan morbiditas lebih banyak dibandingkan dengan jenis trauma lain. Pada cedera kepala, prakiraan luaran merupakan satu hal yang sering didebatkan dan prediksi luaran pasien penting untuk menentukan keputusan klinis dokter. Pencarian literatur dilakukan sesuai pertanyaan klinis dan terstruktur menggunakan Cochrane Library® dan PubMed®. Presentasi Kasus: Seorang laki-laki 28 tahun dibawa ke instalasi gawat darurat dengan keluhan utama ditemukan tidak sadar di jalan selama 3 jam karena kecelakaan lalu lintas. Nilai GCS saat datang ke instalasi gawat darurat (IGD) E1M2V2. Pada saat penanganan di IGD terjadi perbaikan GCS menjadi E2M4Vett setelah pemberian manitol. Dilakukan CT scan (Computed Tomographic scan) ditemukan perdarahan epidural, perdarahan subdural dengan herniasi subfalcine 0,7 cm, dan fraktur multipel wajah. Selanjutnya diputuskan untuk tindakan kraniotomi dekompresi dan debridement. Pasien diintubasi dan diberikan cairan kristaloid serta transfusi darah selama persiapan preoperatif hingga hemodinamik stabil. Dilakukan pembiusan umum dan pasien diposisikan terlentang dengan elevasi kepala 30 derajat. Selama intraoperatif, hemodinamik pasien dijaga dengan kecukupan cairan maintenance dan produk darah tanpa menggunakan obat topangan. Pascaoperasi pasien dirawat di intensive care unit (ICU) selama 7 hari. Simpulan: Luaran buruk dan mortalitas cedera kepala dapat diprediksi secara klinis dengan melihat adanya hipotensi, perdarahan epidural, pembengkakan cisterna, skor Full Outline of Unresponsiveness (FOUR), Glasgow Coma Scale (GCS) terutama motorik, Abbreviated Injury Scale – Head (AIS-H), skoring radiologis CT (Computed Tomographic) dengan skor Marshall atau Rotterdam, serta uji yang sudah divalidasi dengan International Mission on Prognosis and Analysis of Clinical trials in Traumatic brain injury Extended (IMPACT-E). Kata kunci: cedera kepala; Evidence-based Medicine; mortalitas; penilaian klinis; prediktor luaran.