Sigit Dwi Pramono
Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PENGARUH DANGKE PADA GDP DAN GD2PP PADA TIKUS PUTIH (RATTUS NORVEGICUS) OBESITAS Tazkia Nurwahidah Anabanua; Asrini Safitri; Rezky Pratiwi L Basri; Zulfamidah Zulfamidah; Sigit Dwi Pramono
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 4 No. 4 (2023): DESEMBER 2023
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v4i4.21123

Abstract

Tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh dangke pada GDP dan GD2PP pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Obesitas. Penelitian ini merupakan penelitian experimental dengan desain yaitu Randomized Control Group Trial Pre-Post Design. Experimen pada penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat perlakuan sebelum dan sesudah diberikannya dangke pada GDP dan GD2PP pada tikus putih (Rattus Novergicus) yang mengalami obesitas. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang tikus beserta makan dan minum, timbangan digital, handscoon, masker, spoit, tabung darah EDTA, alat ukur gula darah, kamera digital. Bahan yang digunakan adalah hewan coba berupa tikus putih (Rattus novergicus) yang telah disiapkan khusus dan memenuhi kriteria dan ekstrak dangke. Data dikumpulkan dari analisis dan pengamatan kemudian dimasukkan dalam file komputer. Pengolahan, analisis, serta penyajian data dengan menggunakan program statistical programfor social sains (SPSS). Data dianalisis dengan menggunakan uji independent T-test/Mann-whitney test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar GDP pada tikus putih (Rattus Novergicus) obesitas kelompok intervensi sebelum 54,7±29,3 dan setelah pemberian dangke 61,6±21,0. Tidak terdapat hubungan antara pemberian dangke terhadap GDP pada tikus putih (Rattus Novergicus) obesitas (p-value 0,66). Kadar GD2PP pada tikus putih (Rattus Novergicus) obesitas kelompok intervensi sebelum 121,88±26,3 dan setelah pemberian dangke 132,5±32,3. Tidak terdapat hubungan antara pemberian dangke terhadap GD2PP pada tikus putih (Rattus Novergicus) obesitas (p-value 0,13).
Pengaruh Penggunaan Hijab dan Frekuensi Keramas terhadap Kondisi Kesehatan Rambut Nilam; Sri Vitayani; Sigit Dwi Pramono; Shulhana Mokhtar; Masita Fujiko
Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol. 3 No. 11 (2023): November
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/fmj.v3i11.414

Abstract

Penggunaan hijab yang tidak diikuti dengan perawatan rambut yang rutin dan tepat dapat memicu terjadinya permasalahan rambut. Peningkatan frekuensi keramas berpengaruh terhadap berkurangnya pengelupasan seperti gatal dan kulit kepala yang kering. Kesehatan rambut adalah kondisi pada kulit kepala dan rambut yang ditandai dengan tidak terdapatnya keluhan yang mengganggu pada kulit kepala dan rambut seperti ketombe, rontok, tidak kering, tidak kusam, tidak berminyak, dan mudah ditata. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan hijab dan frekuensi keramas terhadap kondisi kesehatan rambut. Jenis penelitian analitik observasi dengan pendekatan cross sectional. Analisis data menggunakan uji chi-square. Sampel penelitian ini sebanyak 134 responden dari Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia Angkatan 2021 dengan menggunakan teknik simple random sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan hijab menyerap keringat (p=0,031), penggunaan bahan hijab katun, sifon, polyester (p=0,027), berhijab dalam kondisi rambut basah (p=0,036), berhijab lebih dari 12 jam per hari (p=0,042), memakai dalaman jilbab yang lembut dan menyerap keringat (p=0,035), memakai bahan dalaman jilbab kaos dan spandex (p=0,044), frekuensi keramas dalam seminggu (p=0,025), mencuci rambut dengan sampo (p=0,005), menggunakan conditioner saat keramas (p=0,037) berpengaruh terhadap kondisi kesehatan rambut. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan hijab dan frekuensi keramas terhadap kondisi kesehatan rambut. Bagi peneliti selanjutnya, perlu kiranya melakukan penelitian lanjutan dengan faktor-faktor lain yang dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kesehatan kulit kepala dan rambut.
Uji Sensitivitas Ekstrak Kulit Batang Belimbing Wuluh terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus epidermidis Penyebab Acne vulgaris Reza Damayanti Saleh; Sri Vitayani; Sigit Dwi Pramono; Dian Amelia Abdi; Yani Sodiqah
Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol. 3 No. 11 (2023): November
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/fmj.v3i11.415

Abstract

Kulit batang belimbing wuluh mengandung senyawa penting seperti alkaloid, flavonoid, fenol, dan saponin. Senyawa ini pada tanaman herbal memiliki efek antimikroba, antioksidan, dan antiinflamasi yang dapat digunakan sebagai obat tradisional Acne vulgaris. Salah satu penyebab Acne vulgaris adalah peningkatan aktivitas flora normal kulit yaitu Staphylococcus epidermidis. Penelitian ini bertujuan mengetahui sensitivitas ekstrak kulit batang belimbing wuluh terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis penyebab Acne vulgaris. Penelitian ini adalah true experimental dengan metode disc diffusion. Ekstrak kulit batang belimbing wuluh konsentrasi 25%, 50%, 75%, dan 100% menghasilkan zona hambat berturut-turut sebesar 4,26 mm; 6,73 mm; 7,41 mm; dan 8,14 mm pada biakan bakteri Staphylococcus epidermidis. Kontrol positif dengan antibiotik clindamycin menghasilkan zona hambat 32,76 mm pada biakan bakteri Staphylococcus epidermidis. Kontrol negatif dengan aquades tidak menghasilkan zona hambat karena tidak mempunyai aktivitas antibakteri. Daya hambat paling besar terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis terdapat pada ekstrak etanol kulit batang belimbing wuluh dengan konsentrasi 100% dan zona hambat 8,14 mm yang tergolong dalam aktivitas antibakteri lemah.
Evaluasi Kepatuhan Pasien Tuberkulosis Paru terhadap Penggunaan OAT Lucky Amelia saad; Hermiaty Nasaruddin; Sigit Dwi Pramono; Edward Pandu Wiryansyah; Rahmawati
Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol. 4 No. 5 (2024): Mei
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/fmj.v4i5.457

Abstract

Tuberculosis ditetapkan sebagai kondisi darurat Kesehatan global yang dikemukankan oleh WHO (world Health Organization). Dari hasil perhitungan terdapat delapan negara yang berada di urutan tertinggi sampai menengah yaitu penyumbang terbesar negara India, negara kedua Tiongkok, negara ke tiga Indonesia, negara ke empat Filiphina, kemudian disusul negara Pakistan, Nigeria, Bangladesh dan terakhir negara Afrika Selatan. Pada tahun 2021 Kementerian Kesehatan RI terkait Global Tuberkulosis Report, Tuberkolosis di Indonesia diperkirakan terdapat 824.000 kasus dan khusus Provinsi Sulawesi-Selatan, Dinas Kesehatan mencatat terdapat 31.022 kasus, dimana Makassar dengan kasus terbanyak. Tujuan dari penelitian ini ialah meninjau evaluasi pasien Tuberkulosis dari tingkat kepatuhannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode spearman. Hasil dari penelitian ini ditemukan beberapa kriteria, dari kelompok jenis kelamin yaitu responden laki-laki yang terbanyak, untuk kategori usia yaitu responden lansia, tingkat pendidikan yaitu responden pendidikan rendah, dan untuk profesi dominan responden yang tidak berkerja. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan antara tingkat kepatuhan minum obat dengan kesembuhan sebanyak (90,9%) terdapat hubungan, dalam penelitian ini pasien mayoritas berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah pasien sebanyak (56,8%) dapat dikatakan tidak terdapat hubungan dengan kepatuhan minum obat anti tuberkulosis. Sedangkan antara kriteria usia dengan mayoritas lansia jumlah pasien sebanyak (38,6%), antara tingkat pendidikan dengan mayoritas pendidikan rendah sebanyak (52,3%) dan perkerjaan dengan mayoritas tidak bekerja sebanyak (40,9%) yang menunjukkan tidak terdapat hubungan antara variabel di atas dengan kepatuhan minum obat anti tuberkulosis. Dari penelitian ini di dapatkan hanya tingkat kepatuhan berobat tuberkulosis yang memiliki hubungan dengan tingkat kesembuhan pasien.