Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Peran Arsitek dalam Pelestarian Objek di duga Cagar Budaya Wilayah Samarinda Kalimantan Timur Mulyani; Nur Asriatul Kholifah; Anisah Azizah; Amelia Dwi Nur Azizah; Afriza Rizki Antaresti; Nabeela Amalia Putri; Vinie Tamama; Saddam Gumilang Syarif
Jurnal Rekayasa Tropis, Teknologi, dan Inovasi (RETROTEKIN) Vol. 1 No. 2 (2023): RETROTEKIN (Rekayasa Tropis, Teknologi, dan Inovasi)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Indonesia memiliki beragam budaya dalam setiap daerah, keberagaman ini menciptakan berbagai sejarah serta bentuk atau ciri khas dari sebuah daerah tersebut.  Salah satu daerah yang memiliki berbagai macam cerita terdahulu adalah Samarinda tepatnya berada di Samarinda Seberang dengan terbentuknya atau terbangunnya sebuah bangunan yang memiliki filosofi maupun cerita nya masing-masing. Semakin berkembangnya pembangunan-pembangunan pada wilayah Samarinda membuat bangunan-bangunan terdahulu semakin tidak diperhatikan. Namun, hal ini ditindaklanjuti oleh pemerintah wilayah Samarinda untuk melakukan pelestarian terhadap sejarah yang telah terjadi di masa lampau. Penelitian ini bertujuan untuk 1) Menentukan objek bangunan bersejarah yang di duga belum menjadi cagar budaya, 2) Mengetahui sejarah terbangunnya sebuah bangunan pada wilayah tersebut, 3) Menentukan upaya pelestarian yang akan digunakan pada bangunan. Penelitian ini merupakan pengembangan dalam pelestarian sebuah bangunan bersejarah yang akan mengacu pada pola pikir untuk melakukan upaya-upaya pelestarian bangunan sejarah. Kesimpulan dari perencanaan ini adalah 1) Penentuan Objek bersejarah serta fungsi disesuaikan dengan sejarah terdahulu, 2) Awal mula sejarah bangunan ini diketahui melalui sejarah seseorang melalui salah satu alat transportasi, 3) Bangunan bersejarah membutuhkan beberapa upaya pelestarian yaitu dengan melakukan rekonstruksi yang merupakan upaya dengan memperbaiki kerusakan-kerusakan yang telah terjadi tanpa merubah bentuk asli sebuah bangunan.   Kata Kunci: Sejarah, Bangunan, Cagar Budaya, Pelestarian
Merajut Unsur Manusia dan Kelestarian Alam dengan Desain Ekologis di Lahan Eks. Bumi Perkemahan Desa Sangkima, Kutai Timur Pandu K. Utomo; Dharwati P. Sari; Nur Asriatul Kholifah; Wisma Rumekso; Nuralam Akhmad
TRANSFORM: Journal of Tropical Architecture and Sustainable Urban Science Vol. 3 No. 1 (2024): TRANSFORM
Publisher : Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Desa Sangkima yang berada di wilayah administratif Sangatta memiliki kawasan permukiman yang sedang berkembang namun belum difasilitasi ruang terbuka publik yang memadai. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji salah satu lahan di Desa Sangkima yang memiliki potensi untuk dijadikan sebagai taman umum yang dapat dimanfaatkan warga setempat. Metode penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif deskriptif dengan menganalisis topografi dan kondisi flora dan fauna di lahan tersebut. Hasil penelitian ini adalah lahan Eks. Bumi Perkemahan yang ada di Desa Sangkima sangat relevan dan sesuai untuk didesain ulang (re-development) menjadi taman ekologis dengan menekankan aspek manusia sebagai unsur terkuat dalam perancangan taman tersebut. Salah satu pendekatan konsep untuk mewujudkan desain taman tersebut adalah pendekatan desain biofilik.
Identifikasi Arsitektur Masjid Raya Darussalam di Samarinda Sebagai Usulan Cagar Budaya Nur Asriatul Kholifah; Anisah Azizah; Putri Nopianti; Reza Prakoso Dwi Julianto; Arina Aprilia Prasetyaningrum; Rizkya Shafa Najwan; Andika Muhroziannur; Nadia Adelia Putri; Ridho; Bayu Prasetyo Rahmanda Putra
TRANSFORM: Journal of Tropical Architecture and Sustainable Urban Science Vol. 3 No. 1 (2024): TRANSFORM
Publisher : Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Cagar budaya merupakan warisan budaya yang berupa kebendaan berupa benda cagar budaya yang harus dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan kebudayaan. Masjid Raya Darussalam terletak di Samarinda Kalimantan Timur. Masjid ini berusia 99 tahun dan memiliki potensi yang besar untuk diakui sebagai cagar budaya. Karena nilai sejarah, arsitektur, dan sosialnya yang tinggi, masjid ini menjadi landmark penting bagi kota Samarinda dan seluruh Kalimantan Timur. Mengidentifikasi Masjid Raya Darussalam sebagai war isan budaya tidak hanya berarti mengakui nilai sejarah dan keindahannya, namun juga memastikan warisan budaya berharga tersebut tetap dilestarikan. Metode penelitian yang digunakan dalam mengidentifikasi gaya arsitektur Masjid Raya Darussalam sebagai usulan bangunan cagar budaya adalah metode deskriptif kualitatif dengan pengumpulan data primer dan data sekunder. Berdasarkan kriteria cagar budaya menurut UU Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, Masjid Raya Darussalam masuk kedalam kriteria tersebut. Konservasi merupakan salah satu cara yang tepat untuk melestarikan bangunan bersejarah seperti Masjid Raya Darussalam. Pendekatan konservasi mencakup tindakan seperti mempertahankan struktur asli, melakukan perbaikan yang sesuai dengan metode dan bahan tradisional, dan melakukan penelitian historis yang mendalam untuk memahami dan mempertahankan keaslian bangunan.