Kusta juga merupakan penyakit menular kronis yang apabila tidak diobati secara tepat dapat menyebabkan cacat fisik, psikologis dan sosial (1). Cacat fisik yang ditimbulkan oleh kusta menyebabkan stigma yang berkembang dimasyarakat membuat pasien malu untuk mencari pengobatan yang tepat sehingga kualitas hidup orang dengan kusta menjadi menurun dan resiko penularan kusta semakin tinggi (2). Namun, bukti terkini yang mengulas pengaruh stigma masyarakat terhadap pasien kusta masih sangat terbatas. Penderita akan menularkan meskipun sudah sembuh, bahkan pada anak keturunannya. Jarang sekali yang mengambil bagian untuk menyelesaikan masalah pada anak-anak. Selain itu, banyak sekali kasus anak yang tidak terdeteksi karena factor stigma dan social budaya (1,2).