Dartim, Dartim
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

DJAZMAN AL-KINDI: PENDIDIKAN DAN PERKADERAN Rushd, Dartim Ibnu; Suryanto, Joko
Tajdida: Jurnal Pemikiran dan Gerakan Muhammadiyah Vol 14, No 2 (2016): Desember
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendidikan adalah pilar sebuah kemajuan peradaban manusia. Di antara begitu banyak tokoh di dalam dunia pendidikan, beliau adalah Djazman Al-Kindi, atau yang bernama lengkap Mohammad Djazman Al-Kindi. Beliau selain sebagai tokoh pendidikan, beliau juga adalah aktivis sekaligus kader Muhammadiyah. Pendidikan bagi beliau harus menyatu dengan perkaderan, sebagaimana pendahulunya K.H. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah adalah sebagai tempat untuk pencerdasan umat dan sekaligus tempat untuk melahirkan kader-kader yang akan melanjutkan kelangsungan persyarikatan tersebut. Pendidikan adalah perkaderan, tetapi di saat yang sama perkaderan adalah pendidikan. Hal ini dapat dilihat dengan didirikanya UMS oleh beliau adalah selain sebagai tempat pengkajian ilmu juga sebagai tempat membina kader-kader Muhammadiyah
MUHAMMADIYAH DAN GERAKAN PENCERAHAN Dartim, Dartim; Afianto, Dodi
Tajdida: Jurnal Pemikiran dan Gerakan Muhammadiyah Vol 14, No 1 (2016): Juni
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Muhammadiyah is the Islamic movements that make Islam as the soul in any aspects of life. complexity of the faith problems dan Muamalah that hit people make Muhammadiyah should be able to be creative in dawah. The challenge in keeping Islam in order to become a genuine religion of various forms of shirk and hypocrisy is still relevant. New TBC styles or modern TBC, such as secularism, liberalism, materialism, syncretism and relativism, and other isms that it is shirk and modern hypocrite which are no less dangerous than the traditional TBC. In addition the problem of poverty, economic disparities, pornography, crime and other social problems remains a heavy burden for the nation. Islamic progressive of Muhammadiyah as a trade mark in this period is a movement of enlightenment for the people and nation.
PERCIKAN PEMIKIRAN PENDIDIKAN MOHAMMAD DJAZMAN: Kajian Konsep “Muslim Intelektual” dan “Ethos Kerja Islam” Ali, Mohamad; Rush, Dartim Ibnu
Tajdida: Jurnal Pemikiran dan Gerakan Muhammadiyah Vol 15, No 1 (2017): Juni
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Mohammad Djazman (1938-2000) seorang aktivis dakwah, praktisi pendidikan, penggerak angkatan muda, dan seorang pemikir ulung yang melampaui disiplin-disiplin keilmuan konvensional. Jejak-jejak amalnya dapat diketahui dengan cepat, misal kepeloporannya dalam perintisan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Namun, ketika sesorang ingin mengetahui bagaimana buah pemikirannya, akan menemui sejumlah kendala. Oleh karena itu, dibutuhkan energi intelektual untuk menggali horizon pemikirannya, sehingga generasi yang lebih kemudian tidak mengalami kesulitan untuk membaca dan memahami pemikiran tokoh-tokoh inspiratif, termasuk Mohammad Djazman. Tulisan ini berupaya menggali percikan pemikiran pendidikan beliau dengan menelusuri konsep-konsep kunci yang dipakainya dalam berbagai tulisan. Konsep “Intelektual Muslim” atau “Muslim Intelektual” dan “ethos kerja Islam” dua konsep yang sering digunakan Mohammad Djazman. Secara filosofis, pemikiran pendidikannya dapat dikategorikan sebagai pendidikan bercorak progresif religius
PERAN ILMU FALAK (ASTRONOMI) SEBAGAI PINTU GERBANG KHAZANAH INTELEKTUAL ISLAM Dartim, Dartim
Suhuf Volume 28., No.2., Nopember 2016
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ilmu Astronomi adalah ilmu yang memusatkan perhatiannya kepada objek berupa benda – benda angkasa termasuk bumi, bulan dan matahari serta gejala – gejala yang ditimbulkannnya. Dengan harapan agar benda – benda angkasa tadi dapat diamati dan diperkirakan kejadiannya, yang kejadian itu memiliki pengaruh terhadap kehidupan manusia di bumi. Di era kemajuan dalam berbagai bidang seperti zaman sekarang ini teknologi ilmu falak dan astronomi juga mengalami kemajuan yang begitu pesat. Namun hal ini sangat disayangkan karena masih sangat sedikit dari kalangan umat Islam yang memahami akan hal ini. Disebabkan budaya intelektual umat islam yang belum berkembang. Dimana sebenarnya, melalui pengkajian ilmu falak inilah umat islam dapat memasuki kembali khazanah budaya intelektualnya untuk kembali menguasai peradaban ilmu dan teknologi di dunia. Sehingga harapan besar dari Islam  dapat terwujud yaitu umat Islam  mampu membangun peradaban yang unggul dan utama. Tulisan ini berupaya mendeskripsikan bagaimana sejarah intelektual Islam yang pernah jaya pada abab pertengahan, untuk kemudian kita bangkitkan kembali pada era modern hari ini (dimana hari ini umat islam sedang dialanda kejumudan) melalui pintu gerbang pengkajian ilmu falak atau ilmu Astronomi. Karena dengan pengkajian ilmu astronomi diharapkan umat Islam mampu membangkitkan minatnya mengkaji kembali peran pentingnya ilmu dan teknologi, dengan tidak meninggalkan peran syariah dalam praktik dan teorinya.
Personality of Transformative Muslims by Buya Hamka Rushd, Dartim Ibnu
Iseedu: Journal of Islamic Educational Thoughts and Practices Vol.1, No.1, November 2017
Publisher : Muhammadiyah University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (399.556 KB) | DOI: 10.23917/iseedu.v1i1.5427

Abstract

This paper reviews the personal concept of transformative Muslims according to Buya Hamka. This topic is expected to contribute in the Islamic educational thought as an alternative of thought amid the educational problems in Indonesia. One of the problems that emerge today is the neglect of values and morals in each educational activity. By carrying out library research, this article revealed the concept propounded by Buya Hamka regarding with transformative Islamic education that should be emphasized on maximal efforts in fostering and strengthening the personality of transformative Muslims, resulting in changes toward more humanist, liberative and transformative attitudes and behaviors. Individual personality that includes the mind, soul, aspiration and physical figure should be developed comprehensively. Educational efforts in building a transformative Muslim personality can be carried out by practicing the activities of thinking and working. Therefore, the expectation of the benefits of preparing independent and responsible generations who are able to heed all the values and morals are attained.
MEMAKNAI RELEVANSI KONSEP PROFETIK KUNTOWIJOYO DENGAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM Dartim, Dartim
Iseedu: Journal of Islamic Educational Thoughts and Practices Vol 4, No 2 (2020): November
Publisher : Muhammadiyah University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/iseedu.v4i2.14346

Abstract

This paper discusses how the values of the prophetic spirit coined by Kuntowijoyo can enter certain aspects in the management of Islamic education. This is important because what often happens the concept of management is more focused on administrative matters so that it loses its substantive meaning, namely directed, structured, and character-oriented. This paper is written in the form of scientific articles that refer to scientific books and documents. The result is, that educational management must be focused on the spirit of transcendence which means having a divine dimension, liberation means freeing humans from the shackles of life, and humanization which means being able to synergize goodness towards an organized goal.
KONSEP PENDIDIKAN ISLAM INTEGRALISTIK: Studi Pemikiran Buya HAMKA dan Mohammad Natsir Utomo, Agung Wahyu; Dartim, Dartim
Iseedu: Journal of Islamic Educational Thoughts and Practices Vol 4, No 2 (2020): November
Publisher : Muhammadiyah University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/iseedu.v4i2.14342

Abstract

This study aims to determine the thoughts of  Buya Hamka and Mohammad Natsir regarding integralistic Islamic education and to identify the similarities and differences in the thoughts of the two figures regarding integralistic Islamic education. This research is motivated by the development of Islamic education in Indonesia as well as the covid-19 pandemic. Therefore, the concept of integralistic Islamic education which combines worldly and ukhrawi elements becomes one of the solutions in the midst of educational change. Buya Hamka and Mohammad Natsir are national Islamic figures who lived at the same time but have different educational backgrounds.This type of research is a type of library research (library research). The research approach in this study uses historical and philosophical approaches and data analysis uses history and comparative analysis. The results of this study conclude that the concept of integralistic Islamic education thought according to Buya Hamka and Mohammad Natsir is guidance that combines ukhrawi elements (morals, spiritual, emotional) and worldly elements (intellect, body, skills) based on tawhid to complement human nature and lead humans to their original nature. Then the similarity of the two concepts is in the meaning, educational goals, students, and material that must cover the science of religion and the world. While the differences appear in the curriculum, educators, educational environment, and learning methods.
PERCIKAN PEMIKIRAN PENDIDIKAN MOHAMMAD DJAZMAN: Kajian Konsep “Muslim Intelektual” dan “Ethos Kerja Islam” Mohamad Ali; Dartim Ibnu Rush
Tajdida: Jurnal Pemikiran dan Gerakan Muhammadiyah Vol 15, No 1 (2017): Juni
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Mohammad Djazman (1938-2000) seorang aktivis dakwah, praktisi pendidikan, penggerak angkatan muda, dan seorang pemikir ulung yang melampaui disiplin-disiplin keilmuan konvensional. Jejak-jejak amalnya dapat diketahui dengan cepat, misal kepeloporannya dalam perintisan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Namun, ketika sesorang ingin mengetahui bagaimana buah pemikirannya, akan menemui sejumlah kendala. Oleh karena itu, dibutuhkan energi intelektual untuk menggali horizon pemikirannya, sehingga generasi yang lebih kemudian tidak mengalami kesulitan untuk membaca dan memahami pemikiran tokoh-tokoh inspiratif, termasuk Mohammad Djazman. Tulisan ini berupaya menggali percikan pemikiran pendidikan beliau dengan menelusuri konsep-konsep kunci yang dipakainya dalam berbagai tulisan. Konsep “Intelektual Muslim” atau “Muslim Intelektual” dan “ethos kerja Islam” dua konsep yang sering digunakan Mohammad Djazman. Secara filosofis, pemikiran pendidikannya dapat dikategorikan sebagai pendidikan bercorak progresif religius