I Ketut Damana
Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Sriwijaya Tangerang Banten

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pengelolaan Rancangan Organisasi Umat Buddha di Padepokan Dhammadipa Arama Batu Jawa Timur I Ketut Damana
Jurnal Pelita Dharma Vol. 5 No. 1 Edisi Desember 2018
Publisher : STABN Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The problem raised in this study is that he has not yet known Management in the design of the Buddhist organization in the Padepokan Dhammadipa Arama Batu East Java. The purpose of this article is to find out the design of the management Buddhist organizations in the Padepokan Dhammadipa Arama Batu East Java.This study included a type of discrete qualitative research, informants in this study were Buddhists in Padepokan Dhammadipa Arama, data collection techniques used were interviews, observation, and documentation, with instruments in the form of observation guidelines and interview guidelines. The data analysis technique uses the Miles and Hubermen models which consist of four stages, data collection, data reduction, data presentation and conclusion or verification.The results of this study are (a) Forms of Buddhist Organizational Design in the Padepokan Dhammadipa Arama in the form of training and collaboration aimed at obtaining debriefing, adding knowledge and more planned planning. (b) Factors that influence the Design of Buddhist Organizations in Padepokan Dhammadipa Arama Batu East Java. In the form of human resources and technology. The aim is to increase motivation in designing Buddhist organizations. (c) Strategies that influence the Design of Buddhist Organizations in the Padepokan Dhammadipa Arama East Java. The form of financial management and management of cooperatives is intended to develop the design of Buddhist organizations. (d) Constraints in implementing the Design of Buddhist Organizations in Padepokan Dhammadipa Arama is lack of time, lack of readiness and lack of supervision. (e) Response that affects the Draft Organization of Buddhists in Padepokan Dhammadipa Arama is there are satisfied and dissatisfied, the purpose of the response responded to by Buddhists by correcting bad behavior and adding more performance designs. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah belum diketahuinya pengelolaan dalam rancangan  organisasi umat Buddha di Padepokan Dhammadipa Arama  Batu  Jawa Timur. Tujuan artikel ini untuk mengetahui  pengelolaan rancangan organisasi umat Buddha di Padepokan Dhammadipa Arama Batu Jawa Timur.Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif deskriptif. Informan dalam penelitian ini adalah umat Buddha di Padepokan Dhammadipa Arama. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara, observasi, serta dokumentasi, dengan instrumen berupa pedoman observasi dan pedoman wawancara. Teknik analisis data menggunakan model Miles Hubermen yang terdiri dari empat tahapan, yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.Hasil penelitian ini adalah: (a) bentuk-bentuk rancangan organisasi umat Buddha di Padepokan Dhammadipa Arama berupa adanya pelatihan dan kerja sama tujuannya untuk memperoleh pembekalan, menambah pengetahuan dan perencanaan lebih terencana; (b) faktor-Faktor yang mempengaruhi rancangan organisasi umat Buddha di Padepokan Dhammadipa Arama Batu Jawa Timur, yaitu adanya sumber daya manusia dan teknologi yang bertujuan menambah motivasi dalam merancang organisasi umat Buddha; (c) strategi yang mempengaruhi rancangan organisasi umat Buddha di Padepokan Dhammadipa Arama Jawa Timur berupa pengelolaan keuangan dan koperasi yang tujuannya untuk berkembangnya rancangan organisasi umat Buddha; (d) kendala dalam pelaksanaan rancangan organisasi umat Buddha di Padepokan Dhammadipa Arama adalah kurang waktu, kurang siap, dan  kurang pengawasan; (e) respons yang mempengaruhi rancangan organisasi umat Buddha di Padepokan Dhammadipa  Arama adalah ada yang puas dan tidak puas, yang ditanggapi oleh umat Buddha dengan memperbaiki perilaku yang tidak baik dan menambah lagi rancangan kinerja.
Persepsi Umat Buddha di Temanggung, Pati, Dan Banyumas Mengenai Kompetensi Penyuluh Agama Buddha Profesional Madiyono Madiyono; I Ketut Damana; Even Even
Jurnal Pelita Dharma Vol. 5 No. 1 Edisi Desember 2018
Publisher : STABN Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The preservation of Buddhism in Indonesia is greatly influenced by competent and profesional counselors so that the quantity of Buddhists can also increase. In some regions the number of Buddhists experiences ups and downs, along with dedication of Buddhist councelors, assemblies, and the Sangha. Related to this, efforts were made to gather information on various competency of counselors needed by Buddhists in Temanggung, Pati, and Banyumas Districts.Data collection was done in a qualitative way using in-depth interviews, observation, and documentation. Data were analyzed using the Miles and Huberman model. The credibility of the data was done by triangulation, member check, and increasing perseverance.The results of the study show that in general, Buddhists in Central Java understand the duties, roles and functions of Buddhist councelors. The competencies expected by Buddhists in Central Java cover many aspects. Competencies possessed by counselor include: capable to speak in public, capable of preparing guidance material well, master the basic principles of Buddhism, competence in delivering the teaching of the Buddha well, skillfull in carrying out devotional service (rites), competent in applying appropriate methods, skillfull in counseling lay-people. Buddhist councelors must have abilities in other fields, such as: law, the development of social political situations, governance, good communication. In terms of attitude, the councelors must also be able to be role models, be able to maintain harmony between Buddhists and other people of religion. In addition, the councelors must also be competent, humorous, non-sect, responsive, disciplined, diligent, good, open, willing to accept criticism, firm, adjust the condition of the people. Buddhist councelors must be neutral, also expected to have the ability to understand the latest informations, be able to operate a laptop, and other telecommunication and information tools, be able to preserve local culture, such as playing gamelan, singing Badrasanti and singing Javanese Buddhist songs.Pelestarian agama Buddha di Indonesia sangat dipengaruhi oleh penyuluh yang kompeten dan profesional sehingga jumlah umat Buddha juga dapat meningkat jumlahnya. Di beberapa daerah, jumlah umat Buddha mengalami pasang surut, seiring dengan jumlah penyuluh agama Buddha, majelis, dan Sangha. Sehubungan dengan hal tersebut, dilakukan upaya untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai kompetensi penyuluh yang dibutuhkan oleh umat Buddha di Kabupaten Temanggung, Pati, dan Banyumas.Pengumpulan  data  dilakukan  secara  kualitatif menggunakan  wawancara  mendalam,  observasi,  dan dokumentasi. Data kemudian dianalisis menggunakan  model Miles dan Huberman. Kredibilitas data dilakukan dengan triangulasi, cek anggota, dan meningkatkan ketekunan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum, umat Buddha di Jawa Tengah memahami tugas, peran  dan  fungsi dewan agama Buddha. Kompetensi yang diharapkan oleh umat Buddha di Jawa Tengah mencakup banyak aspek.  Kompetensi yang dimiliki oleh penyuluh agama Buddha meliputi: kemampuan berbicara di depan umum, mampu menyiapkan bahan bimbingan dengan baik, menguasai prinsip-prinsip dasar agama Buddha, kompetensi dalam menyampaikan ajaran Buddha dengan baik, terampil dalam melaksanakan pelayanan ritual (ritus), kompetensi dalam menerapkan metode yang tepat, keterampilan dalam konseling umat awam. Penyuluh Agama Buddha juga harus memiliki kemampuan di bidang lain, seperti: hukum, memahami perkembangan situasi sosial politik, pemerintahan, dan keterampilan komunikasi yang baik. Dari segi sikap, penyuluh agama Buddha juga harus bisa menjadi panutan, mampu menjaga keharmonisan antara umat Buddha dan umat beragama lainnya. Selain itu,penyuluh juga harus kompeten, humoris, bersikap non- sekte, responsif, disiplin, rajin, baik, terbuka, mau menerima kritik, tegas, dan dapat beradaptasi dengan kondisi masyarakat. Penyuluh Agama Buddha selain bersikap netral juga diharapkan memiliki kemampuan untuk memahami perkembangan informasi terbaru, dapat mengoperasikan laptop dan alat telekomunikasi dan informasi lainnya, dapat melestarikan budaya lokal, seperti bermain gamelan, menyanyi Badrasanti dan menyanyikan lagu- lagu Buddha Jawa.