This Author published in this journals
All Journal Jurnal Pelita Dharma
Sapardi Sapardi
Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Sriwijaya Tangerang Banten

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Misi dan Tujuan Hidup Manusia Berdasarkan Analisis Teks Tipitaka Sapardi Sapardi
Jurnal Pelita Dharma Vol. 6 No. 1 Edisi Desember 2019
Publisher : STABN Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This research was conducted to find out why the Mission and Purpose of Human Life is important? What is the Mission and Purpose of Human Life according to Buddhism? And what are the benefits of Human Life's Mission and Purpose according to Buddhism? Research data were collected by identifying texts from the Tipitaka/Tripitaka scriptures that deal with the subject matter.All collected data was analyzed and dissected using hermeneutic theory and the theory of causal relations (paticcasamuppada). These theories are used to compile the Struggle and Mission of Human Life according to Buddhism.The Mission and Purpose of Human Life is important because it is a guide in running the lives of every individual human being. The implementation begins with hiri and ottapa (shame to do evil and fear of the consequences of the crime committed), increasing to a higher level, namely the implementation of the Pancasila Buddhist for ordinary households/community, increasing to the implementation of ten precepts (Dasa Sila) for the samanera/samaneri (prospective monks/nuns), then the highest is the precepts for the monks/ nuns (Patimokkha Sila). The benefits are to provide guidance on living in the development of human character, the development of tolerance and culture, as a motivation for doing good, the development of a spirit of openness, and building social independence and the highest is leading to perfection. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui mengapa misi dan tujuan hidup manusia itu penting. Rumusan masalah yang diajukan adalah: (a) bagaimanakah misi dan tujuan hidup manusia menurut ajaran Buddha? dan (b) apakah manfaat misi dan tujuan hidup manusia menurut ajaran Buddha? Data penelitian dikumpulkan dengan mengidentifikasi teks-teks dari kitab suci Tipitaka/Tripitaka yang berhubungan dengan pokok permasalahan. Seluruh data yang terkumpul dianalisis dan dibedah dengan menggunakan teori hermeneutic dan teori hubungan sebab akibat (paticcasamuppada). Teori-teori tersebut digunakan untuk mengompilasi perjuangan dan misi kehidupan manusia menurut ajaran Buddha. Misi dan tujuan hidup manusia menjadi penting karena sebagai panduan dalam menjalankan kehidupan setiap individu manusia. Pelaksanaannya diawali dengan hiri dan ottapa (rasa malu untuk berbuat jahat dan rasa takut akan akibat dari kejahatan yang dilakukan), meningkat ke tingkat lebih tinggi yaitu pelaksanaan Pañcasīla Buddhis untuk perumah tangga/masyarakat biasa, meningkat ke pelaksanaan sepuluh sīla (dasa sīla) bagi para samanera/samaneri (calon bhikkhu/ bhikkhuni), kemudian yang tertinggi yaitu sīla untuk para bhikkhu/bhikkhuni (patimokkha sīla). Adapun manfaatnya adalah memberikan arah pedoman hidup dalam pembangunan karakter manusia, pengembangan toleransi dan budaya, sebagai motivasi berbuat baik, pembangunan spirit keterbukaan, dan membangun kemandirian sosial serta mengarah pada kesempurnaan.
Sīla dalam Terapan Kehidupan Bermasyarakat Sapardi Sapardi
Jurnal Pelita Dharma Vol. 5 No. 1 Edisi Desember 2018
Publisher : STABN Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sīla is a fundamental foundation in Buddhist practice. Sila comprises of every good manner and character that is included in Buddha’s moral and ethic tenet. Pañcīalsa (five -precepts) that Buddha teach to his disciples which are called upasaka and upasika is a sikkhapada (steps-of-training). This study aims to describe the practice of Sīla practice in everyday social life.The methodology used in this research is by descriptive- qualitative method. This method is used to describe emphaty for others, right living according to the Buddha's teachings, and how to avoid wrong livelihoods according to Buddhism.The emphaty to others in the modern technological era nowadays is not getting attention. This is indicated by changes in various aspects of society. Therefore, emphaty or caring is urgently in the society. Livelihood is described as every activity that is done to generate income to fulfil human’s daily life. Right livelihood (samma ajiva) is stated in the Sutta Pitaka,  Anguttara Nikâya  III,  208.  In  the  Vedabbāatjaka,  the  Kuddhaka Nikaya Buddha sees that people who choose to live as family person has a very big responsibility. The responsibility for kids, husband or wife, parents, siblings, relatives, even to friends are the kind of responsibilities that has  to be helped and supported with the right livelihood. In the contrary, Buddha suggests avoiding or leaving any work, effort, activity, and wrong livelihood that may cause suffering by torturing and killing a living being. Sīla merupakan dasar utama dalam pelaksanaan ajaran agama Buddha. Sīla mencakup semua perilaku dan sifat baik yang termasuk dalam ajaran moral dan etika agama Buddha. Pañcasīla Buddhis yang diajarkan Buddha kepada para siswa-Nya dalam hal ini yang disebut sebagai upasaka dan upasika adalah suatu sikkhapada (peraturan-pelatihan). Kajian ini bertujuan menjelaskan praktik sīla dalam terapan kehidupan bermasyarakat. Pembahasan dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan sikap kepedulian terhadap sesama, penghidupan yang benar menurut ajaran Buddha, dan cara-cara menghindari penghidupan salah menurut ajaran Buddha.Sikap peduli terhadap sesama pada era kemajuan teknologi modern sekarang ini kurang mendapat perhatian. Hal ini ditandai oleh adanya perubahaan tingkah laku dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, sikap kepedulian sangat dibutuhkan dalam masyarakat. Terkait dengan penghidupan atau mata  pencaharian  adalah segala  kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan pendapatan dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia sehari-hari. Berpenghidupan benar (samma ajiva) terdapat dalam Sutta Pitaka, Anguttara Nikâya III, 208. Dalam Vedabbajātaka, Kuddhaka Nikaya Buddha melihat bahwa orang yang memilih hidup sebagai perumah tangga memiliki tanggung jawab yang sangat besar. Tanggung jawab terhadap anak-anak, suami istri, orang tua, saudara, kerabat, sampai kepada teman-teman merupakan suatu tanggung jawab yang harus dibantu dan disokong dengan pekerjaan yang dilakukan. Sebaliknya, Sang Buddha menganjurkan untuk menghindari atau meninggalkan usaha, pekerjaan, aktivitas, dan penghidupan salah yang dapat menyebabkan  penderitaan  dengan  teraniaya  dan  terbunuhnya suatu makhluk hidup.