This article offers an encounter between the doctrine of the Christian trinity and the Sunda tritangtu as a form of theology contextualization. Using qualitative methods, this article elaborates on Pierce Taylor Hibbs’ research, which explains the trinity-like language, and Jakob Sumardjo’s publications, which explain Sundanese culture. Stephen B. Bevans’ translation model is used critically for contextualizing trinity and tritangtu. From the theory used, the Hibbs’ nature of language, which consists of speaker, speech, and breath, can translate each other in encounters with the tritangtu Sunda, which consists of ucap, tekad, and lampah. It is hoped that this contextualization offer will be able to help churches serving in the Sundanese area to be able to explain Christian doctrine, specifically the trinity in the context of Sundanese society, and help Christianity to understand the doctrine of the trinity from a new perspective, namely through the language and culture of Indonesian. AbstrakArtikel ini menawarkan suatu perjumpaan antara doktrin trinitas Kristen dengan tritangtu Sunda sebagai suatu bentuk kontekstualisasi teologi. Dengan menggunakan metode kualitatif, artikel ini mengelaborasi penelitian Pierce Taylor Hibbs yang menjelaskan trinitas dalam natur bahasa dan publikasi Jakob Sumardjo yang menjelaskan budaya Sunda. Model terjemahan milik Stephen B. Bevans dipergunakan secara kritis sebagai model kontekstualisasi trinitas dan tritangtu. Dari teori yang ada, natur bahasa Hibbs yang terdiri dari speaker, speech, dan breath dapat saling menerjemahkan saat bertemu dengan asas atau prinsip tritangtu Sunda yang terdiri dari ucap, lampah, dan tekad. Tawaran kontekstualisasi ini diharapkan mampu menolong gereja-gereja yang melayani di tatar Sunda untuk dapat menjelaskan doktrin kekristenan, secara khusus trinitas dalam konteks masyarakat Sunda, serta menolong kekristenan untuk memahami doktrin trinitas dengan cara pandang baru, yakni dengan bahasa dan budaya lokal Indonesia.