Robby Arsadani
Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

KERAGAMAN PEKINGAN GAYA YOGYAKARTA: TINJAUAN GARAP DAN TEKNIK TABUHAN Robby Arsadani; Suhardjono Suhardjono
IDEA: Jurnal Ilmiah Seni Pertunjukan Vol 17, No 1 (2023): Vol 17, No 1 (2023)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Keragaman pekingan di dalam seni karawitan gaya Yogyakarta pada irama yang sudah mapan (dados), yaitu: irama II atau dados, irama III atau wiled, dan irama IV atau rangkep. Penggunaan metode penelitian deskriptif analisis kualitatif ini untuk menjelaskan peking dan pekingan dan keragamannya. Adanya keragaman pekingan ini merupakan sebab-akibat tidak terealisasikan adanya upaya hasil kesepakatan pekingan pada sarasehan tahun 1985-1986 secara menyeluruh di DIY. Penelitian ini terfokus pada pekingan yang disajikan pada pertunjukan seni karawitan gaya Yogyakarta di dalam Uyon-Uyon Adiluhung KHP Kridhamardawa Keraton Yogyakarta, SMKI Yogyakarta, ISI Yogyakarta, dan AKNSB Yogyakarta. Keragaman pekingan ini memberikan kekayaan di dalam garap seni karawitan gaya Yogyakarta. Identitas yang digunakan yaitu “pekingan ndhisiki tabuhan balungan gending”, baik di dalam gending garap soran, bedhayan, maupun lirihan. Terkesan ada dua pola garap pekingan, yaitu: pola pekingan lamba dan rangkep. Hal ini tidak bisa disalahkan maupun dibenarkan salah satunya, yang ada hanyalah enak atau tidak enak untuk didengarkan maupun dinikmati musikalnya.YOGYAKARTA'S DIVERSITY OF PEKINGAN STYLES: AN OVERVIEW OF TABHAN'S WORK AND TECHNIQUESThis study discusses the diversity of Pekingan in Yogyakarta-style musical art on established rhythms (dados), namely: rhythm II or dados, rhythm III or wiled, and rhythm IV or rangkep. The use of this qualitative analysis descriptive research method is to explain Peking and Pekingan and their diversity. The existence of this diversity of Pekingan is a cause and effect of not realizing the results of the Pekingan agreement at the 1985-1986 workshop as a whole in DIY. This research focuses on pekingan which is presented in Yogyakarta-style musical performances in Uyon-Uyon Adiluhung KHP Kridhamardawa Yogyakarta Palace, Yogyakarta SMKI, ISI Yogyakarta, and AKNSB Yogyakarta. The diversity of Pekingan gives richness in working on the Yogyakarta-style karawitan art. The identity used is “pekingan ndhisiki wasp balungan gending”, both in the gending working on soran, bedhayan, and softly. It seems that there are two patterns of working on Pekingan, namely: the Pekingan lamba pattern and the rangkep pattern. This can not be blamed or justified either way, there is only good or bad to listen to or enjoy the musical.