Frendy Ahmad Afandi
Asdep Pengembangan Agribisnis Perkebunan, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Penyelamatan Perkaretan Nasional Melalui Kebijakan Peningkatan Konsumsi Karet Alam Domestik Frendy Ahmad Afandi; Feryanto Feryanto
Policy Brief Pertanian, Kelautan, dan Biosains Tropika Vol 5 No 4 (2023): Policy Brief Pertanian, Kelautan dan Biosains Tropika
Publisher : Direktorat Kajian Strategis dan Reputasi Akademik IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/agro-maritim.5.4.7-11

Abstract

Perkaretan Indonesia saat ini tidak sedang dalam kondisi baik. Banyak pabrik pengolahan karet remah yang sudah mengalami penutupan. Jika kondisi tersebut tidak segera di atasi, bukan tidak mungkin karet alam Indonesia akan segera punah. Indonesia sebagai negara dengan lahan karet terluas di dunia dan produsen karet terbesar kedua perlu segera memikirkan langkah-langkah strategis untuk memitigasinya. Beberapa alternatif kebijakan yang dapat diusulkan adalah peningkatan penyerapan karet alam domestik melalui sektor pertanian, pertambangan, kesehatan, otomotif, infrastruktur, dan gaya hidup. Pilihan kebijakan yang dipilih adalah peningkatan konsumsi domestik melalui sektor infrastruktur berdasarkan analisis tabel input-output 2016.
Pemanfaatan Presidensi Indonesia Dalam G20 Untuk Pembangunan Agribisnis Hijau Dalam Mencapai Dekarbonisasi Indonesia 2060 Frendy Ahmad Afandi; Feryanto
Policy Brief Pertanian, Kelautan, dan Biosains Tropika Vol 4 No 3 (2022): Policy Brief Pertanian, Kelautan dan Biosains Tropika
Publisher : Direktorat Kajian Strategis dan Reputasi Akademik IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/agro-maritim.4.3.272-277

Abstract

Perubahan iklim saat ini menjadi isu utama dunia, target kenaikan suhu untuk mencegah terjadinya perubahan iklim adalah 1,5 1,5-2oC sejak revolusi industri tahun 1760. Namun, kenaikan suhu bumi rata rata-rata sudah men capai 1,1 1,1oC dari tahun acuan. Artinya semakin penting bagi setiap negara untuk melakukan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dalam pembangunan ekonominya. Indonesia dapat memanfaatkan momentum sebagai presidensi G20 tahun 2022, untuk menyepakati upaya bersama diantara anggota G20 dalam pembangunan ekonomi hijau dan dekarbonisasi/pembangunan nol emisi yang sudah ditargetkan dunia pada tahun 2050 atau 2060. Hal ini sesuai dengan tema G20 tahun ini yakni kesatuan sistem kesehatan global, transformasi digital, dan transisi energi. Pembangunan rendah karbon melalui perdagangan karbon berbasis praktik pertanian ramah lingkungan diharapkan dapat menjadi keunggulan komparatif yang dapat dimanfaatkan dengan baik.