Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

KAJIAN REUSE MATERIAL BANGUNAN DALAM KONSEP SUSTAINABLE CONSTRUCTION DI INDONESIA Surjamanto, Wulfram I. Ervianto Biemo W. Soemardi
Jurnal Teknik Sipil Vol 12, No 1 (2012)
Publisher : Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (256.208 KB) | DOI: 10.24002/jts.v12i1.616

Abstract

Fenomena pemanasan global yang disebabkan oleh efek gas rumah kaca erat kaitannya dengan aktivitas pembangunan. Oleh sebab itu diperlukan pola pembangunan yang sekecil mungkin pengaruhnya terhadap lingkungan yang kemudian disebut dengan Pembangunan Berkelanjutan yang Berwawasan Lingkungan. Salah satu bagian dari pembangunan berkelanjutan adalah konstruksi berkelanjutan, salah satu aspeknya adalah melakukan konservasi terhadap penggunaan sumberdaya alam. Disisi lain, volume limbah yang dihasilkan mencapai 19,5 kg/m2 akibat aktivitas pembangunan proyek baru sedangkan akibat pembongkaran bangunan adalah 757 kg/m2. Oleh karenanya diperlukan tindakan nyata untuk memanfaatkan limbah tersebut dengan cara reuse dan recycle. Data dan informasi diperoleh melalui wawancara langsung terhadap pelaku usaha material bekas bangunan yang berada di beberapa kota besar di pulau Jawa. Hasil yang diperoleh adalah jenis material bekas yang banyak digunakan kembali adalah bahan yang terbuat dari kayu dan besi dengan alasan hasil bongkaran bangunan mengalami kerusakan relatif kecil pada saat pembongkaran dan dapat digunakan kembali melalui proses perbaikan dan atau reproduksi. Aspek positif membeli bahan bangunan di pasar loak adalah dapat membeli material sesuai dengan kebutuhan serta mendukung konservasi sumberdaya alam sedangkan aspek negatifnya adalah kontinuitas ketersediaan jenis material kurang terjamin.
PERANAN UNSUR-UNSUR RUANG TERBUKA PADA TINGKAT KENYAMANAN TERMAL OUTDOOR: ANTARA PERSEPSI DAN PENGETAHUAN Binarti, Floriberta; Kusuma, Hanson E; Wonorahardjo, Surjamanto; Triyadi, Sugeng
Jurnal Arsitektur Komposisi Vol 12, No 1 (2018): Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (745.378 KB) | DOI: 10.24002/jars.v12i1.1645

Abstract

Abstract: Surface morphology, surface material, greenery, anthropogenic heat and air pollutants are known as the elements that determine the thermal environment performance. These elements, hence, should determine the outdoor thermal comfort level. However, previous studies mentioned that the role of psychological adaptation in outdoor thermal comfort is greater than in the indoor. Therefore, exploring perceived elements, which determine the thermal environment, could enrich the perspective of a design approach of thermally comfortable open spaces. This study aims to explore the perceived elements of thermal environment, which contribute to the outdoor thermal comfort using open-ended questions of an online questionnaire. Several keywords obtained by the content analysis of 101 respondents’ answers affirm the role of the thermal environment elements in modifying the thermal environment. Tree or greenery, the most frequently appeared keyword, showed as the strongest perceived element. New keywords that significantly appeared; i.e. visual aspects, supporting facilities, and tranquility; indicate the importance of thermo-spatial perception approach in designing livable and thermally comfortable outdoor environment.Keywords: elements of thermal environment, outdoor thermal comfort, perception, psychological adaptation,Abstraksi: Morfologi permukaan, permukaan material, area hijau, panas antropogenik dan polutan udara diketahui sebagai elemen-elemen yang menentukan performansi lingkungan termal. Dengan demikian, elemen-elemen tersebut seharusnya menentukan tingkat kenyamanan termal outdoor. Namun, beberapa studi menyebutkan peranan adaptasi psikis pada kenyamanan termal outdoor yang lebih besar dibandingkan pada kenyamanan termal indoor. Oleh karenanya, eksplorasi elemen-elemen yang dipersepsikan menentukan lingkungan termal dapat memperkaya perspektif pendekatan studi ruang terbuka yang nyaman secara termal. Studi ini bertujuan untuk menggali elemen-elemen lingkungan termal yang dipersepsikan berperan pada kenyamanan termal outdoor dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat open-ended di dalam kuesioner online. Beberapa kata kunci yang dihasilkan oleh analisis konten dari 101 responden mengkonfirmasi peranan elemen-elemen lingkungan termal di dalam memodifikasi lingkungan termal. Pohon atau greenery, kata kunci yang paling sering muncul, menunjukkan sebagai elemen yang dipersepsikan paling kuat. Kata kunci baru yang muncul secara signifikan, yaitu: aspek visual, fasilitas penunjang, dan ketenangan; mengindikasikan pentingnya pendekatan persepsi termo-spasial di dalam merancang lingkungan outdoor yang hidup dan nyaman secara termal.Kata kunci: adaptasi psikis, kenyamanan termal outdoor, persepsi, unsur-unsur lingkungan termal
CHARACTERIZATION OF THE COMMUNITY PARTICIPATION MODEL IN THE MOSQUE CONSTRUCTION PROCESS (CASE STUDY: CONSTRUCTION OF MOSQUES IN DEMAK REGENCY) Kusyanto, Mohhamad; Triyadi, Sugeng; Wonorahardjo, Surjamanto
Journal of Islamic Architecture Vol 5, No 3 (2019): Journal of Islamic Architecture
Publisher : Department of Architecture, Faculty of Science and Technology, UIN Maliki Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2484.209 KB) | DOI: 10.18860/jia.v5i3.5791

Abstract

This research is based on the phenomenon of community participation in the development of domed mosques in Indonesia. Community participation was identified based on capability and the nature of the community. This paper compares the involvement of people in coastal areas of Demak to the participation of people in Demak city center in Central Java, Indonesia. Data was collected through interviews with the community and stakeholders in the construction of the mosques. The results of the study indicate there are differences in the communities’ capabilities, especially concerning financing and knowledge. Different characteristics also in the total floor area of the mosque building that was built by the community. These differences have an impact on the length of time needed to construct the mosque.