Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Strengthening Women's Perspectives in General Elections by Political Parties Pawestri, Aprilina; Wahyuliana, Ida
Law Research Review Quarterly Vol 4 No 3 (2018): L. Research Rev. Q. (August 2018) "Law and Democracy in General Election: Between
Publisher : Faculty of Law Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/snh.v4i03.27030

Abstract

Women's issues are not always present in the vision and mission the members of the legislative or presidential candidates and Vice President who carried out by political party in the elections, if one compared the economic issues and the law. As a result of the party system that is practised in the election, political party being the only vehicle that will bring this candidate as a Shaper and implementer of policies. As referred to in article 1 paragraph (1) of law No. 2 of year 2011 about the change of Act No. 2 of the year 2008 about political parties. Vision and mission delivered a little to much impact on the turn out of women at the time of the election venue. The question is not only 30% representation of women as members of the legistatif, but how the rights and protection of women, one example of the large number of violations of the rights of women. The country's present to satisfy the interests of its citizens. One of them is represented through the political parties, as part of which is inseparable with our national objectives in the preamble to The Constitution of the Republic of Indonesia in 1945 protect all the Nations and all the spilled blood of Indonesia.
A Comparative Study of Gay and Lesbian Movement in Indonesia and America for the Struggle of Equality Recognition Aprilina Pawestri; Supanto Supanto; Isharyanto Isharyanto
Jurnal Cita Hukum Vol 7, No 2 (2019)
Publisher : Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/jch.v7i2.12012

Abstract

Abstract:Studies of sexual orientation or sexual behavior in homosexual groups have been carried out from various aspects, such as religion, health, psychology, philosophy, anthropology, and law. This paper aims both on conducting studies of sexual orientation in gays and lesbians, and also in its movement. This study focuses on the comparison by discussing the history of the entry of gays and lesbians in America first. United State has made policy with the granting of same-sex marriage rights through the 2015 Obergefell Supreme Court ruling; hence, the rejection of same-sex marriage was unconstitutional action. Churches also dare to facilitate the process of same-sex marriage, by reason of following state decisions. The LGBT movement especially gays as a pioneer called the Gay Liberation Movement has a strong influence in America in fighting for equality, and has a big contribution to the granting of the right to same-sex marriage. This right is also supplemented by adoption rights. If this condition is compared to Indonesia which has lots of similar movement and becomes one of the biggest movements in Southeast Asia, in contrast, the majority of people reject the status. Meanwhile, gays and lesbians demand on the basis of human rights protection. Related to this condition, Indonesia has different views on human rights values. Human rights have universal principles, yet the actualization of human rights can be particular. Indonesia could be like America, if there are no regulations and restrictions on gay and lesbian individuals with differences in their sexual orientation, including the and lesbian movements.Keywords: Movement, Gay, Lesbian, United State, Equality Recognition Abstrak:Kajian tentang orientasi seksual ataupun perilaku seksual pada kelompok homoseksual telah banyak dilakukan dari berbagai aspek, baik aspek agama, kesehatan, psikologi, filsafat, antropologi ataupun hukum. Tulisan ini selain melakukan kajian tentang orientasi seksual pada gay dan lesbian, namun juga pada gerakan gay dan lesbian yang terorganisir. Kajian tentang gerakan gay dan lesbian ini menitikberatkan pada perbandingan dengan terlebih dahulu membahas tentang sejarah masuknya gay dan lesbian di Amerika. Amerika membuat kebijakan dengan dikabulkannya hak pernikahan sesama jenis melalui putusan Mahkamah Agung Obergefell tahun 2015, sehingga tindakan penolakan atas pernikahan sesama jenis merupakan perbuatan inkonstitusional. Gereja-gereja pun berani memfasilitasi proses pernikahan sesama jenis, dengan alasan mengikuti keputusan negara. Gerakan LGBT khususnya gay sebagai pelopor yaitu Gay Liberation Movement memiliki pengaruh yang kuat di Amerika dalam memperjuangkan kesetaraan dan memiliki andil besar atas dikabulkannya hak atas pernikahan sejenis. Hak ini dilengkapi pula dengan hak adopsi. Jika kondisi ini dibandingkan dengan Indonesia yang memiliki banyak gerakan serupa, bahkan menjadi salah satu gerakan terbesar di Asia Tenggara, namun mayoritas masyarakat menolaknya, sedangkan kaum gay dan lesbian menuntut atas dasar perlindungan Hak Asasi Manusia. Tentunya pada peristiwa yang sama Indonesia berbeda pandangan terhadap nilai-nilai HAM. HAM memiliki prinsip universal, namun aktulisasi HAM dapat menjadi partikular. Indonesia bisa menjadi seperti Amerika, jika tidak ada pengaturan dan pembatasan atas individu-individu gay dan lesbian dengan perbedaan orientasi seksual mereka, termasuk pada gerakan gay dan lesbian.Kata Kunci: Gerakan, Gay, Lesbian, Amerika, Pengakuan Kesetaraan Аннотация:Исследования сексуальных наклонностей или сексуального поведения в гомосексуальных группах проводились в различных аспектах, включая аспекты религии, здоровья, психологии, философии, антропологии или права. Данная статья не только проводит исследования сексуальных наклонностей геев и лесбиянок, а также их организованных движений. Данное исследование движений геев и лесбиянок фокусируется на сравнении, начиная с обсуждения истории появления геев и лесбиянок в Америке. Америка провела политику по предоставлению прав на однополые браки на основании решения Верховного суда Обергефелла 2015 года, поэтому отказ от однополых браков является неконституционным действием. Движение ЛГБТ, особенно гей-движение, как пионер Освободительного Движения Геев и Лесбиянок (GayLiberationMovement) оказывает сильное влияние в Америке на борьбу за равенство и играет большую роль в предоставлении прав на однополые браки. Если сравнивать это состояние с ситуацией в Индонезии, в которой есть много подобных движений, то большинство людей их отвергают, в то время как геи и лесбиянки требуют защиту на основе прав человека. Конечно, люди в Индонезии имеют разные идеи о ценностях прав человека. Индонезия может стать такой же страной, как США, если не будет распоряжений и ограничений перед личностям геев и лесбиянок с разными сексуальными наклонностями, включая движения геев и лесбиянок.Ключевые Слова: движения, гей, лесбиянкa, США, признание равенства
FORMULASI KEBIJAKAN PEMBENTUKAN KURIKULUM MUATAN LOKAL BUDIDAYA DAN AGRIBISNIS JAGUNG Lucky Dafira Nugroho; Aprilina Pawestri; Indah Setyo Wardhani
Veritas et Justitia Vol. 6 No. 2 (2020): Veritas et Justitia
Publisher : Faculty of Law, Parahyangan Catholic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25123/vej.v6i2.3473

Abstract

This article addressed the question, from a juridical empirical approach) to what extent the making and implementation of a new curriculum at formal educational institution at Madura containing lesson for the preservation and development of local corn cultivation and agriculture may have positive impact on the enhancement of the local economy.  Field study is conducted at the Sumenep district. The main finding is that the regional autonomy policy opens up the possibility for regional/local government to make and implement educational policy introducing a new curriculum containing lesson in local corn cultivation and corn agribusiness. This new curriculum may be implemented at the basic school up to the intermediate level with the purpose of strengthening local culture, i.e., traditional corn cultivation. With that in mind a regional regulation should be issued providing the legal basis for the above policy.
Penguatan Peran Pemerintah Desa untuk Mendorong Kesadaran Masyarakat dalam Menempuh Pendidikan Minimal 12 Tahun sebagai Bagian dari Perwujudan Hak Anak (Studi Pada Kabupaten Bangkalan) Aprilina Pawestri; Lucky Dafira Nugroho
Jurnal Pamator : Jurnal Ilmiah Universitas Trunojoyo Vol 10, No 2: Oktober 2017
Publisher : LPPM Universitas Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (318.458 KB) | DOI: 10.21107/pamator.v10i2.4145

Abstract

Berdasarkan data dari BPS Bangkalan tahun 2015 – 2016 presentase partisipasi atas pendidikan 12 tahun masih rendah. Jika melihat data dari BPS tersebut, maka program wajib belajar 12 (dua belas) tahun yang di galakkan oleh pemerintah belum bisa terlaksana secara maksimal di Bangkalan. Program wajib belajar 12 (dua belas) tahun tersebut merupakan perwujudan dari hak anak untuk menempuh pendidikan. Hal tersebut telah diatur dalam UUD NRI 1945, UU SISDIKNAS, UU HAM, dan yang terbaru dengan adanya PERMENDIKBUD No. 19 Tahun 2016. Atas uraian latar belakang tersebut, maka perlu kiranya untuk dilakukan penelitian mengenai faktor – faktor yang menyebabkan masih rendahnya angka partisipasi pendidikan di Kabupaten Bangkalan. Selain itu, mencari solusi dengan melakukan penguatan peran pemerintah desa untuk mendorong kesadaran masyarakat dalam menempuh pendidikan minimal 12 (dua belas) tahun. Penelitian ini merupakan penelitian hukum non doktrinal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendahnya angka partisipasi murni (APM) untuk pendidikan tingkat pertama dan menengah di Kabupaten Bangkalan disebabkan lokasi sekolah yang jauh, faktor jumlah sekolah yang sedikit untuk jenjang SMP dan SMA, faktor ekonomi dikarenakan pada jenjang SMA/SMK belum dapat di gratiskan 100%, dan faktor budaya di masyarakat yang lebih memilih untuk menikah muda atau untuk bekerja di bandingkan dengan sekolah. Untuk mendorong anak muda untuk tetap melanjutkan sekolah hingga ke jenjang pendidikan menengah perlu peran pemerintah desa melalui kepala desa.  Peran kepala desa tersebut berupa edukasi dan juga informasi kepada semua warganya mengenai program wajib belajar 12 tahun serta informasi mengani bantuan dana BOS dan PIP. Oleh karena itu, perlu penguatan peran pemerintah desa melalui kepala desa dalam menyukseskan program pendidikan wajib belajar 12 tahun.
HAK PENYANDANG DISABILITAS DALAM PERSPEKTIF HAM INTERNASIONAL DAN HAM NASIONAL Aprilina Pawestri
Era Hukum - Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum Vol 15, No 1 (2017)
Publisher : Faculty of Law - Tarumanagara University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/era hukum.v15i1.670

Abstract

Protection of the rights of persons with disabilities has shifted in its meaning, if persons with disabilities used to be viewed as "abnormal" conditions with discriminatory treatment and with "compassion" attitudes. Nowadays, the attention to persons with disabilities is a part of the fulfillment of human rights, because they are also creatures of God, with the same right, although they run their life with a special way. This condition is reinforced by the concrete steps of the international community by establishing various instruments to provide protection to persons with disabilities. At the national level, the government has ratified and also established national legal instruments to protect people with disabilities. There are Law Number 39 of 1999 which is supplemented by Law Number 19 of 2011. The replacement of Law Number 4 of 1997 with Law Number 8 of 2016 is a major step forward after the 1998 reform. It begins with the amendment of the Constitution of Republic of Indonesia on Article 28A-28J which specifically regulates human rights.Keywords: functions of the State, persons with disabilities, human rights
Ketersediaan Fasilitas yang Aksesibilitas bagi Penyandang Disabilitas di Kabupaten Bangkalan Madura Dina Lusiana Novita Sari; Aprilina Pawestri
Inicio Legis Fakultas Hukum Universitas Trunojoyo Madura Vol 3, No 2 (2022): November
Publisher : Fakultas Hukum Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (210.582 KB) | DOI: 10.21107/il.v3i2.14338

Abstract

ABTRACTThe rights of persons with disabilities are the same as normal human beings in general, so that in its fulfillment the government is prohibited from discriminating between them and even leading to acts of discrimination. Accessibility rights are part of the rights of persons with disabilities. However, these rights still escape the attention of the government, because they are considered not to be part of basic rights that must be made a priority. An example is in Bangkalan, Madura where the right of accessibility for persons with disabilities, especially in public facilities that should be disabled-friendly, is still not given much attention by the government. Therefore, the author is interested in studying how to fulfill the accessibility rights of persons with physical and sensory disabilities in Bangkalan Madura district. This study aims to find out how to fulfill the accessibility rights of persons with physical and sensory disabilities in Bangkalan Madura district.This research is a juridical-empirical research, using a statute approach. After conducting the research, it was found that accessibility in Bangkalan Regency public facilities was considered not yet friendly to persons with disabilities. Because the Government considers that it is more important to fulfill the basic rights of persons with disabilities first, such as the right to education, work, health and others.Keywords : Persons with Disabilities – Accessibility Rights – Basic Rights – Public Facilities
Kebijakan Kewajiban Vaksin Covid-19 Bukan Bentuk Pelanggaran HAM oleh Pemerintah Aprilina Pawestri; Ida Wahyuliana
Inicio Legis Fakultas Hukum Universitas Trunojoyo Madura Vol 2, No 2 (2021): November
Publisher : Fakultas Hukum Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (726.085 KB) | DOI: 10.21107/il.v2i2.13051

Abstract

ABSTRAKKeberadaan corona virus di Indonesia membawa perubahan yang sangat besar pada kondisi ekonomi, kesehatan, pendidikan dan lain sebagainya. Berbagai kebijakan di ambil salah satunya adalah pemberian vaksin secara masal dan bertahap. Namun kebijakan ini menimbulkan pro dan kontra dalam masyarakat. Khususnya kebijakan kewajiban vaksin yang dinilai melanggar hak asasi manusia. Karena seharusnya pilihan vaksin adalah sukarela. Ini diperkuat dengan munculnya sanksi bagi yang menolak dilakukan vaksinasi. Kajian ini lakukan untuk mengurai permasalahan apakah kewajiban vaksinasi COVID-19 merupakan bentuk pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh pemerintah. Untuk menjawab rumusan tersebut digunakan metode penelitian normatif dengan pendekatan undang-undang dan konseptual. Dan hasil penelitian ini bahwa kebijakan pemerintah menetapkan kewajiban vaksin tidak bisa lantas di justifikasi sebagai bentuk pelanggaran hak asasi manusia. Karena masyarakat juga memiiki kewajiban sebagai warganegara di bidang kesehatan sebagaimana Pasal 9 ayat 1 UU No. 36 Tahun 2009. Diperkuat Komnas HAM dan sejalan dengan teori yang di sebutkan John Stuart Mill bahwa setiap individu memiliki hak untuk bertindak berdasarkan keinginan mereka selama tindakan mereka tidak merugikan orang lain. Dengan tetap mengupayakan langkah persuasif dengan menimalkan sanksi administratif. Kata Kunci: kebijakan, kewajiban vaksin, pelanggaran HAM  ABSTRACTThe existence of corona virus in Indonesia brings a very large change in economic conditions, health, education and so on. Various policies are taken, one of which is the provision of vaccines en masse and gradually. But this policy raises pros and cons in society. Especially the policy of vaccine obligations that are considered to violate human rights. The vaccine option should be voluntary. This is reinforced by the emergence of sanctions for those who refuse vaccinations. This study was conducted to unravel the problem of whether the COVID-19 vaccination obligation is a form of human rights violations committed by the government. To answer the formulation is used normative research methods with legal and conceptual approaches. And the results of this study that government policies set vaccine obligations can not be then justified as a form of human rights violations. Because the community also has obligations as citizens in the field of health as Article 9 paragraph 1 of Law No. 36 of 2009. Strengthened Komnas HAM and in line with the theory mentioned by John Stuart Mill that every individual has the right to act on their wishes as long as their actions do not harm others. By continuing to pursue persuasive steps by imposing administrative sanctions.Keywords: policies, vaccine obligations, human rights violations
Pertanggung Jawaban Negara Dalam Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas Menurut Hukum Internasional Fikri Mauludi; Aprilina Pawestri
Inicio Legis Fakultas Hukum Universitas Trunojoyo Madura Vol 3, No 1 (2022): Juni
Publisher : Fakultas Hukum Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (422.801 KB) | DOI: 10.21107/il.v3i1.14324

Abstract

Abstrak Jumlah penyandang disabilitas di dunia terdapat kurang lebih 1,1 miliar. Berdasarkan jumlah tersebut penyandang disabilitas di dunia dan terkhusu di indonesia sendiri masih mengalami tindakan diskriminasi. Hal yang menarik untuk dilihat adalah pemenuhan hak dan tanggung jawab negara terhadap penyandang disabilitas menurut hukum internasional.oleh karena itu ini dilakukan untuk memaparkan bentuk kewajiban negara dan tanggung jawab yang dilakukan terhadap penyandang disabilitas menurut ketentuan hukum internasionalMetode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah normatif. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan undaang-undang ( statuta approach ) yang digabungkan dengan pendekatan kasus atau ( case approach )Hasil penelitian ini menunjukan bahwa masalah pemenuhan hak bagi para penyandang disabilitas masih belum sesuai dengan aturan yang terdapat pada hukum internasional, hal ini disebabkan oleh berbagai macam kekerasan ataupun diskriminasi terhaddap penyandang disabilitas di berbagai negara. hal tersebut dengan kewajiban negara yang seharunya dapat memberikan jaminan, perlindungan, dan kepuasan kepada setiap warganya.Kata kunci : Penyandang disabilitas, tanggung jawab negara AbstrakThere are approximately 1.1 billion people with disabilities in the world. Based on this number, people with disabilities in the world and especially in Indonesia itself are still experiencing acts of discrimination. What is interesting to examine is the fulfillment of the rights and responsibilities of the state towards persons with disabilities according to international law. Therefore, this research was conducted to describe the state's obligations and responsibilities carried out by the state towards persons with disabilities according to international law.The research method used in this research is normative. The approach taken in this research is the statute approach which is combined with the case approach.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa permasalahan pemenuhan hak penyandang disabilitas masih belum sesuai dengan aturan yang terdapat dalam hukum internasional, hal ini dikarenakan masih adanya berbagai macam kekerasan atau diskriminasi terhadap penyandang disabilitas di berbagai negara. Tentu saja hal ini bertentangan dengan kewajiban negara yang seharusnya dapat memberikan jaminan, perlindungan, dan pemenuhan kepada setiap warga negara.Kata kunci: Penyandang disabilitas, tanggung jawab negara
Peran Pemerintah Daerah Kabupaten Bangkalan Dalam Pengelolaan Objek Wisata Pantai Jasilatul Khotimah; Aprilina Pawestri
Jurnal Pamator : Jurnal Ilmiah Universitas Trunojoyo Vol 15, No 2: Oktober 2022
Publisher : LPPM Universitas Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/pamator.v15i2.17626

Abstract

Pemerintah Daerah Kabupaten Bangkalan memiliki kewenangan dalam melaksanakan pengelolaan pariwisata di wilayahnya. Namun, pelaksanaan Peran Pemerintah daerah Kabupaten Bangkalan dalam pengelolaan objek wisata pantai masih belum dapat dilihat hasil maksimalnya. Oleh karena itu penting untuk dilakukan penelitian dengan rumusan masalah apakah kendala dalam pengelolaan objek wisata pantai di Kabupaten Bangkalan Dan bagaimana optimalisasi peran Pemerintah Daerah Kabupaten Bangkalan dalam mengelola objek wisata pantai. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum empiris dengan pendekatan empiris kualitatif. Data didapat melalui wawancara dan observasi dianalisis menggunakan teknik analisis data kualitatif kemudian disajikan dengan teknik penyajian deskriptif. Hasilnya adalah bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Bangkalan telah melaksanakan perannya namun belum maksimal karena terdapat beberapa kendala yang menjadi penghambat pelaksanaan peran pemerintah dalam pengelolaan objek wisata pantai. Beberapa kendala diantaranya adalah SDM, koordinasi dan modal. Upaya optimalisasi peran pemerintah daerah dalam pengelolaan objek wisata pantai dapat dilakukan dengan penambahan tenaga kerja, memaksimalkan koordinasi dengan menyediakan media koordinasi yang baik dan melakukan kerjasama dengan organisasi lain.
Transplantasi Hukum Pada Bank Syariah Di Indonesia aprilina pawestri
RechtIdee Vol 11, No 1 (2016): June
Publisher : Trunojoyo Madura University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/ri.v11i1.2081

Abstract

Pengaruh global memiliki peran penting terhadap terbentuknya bank syariah di Indonesia yang dimulai dengan terbentuknya bank-bank islam. Pemikiran pembentukan hukum yang berbasis ekonomi syariah muncul pada tahun 1992. Pemerintah mendirikan Bank Muamalat sebagia suatu pentuk tuntutan akan bank syariah yang membebaskan diri dari ppraktik riba. Penerimaan akan hukum asing masuk ke Indonesia pun mengalami tahapa-tahapan. Disinilah transplantasi hukum terjadi, pengadopsian system ekonomi Islam pada bank syariah digunakan di Indonesia yang bukan merupakan negara islama. Dengan adanya Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 menguatkan diterimanya Hukum Ekonomi Islam sebagai hukum negara.Dalam perkembangannya bank syariah menunjukkan peningkatan dengan catatan terjadi peningkatan asset, pangsa pasar dan jumlah untuk kerja. Kata Kunci : Transpalansi, hukum, bank syariah