Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Pengaruh Waktu Penyangraian Terhadap Karakteristik Fisikokimia Kopi Bubuk Robusta Menggunakan Mesin Roasting Elektrik Aditya Darajat; Muhammad Rifqi; Raden Siti Nurlaela
JURNAL AGROINDUSTRI HALAL Vol. 9 No. 3 (2023): Jurnal Agroindustri Halal 9(3)
Publisher : Universitas Djuanda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30997/jah.v9i3.10056

Abstract

The quality of coffee powder can be improved if the main stages of the roasting process can be carried out optimally. Hot air-type roasting machines with a combination of 10 minutes and a temperature of 200 C can produce high-quality coffee powder. Therefore, other research is needed using different types of roasting machines and coffee powder quality criteria based on standards set by the government. The electric roasting machine consists of a Teflon heating mat that is directly integrated with temperature-adjustable heating components and has an automatic stirrer. The study used a one-factor Complete Randomized Design (CRD) with four treatment levels and two repeats. The Roast time of robusta coffee beans at a temperature of 200 C with levels (10, 15, 20, and 25) minutes is factor A. The criteria for testing the quality of coffee powder produced by the electric roasting machine state (smell, color, taste) with normal test results, water content ranges from 1.47-5.29%, ash content ranges from 3.53-3.83%, coffee juice ranges from 24.1-25.6%, and caffeine ranges from 1.66-1.78%. Electric roasting machines at a temperature of 200 C and 10 minutes are the best combination of treatment because the ground coffee produced is quality. I am referring to SNI 01-3542-2004 criteria for criteria tested with the most optimal electrical energy efficiency
Pengaruh Lama Pencucian Buah Tomat Terhadap Penurunan Kadar Azoksistrobin dan Difenokonazol Haganta, Daniel; Raden Siti Nurlaela; Muhammad Rifqi
Karimah Tauhid Vol. 3 No. 5 (2024): Karimah Tauhid
Publisher : Universitas Djuanda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30997/karimahtauhid.v3i5.13318

Abstract

Tomat merupakan salah satu komoditas tanaman yang banyak dihasilkan di Indonesia, akan tetapi petani tomat sering sekali mengalami banyak tantangan, seperti adanya hama yang merusak tanaman, sehingga perlu menggunakan fungisida untuk membasmi hama tersebut. salah satu fungisida yang umum digunakan adalah fungisida yang memiliki bahan aktif azoksistrobin dan difenokonazol. Namun, fungisida yang digunakan untuk membasmi jamur pada tanaman tomat dapat melekat pada buah tomat karena penggunaan yang melebihi aturan pakai dan dapat berbahaya jika dikonsusmsi oleh manusia, sehingga perlu dilakukan perlakuan setelah panen, seperti pencucian yang dapat. menurunkan kadar residu pestisida karena adanya residu yang larut pada proses pencucian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama pencucian buah tomat dengan air mengalir terhadap penurunan kadar azoksistrobin dan difenokonazol. Pada penelitian ini, sampel tomat diekstraksi dan dianalisis dengan kromatografi gas, sehingga didapatkan hasil berupa kadar residu azoksistrobin dan difenokonazol. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor, yaitu lama pencucian (tanpa pencucian, pencucian selama 5, 10, dan 15 detik). Analisis data yang digunakan adalah One Way ANOVA dengan uji lanjut duncan pada selang kepercayaan 95%. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kadar residu azoksistrobin dan difenokonazol masing – masing sebesar sebesar 0.7613 mg/Kg dan 0.0388 mg/Kg pada buah tomat yang tidak dicuci, 0.4043 mg/Kg dan 0.0131 mg/Kg setelah pencucian selama 5 detik, 0.0462 mg/Kg dan kadar difenokonazol yang negatif setelah pencucian selama 10 detik, serta hasil residu azoksistrobin dan difenokonazol yang negatif setelah pencucian selama 15 detik. Berdasarkan hasil penelitian, perlakuan terbaik untuk menurunkan residu pestisida adalah pencucian buah tomat selama 15 detik karena menunjukan hasil negatif untuk kadar azoksistrobin dan difenokonazol.
Studi Literatur : Nilai Sensoris dan Viskositas Skin Cream Menggunakan Gelatin Tulang Tuna Sebagai Pengemulsi dan Humekta Maharani, Siti Nayla; Raden Siti Nurlaela; Indra Hariyanto
Karimah Tauhid Vol. 3 No. 6 (2024): Karimah Tauhid
Publisher : Universitas Djuanda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30997/karimahtauhid.v3i6.13855

Abstract

Gelatin adalah protein turunan dari kolagen yang penggunaannya saat ini sangat meluas baik untuk industri pangan maupun non pangan. Gelatin dalam penelitian ini diaplikasikan sebagai bahan pengemulsi dan agen humektan pada produk herbal skin cream. pemanfaatan gelatin dari tulang ikan tuna sebagai bahan pengemulsi dan humektan dalam pembuatan produk skin cream herbal. Gelatin diekstrak dari tulang ikan tuna menggunakan cuka aren. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan nilai sensoris dan viskositas dari skin cream herbal yang menggunakan gelatin sebagai bahan tambahan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap dengan 3 perlakuan konsentrasi gelatin, yaitu 3%, 5%, dan 7%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk parameter tampilan, skin cream dengan berbagai konsentrasi gelatin memiliki kriteria agak suka hingga suka dari panelis. Sementara itu, untuk parameter aroma dan kesan lembab, skin cream cenderung dinilai netral hingga agak suka oleh panelis. Untuk parameter viskositas, skin cream memiliki nilai berkisar antara 64.000 hingga 92.500 cP. Perlakuan terpilih dalam penelitian ini adalah skin cream dengan penambahan gelatin 7% karena memiliki nilai viskositas paling mendekati standar SNI, yaitu 64.000 cP, serta memiliki nilai sensoris yang agak disukai oleh panelis.Secara keseluruhan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemanfaatan gelatin dari tulang ikan tuna sebagai bahan pengemulsi dan humektan dalam pembuatan skin cream herbal dapat menghasilkan produk dengan karakteristik sensoris dan viskositas yang baik sesuai dengan standar yang ditetapkan. Penggunaan konsentrasi gelatin 7% menghasilkan produk skin cream dengan sifat fisikokimia terbaik.
Kajian Literatur: Penerapan Teknologi Pasteurisasi dan Ultra High Temperature (UHT) terhadap Kualitas Mikrobiologi Susu Rahmawati, Agnia; Anni Khoriah Lubis; Arshyla Eliska; Raden Siti Nurlaela
Karimah Tauhid Vol. 3 No. 6 (2024): Karimah Tauhid
Publisher : Universitas Djuanda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30997/karimahtauhid.v3i6.13922

Abstract

Susu adalah cairan yang berasal dari ambing atau kelenjar mamalia melalui proses pemerahan tepat dan higienis. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur atau di kenal dengan tinjauan pustaka dengan menggunakan media seperti jurnal, buku dan sebagainya sebagai sumber data. Susu segar rentan tercemar mikroba, maka dari itu di perlukan penanganan lebih lanjut seperti proses pasteurisasi dan Ultra High Treatment (UHT). Pada produk UHT, digunakan suhu tinggi minimal 135°C, proses tersebut membuat bakteri pembusuk, spora, dan patogen mati. sedangkan pasteurisasi cenderung menggunakan suhu rendah yang akan mempengaruhi mutu pada susu yang dipicu oleh perubahan suhu. Pasteurisasi tidak dapat membunuh seluruh sel bakteri dalam susu tetapi hanya menurunkan jumlah sel vegetatif bakteri dan tidak dapat membunuh spora. Selama penyimpanan,aroma susu pasteurisasi mengalami penurunan kualitas yang disebabkan oleh aktivitas bakteri, yaitu psychrotrophic yang mampu bertahan di suhu mencapai 35°C seperti Pseudomonas hingga mycobacterium. Susu yang melalui proses pasteurisasi maupun UHT aman untuk dikonsumsi dibandingkan dengan susu segar karena susu segar memiliki kualitas mikrobiologik yang rentan terhadap kerusakan
Tinjauan Literatur: Gas Karbon Dioksida sebagai Bahan Tambahan Pangan Haekal, Fadhil; Raden Siti Nurlaela
Karimah Tauhid Vol. 3 No. 8 (2024): Karimah Tauhid
Publisher : Universitas Djuanda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30997/karimahtauhid.v3i8.14542

Abstract

Pengembangan produk pangan terus dilakukan untuk meningkatkan penerimaan konsumen melalui perbaikan atribut sensori seperti rasa, aroma, penampilan, dan lainnya. Salah satu metodenya adalah penggunaan bahan tambahan pangan (BTP), termasuk bahan pengkarbonasi seperti gas karbondioksida (CO2). Tinjauan literatur ini bertujuan meninjau penggunaan CO2 sebagai BTP dalam minuman, meliputi aspek teknis, manfaat, dampak kesehatan, serta contoh produk yang ada dan sedang dikembangkan. Metode yang digunakan adalah analisis pustaka dengan mengumpulkan data sekunder dari jurnal, skripsi, karya tulis, dan sumber literatur terpercaya lainnya. Topik yang dibahas mencakup mekanisme penggunaan CO2 sebagai BTP, kegunaannya, dampak negatif terhadap kesehatan, dan contoh produk minuman berkarbonasi. Hasil tinjauan literatur menunjukkan bahwa CO2 digunakan untuk meningkatkan cita rasa dan memperpanjang umur simpan produk minuman melalui proses karbonasi. Produk minuman berkarbonasi yang populer diantaranya Coca-Cola, Sprite, Fanta, Pepsi, dan Ramune. Namun, konsumsi berlebihan minuman bersoda dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti kerusakan lapisan enamel gigi dan peningkatan risiko diabetes tipe 2, serta obesitas. Pengembangan inovatif minuman berkarbonasi termasuk minuman rosela, jahe, dan kombinasi buah pala serta daun cengkeh menunjukkan potensi manfaat kesehatan tambahan. CO2 sebagai BTP pengkarbonasi memiliki peran penting dalam peningkatan mutu produk minuman, namun perlu diimbangi dengan konsumsi yang tidak berlebihan untuk menghindari dampak kesehatan negatif.