Menyontek merupakan perilaku yang sering ditemui mulai dari tingkat sekolah dasar,sekolah menengah, bahkan hingga perguruan tinggi. Menyontek dilakukan dengan berbagai alasansehingga peran pengawas dalam mengawasi peserta ujian sangat diperlukan untuk memberantasperilaku menyontek. Pengawas perlu memperhatikan bahasa nonverbal peserta dengan seksama danmemperkecil peluang mereka untuk menyontek. Bahasa nonverbal yang terutama perlu diawasi adalahkinesik, proksemik, kronemik, dan terutama adalah ekspresi wajah. Pengawas ujian dapat mendeteksipotensi menyontek melalui deteksi ekspresi mikro sebagai bahasa nonverbal peserta. Ekspresi mikroadalah ekspresi wajah yang berlangsung hanya sepersekian detik. Namun, saat hal ini terjadi, pengawasdapat merasakan gangguan pada ekspresi wajah peserta ujian. Sangat penting untuk mengetahui bahasanonverbal penyontek demi meminimalisir tindakan penyontekan. Metode penelitian yang digunakanadalah studi deskriptif dengan mewawancarai lima informan yang oleh panitia ujian di kampusnyamasing-masing dianggap paling dapat mengetahui dan menindak perilaku penyontekan. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa ada perilaku nonverbal tertentu yang dilakukan mahasiswa yang menyontek saatujian berkaitan dengan kinesik, proksemik, kronemik, dan ekspresi wajah. Saat menyontek dilakukanekspresi mata dan otot-otot disekitarnya pada mahasiswa yang berusaha mengelabui pengawas untukdalam usahanya melakukan penyontekan adalah pada posisi ‘datar,’ otot-otot pipi para penyontek puntidak memperlihatkan pergerakan, demikian juga mulut tidak terlalu memperlihatkan gerakan mencolok.Datarnya ekspresi mereka ini lebih kepada ekspresi merendahkan pengawas (contempt) dibandingkantakut (fear).