ARIF SUSANTO
Departemen Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Universitas Kebangsaan Republik Indonesia;

Published : 20 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

Pengaruh Modifikasi Iklim Mikro dengan Vegetasi Ruang Terbuka Hijau (RTH) dalam Pengendalian Penyakit Malaria Susanto, Arif
Jurnal Sains Dan Teknologi Lingkungan Vol 5, No 1 (2013): SAINS & TEKNOLOGI LINGKUNGAN
Publisher : Teknik Lingkungan Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kasus malaria dan faktor iklim serta pengaruh modifikasi iklim melalui ruang terbuka hijau dalam upaya pencegahan malaria. Metode penelitian yang digunakan yaitu kausal-komparatif dengan menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-akibat insieden malaria dengan ruang terbuka hijau yang berpengaruh terhadap iklim mikro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara wilayah yang memiliki ruang terbuka hijau dengan wilayah yang tidak memiliki ruang terbuka hijau dengan memiliki nilai korelasi positif 0.637 dan nilai uji beda (t-test) 4.174 dengan nilai signifikansi 0.09. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ruang terbuka hijau mampu memodifikasi iklim mikro maupun meso agar dapat memutuskan mata rantai penularan yang pada gilirannya dapat menurunkan angka kesakitan malaria pada daerah tertentu. Elemen iklim mikro dalam hal ini adalah suhu, kelembapan, intensitas cahaya dan curah hujan. Kata kunci: iklim mikro, malaria, ruang terbuka hijau
Pengaruh Modifikasi Iklim Mikro dengan Vegetasi Ruang Terbuka Hijau (RTH) dalam Pengendalian Penyakit Malaria Arif Susanto
Jurnal Sains & Teknologi Lingkungan Vol. 5 No. 1 (2013): SAINS & TEKNOLOGI LINGKUNGAN
Publisher : Teknik Lingkungan Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/jstl.vol5.iss1.art1

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kasus malaria dan faktor iklim serta pengaruh modifikasi iklim melalui ruang terbuka hijau dalam upaya pencegahan malaria. Metode penelitian yang digunakan yaitu kausal-komparatif dengan menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-akibat insieden malaria dengan ruang terbuka hijau yang berpengaruh terhadap iklim mikro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara wilayah yang memiliki ruang terbuka hijau dengan wilayah yang tidak memiliki ruang terbuka hijau dengan memiliki nilai korelasi positif 0.637 dan nilai uji beda (t-test) 4.174 dengan nilai signifikansi 0.09. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ruang terbuka hijau mampu memodifikasi iklim mikro maupun meso agar dapat memutuskan mata rantai penularan yang pada gilirannya dapat menurunkan angka kesakitan malaria pada daerah tertentu. Elemen iklim mikro dalam hal ini adalah suhu, kelembapan, intensitas cahaya dan curah hujan. Kata kunci: iklim mikro, malaria, ruang terbuka hijau.
Pemantauan Emisi dengan Continuous Emission Monitoring System (CEMS) dalam Pemanfaatan Minyak Pelumas Bekas Sebagai Subtitusi Bahan Bakar pada Produksi Kapur Tohor Arif Susanto; Purwanto Purwanto; Edi K Putro; Wiliam E Yochu; Uli Amrina; Fajrul Falakh
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 18, No 2 (2020): Agustus 2020
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jil.18.2.392-400

Abstract

Minyak pelumas bekas atau biasa disebut used oils yang berasal dari minyak pelumas bekas hidrolik, mesin-mesin, gear, lubrikasi, insulasi, heat transmission, grit chambers, oil water separator dan atau campurannya termasuk kedalam limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) dari kegiatan industri. Limbah B3 (LB3) tersebut memiliki simbol mudah terbakar dan berkategori bahaya 1. Used oils tersebut dapat dimanfaatkan sebagai substitusi sumber energi dengan tetap mempertimbangkan ketersediaan teknologi maupun baku mutu lingkungan hidup agar tidak menimbulkan pencemaran udara. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengevaluasi sistem pemantauan dan pengendalian pencemaran udara pada pemanfaatan limbah minyak pelumas bekas, yaitu sebagai subtitusi bahan bakar pada produksi kapur tohor apakah telah sesuai dengan persyaratan peraturan dan perundangan Republik Indonesia (RI). Metode penelitian menggunakan triangulasi teknik dengan cara mengumpulkan data yang berbeda-beda agar diperoleh data dari sumber yang sama. Sumber data dan lokasi penelitian dilakukan di unit produksi kapur tohor yang berada di daerah tambang terbuka Grasberg PT Freeport Indonesia (PTFI). Hasil pemantauan emisi pemanfaatan used oils dengan minyak solar dengan continuous emission monitoring system (CEMS) telah memenuhi persyaratan dan peraturan perundangan RI. Metode pengambilan sampel CEMS yang diterapkan yaitu in stack dilution extractive untuk memantau parameter partikulat dan gas.  Pengendalian pencemaran udara lainnya dilakukan dengan sejumlah tindakan dan pengelolaan lainnya. Upaya pengelolaan tersebut dapat berupa kegiatan pemeliharaan dan penggantian rutin unit filter bag pada baghouse, pemeliharaan induced draft (ID) fan, pengendalian dan pematauan tekanan udara, dan persentase debit campuran antara used oils dan minyak solar.
Validasi Metode Analisis Penentuan Kadar Logam Berat Pb, Cd dan Cr Terlarut dalam Limbah Cair Industri Tekstil dengan Metode Inductively Coupled Plasma Optical Emission Spectrometry Prodigy7 Arif Susanto; Tri Mulyani; Sandi Nugraha
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 19, No 1 (2021): April 2021
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jil.19.1.191-200

Abstract

Konsep pembangunan secara berkelanjutan diperlukan seiring dengan perkembangan industri. Aktivitas industri menghasilkan limbah buangan yang harus diolah sebagai salah satu konsep penerapan pembangunan berkelanjutan. Kehadiran logam berat dalam limbah cair industri yang melebihi baku mutu air buangan dapat mencemari lingkungan dan berbahaya bagi mahluk hidup. Keberadaan logam berat seperti timah hitam (Pb), cadmium (Cd) dan kromium (Cr) berbahaya bagi lingkungan di perairan karena toksisitas yang cukup tinggi dan non-biodegradable. Metode pengujian penentuan konsentrasi logam berat Pb, Cd dan Cr dalam limbah cair industri tekstil diperlukan untuk mendapatkan metode yang valid. Penelitian validasi metode dalam penelitian ini yaitu menggunakan proses pengujian melalui tahap preparasi dekstruksi basah, kemudian diuji dengan Inductively Coupled Plasma Optical Emission Spectrometry (ICP-OES) Prodigy 7. Metode ini bertujuan untuk mendapatkan 3 (tiga) kadar logam berat dalam satu waktu yang dibandingkan terhadap standar terukur. Validasi metode yang dilakukan untuk penentuan kadar logam tersebut telah memenuhi persyaratan validasi, dimana persentase Recovery sampel harus berada pada rentang 98-102% dengan nilai RSD <2%. Pada pengujian akurasi, presisi dan nilai regresi linear koefisien korelasi (R) >0,997 dan koefisien determinasi (R2) >0,995. Metode yang telah valid tersebut digunakan untuk pengujian terhadap salah satu sampel cair limbah industri yang bergerak di bidang tekstil yang berada di Kota Bandung. Hasil kandungan kadar Cd pada inlet 0,0010± 0,0002 mg/L dan kandungan kadar Cd outlet 0,0006± 0,0001 mg/L, kandungan kadar Cr inlet 0,0035± 0,0009 mg/L dan kandungan kadar Cr outlet 0,0000± 0,0000 mg/L, serta kandungan kadar Pb inlet 0,0565± 0,0157 mg/L dan kandungan kadar Pb outlet 0,0161± 0,0045 mg/L.
ANALISIS KUALITAS AIR UNTUK KONSENTRASI FLUORIDE PADA SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM DENGAN FLUORIDASI Arif Susanto; Purwanto Purwanto; Agus Hadiyarto
ENSAINS JOURNAL Vol 2, No 1 (2019): ENSAINS Journal Januari 2019
Publisher : UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (0.272 KB) | DOI: 10.31848/ensains.v2i1.149

Abstract

Abstract:. The requirement of consumed drinking water so that it does not create disturbance to public health is that it needs a quality monitoring. Water fluoridation in Tembagapura City aims to reach its concentration level toward certain safe level, and it can provide maximum benefits for dental health. Analysis and simulation methods using EPAnet software. The results of hydrolic simulation and water quality for fluoride concentration of each node and link in the drinking water distribution network system have changed in every time change following the drinking water distribution segment. From hydraulic simulations, especially for head and flow at separate points, it consists of simultaneous solution in flow equivalence for every junction and headloss relationship in every link of network as a result of hydraulic balancing. New segment will be made at the end of each link that receives inflow from a node if the quality of the new node is different from the link in the last segment. Every pipe in network contains singular segment where the water quality is in line with the preliminary quality stated in the preliminary node. With the availability of hydraulic model and water quality for fluoride concentration, a further research can be conducted for chlorine decay, growth of by product i.e. Trihalomethans (THMs) as well as water age simultaneously in drinking water supply systems in Tembagapura City.  Keyword: EPAnet, distribution network, fluoride concentration. Abstrak: Persyaratan kualitas air minum yang dikonsumsi masyarakat agar tidak menimbulkan gangguan kesehatan, maka penyelenggara air minum perlu melakukan pemantauan kualitasnya. Fluoridasi air di Kota Tembagapura ditujukan untuk mencapai tingkat konsentrasi fluoride pada level tertentu yang aman dan dapat memberikan manfaat maksimal bagi kesehatan gigi. Metode analisis dan simulasi menggunakan perangkat lunak EPAnet. Hasil simulasi hidrolis dan kualitas air untuk konsentrasi fluoride pada setiap node dan link pada sistem jaringan distribusi air minum berubah pada setiap perubahan waktu mengikuti segmen distribusi air minum tersebut. Dari simulasi hidrolis, khusus untuk head dan aliran pada titik yang terpisah meliputi penyelesaian secara simultan dalam persamaan aliran untuk tiap sambungan (junction), dan hubungan headloss pada setiap link pada jaringan sebagai akibat dari hydrolic balancing. Segmen baru terbentuk pada akhir dari setiap link yang menerima inflow dari sebuah node, jika kualitas node baru berbeda dari link pada segmen terakhir. Setiap pipa dalam jaringan mengandung segmen tunggal, di mana kualitas air sebanding dengan kualitas awal yang ditetapkan di node awal. Dengan tersedianya model hidrolis dan kualitas air untuk konsentrasi fluoride, maka dapat dilakukan penelitian lanjutan untuk peluruhan klorin, pertumbuhan by product yaitu trihalomethans (THMs) serta usia air secara simultan pada sistem penyediaan air minum di Kota Tembagapura.Kata Kunci: EPAnet, jaringan distribusi, konsentrasi fluoride.
Hubungan Faktor Penyebab Tingkat Kelelahan pada Pekerja Tambang Pengolahan Mineral Tembaga dan Emas Khaerani Lestari; Aditya Fadila Muhamad; Arif Susanto; Edi Karyono Putro; Fanny Sarah Yuliasari
Jurnal Kesehatan Komunitas Vol 6 No 1 (2020): Jurnal Kesehatan Komunitas
Publisher : STIKes Hang Tuah Pekanbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (978.853 KB) | DOI: 10.25311/keskom.Vol6.Iss1.519

Abstract

Fatigue has a significant impact on the economy of a region. This is because it leads to absenteeism, decreased productivity, health costs, and accidents. It is something complex primarily caused by 2 factors, including work and non-work fatigue. The purpose of this study therefore is to determine the factors associated with the fatigue level in copper and gold ore processing workers. It uses a cross-sectional design with the Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) questionnaire to measure the fatigue level and The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) of 260 respondents working in the copper and gold ore processing firm. The results showed that 1 worker (0.4%) experienced severe fatigue, and 12 workers (4.6%) moderate, 243 (93.5%) mild fatigue, while only 4 (1.5%) were not affected. Additionally, there is a significant relationship between fatigue levels with sleep quality. In conclusion, poor sleep has the potential to increase fatigue. Companies therefore need to provide training related to the management of fatigue and sleep quality for workers.
Analisis Kualitas Air Berdasarkan Konsentrasi Ozone (O3) pada Penyediaan Air Minum (PAM) di Gedung Perkantoran Arif Susanto; Agus Riyanto; Edi Karyono Putro; Uli Amrina; John Charles Wilmot; Sulthan Muchammad Quds
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 21, No 2 (2022): Juni 2022
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.21.2.122-130

Abstract

Latar belakang: Dalam memenuhi kebutuhan air minum pekerja Divisi Concentrating PT Freeport Indonesia (PTFI), perlu dilakukan pemantauan kualitas berdasarkan karakteristik air baku dan unit pengolahan yang digunakan. Sistem disinfeksi dengan ozonasi diterapkan PTFI bertujuan untuk membasmi mikroorganisme, tertutama bakteri patogen, serta membuat air minum olahan menjadi lebih sehat, karena penggunaan disinfektan klor dapat mengalami masalah seperti terbentuknya trihalomethanes (THMs) maupun perhitungan breakpoint clorination (BPC) yang kurang tepat. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengevaluasi konsentrasi ozone (O3) di dalam penyediaan air minum (PAM) di gedung perkantoran OB-1 dan OB-2 Divisi Concentrating PTFI agar sesuai dengan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 705 tahun 2003 bahwa kadar O3 dalam air minum harus berkisar antara 0,1 sampai 0,4 mg/L.Metode: Penelitian menggunakan metode observasi dan dilaksanakan pada bulan Juli sampai Oktober 2021. Desain penelitian menggunakan cross sectional dengan mengukur konsentrasi O3 pada sistem PAM. Teknik sampel yaitu sampel jenuh berdasarkan jumlah titik pemantauan yang hanya berjumlah 10 titik, yaitu titik atau stasiun distribusi yang terdiri atas 5 lantai pada setiap gedung. Analisis data menggunakan metode Lagrangian. Instrumen penelitian menggunakan perangkat lunak EPAnet agar dapat diperoleh simulasi konsentrasi O3 yang terkandung dalam air minum.Hasil: Simulasi hidrolis dan kualitas air minum yang dilakukan menunjukkan hasil konsentrasi O3 pada setiap node dan link berubah setiap perubahan waktu mengikuti segmen distribusi air minum. Hasil simulasi menunjukkan bahwa konsentrasi sisa O3 di akhir pendistribusian yaitu pada bak penampungan air minum berkisar antara 0,33 sampai 0,39 mg/L. Konsentrasi O3 dapat dipengaruhi oleh faktor jarak, pH, suhu, dan kondisi lingkungan di sekitar pipa. Terdapat kecenderungan semakin jauh antara reservoir dengan konsumen, maka semakin sedikit pula sisa O3 yang terkandung didalamnya, hal ini dapat disebabkan oleh adanya reaksi, yaitu bulk reaction dan pipe wall reaction.Simpulan: Konsentrasi awal O3 yang diinjeksian pada proses disinfeksi memiliki konsentrasi sebesar 0,50 mg/L, konsentrasi tersebut terus berubah hingga pada saat air minum ditempatkan pada bak penyimpanan air minum di gedung kantor OB-1 dan OB-2 Divisi Concentrating PTFI konsentrasinya menjadi berkisar antara 0,33 sampai 0,39 mg/L. Hal tersebut menunjukkan bahwa kualitas air minum yang diolah di Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) telah memenuhi baku mutu. ABSTRACTTitle: Water Quality Analysis Based on Ozone (O3) Concentration in Drinking Water Supply at the Office Background: Monitoring the quality of the raw water and treatment units is necessary to meet the drinking water needs of the Concentrating Division employees of PT Freeport Indonesia (PTFI). Therefore, disinfection with ozonation implemented by PTFI aimed at eradicating microorganisms, particularly pathogenic bacteria, as well as making processed drinking water healthier because the use of chlorine disinfectants can cause problems, such as the formation of trihalomethanes (THMs) due to inaccurate breakpoint chlorination (BPC) calculations. This research aims to evaluate the ozone concentration in drinking water supply (PAM) in office buildings OB-1 and OB-2 PTFI Concentrating Division in compliance with the Decree of the Minister of Industry and Trade No. 705 of 2003 that states that ozone (O3) levels in drinking water should range from 0.1 to 0.4 mg/L.Method: The observation method was used and conducted from July to October 2021. The concentration of O3 in the PAM system was measured using a cross-sectional design. In addition, the saturated sampling technique was used since the number of monitoring points was limited to 10, namely distribution points or stations consisting of 5 floors in each building. The Lagrangian method was used to analyze the data and the EPAnet software to obtain a simulation of the concentration of O3 in drinking water.Results: The hydraulics and drinking water quality simulations reveal that the O3 concentration at each node and link varies depending on the drinking water distribution segment. The simulation results show that the residual O3 concentration at the end of the distribution, such as drinking water reservoirs, ranges from 0.33 to 0.39 mg/L. Furthermore, O3 concentration can be affected by distance, pH, temperature, and environmental conditions around the pipe. This indicates the greater the distance between the reservoir and the consumer, the less residual O3 contained in it, and this can be due to reactions, specifically bulk, and pipe wall reactions.Conclusion: The initial concentration of ozone injected in the disinfection process was 0.50 mg/L, which continued to change until the drinking water was placed in storage tanks in the OB-1 and OB-2 office buildings of the PTFI Concentrating Division. The resulting concentration ranged from 0.33 to 0.39 mg/L, indicating that the drinking water treated at the Drinking Water Treatment Plant (IPAM) met the quality standards. 
COVID-19 Prevention and Control: Mining Industry Responses to the Pandemic Arif Susanto; Agra Mohamad Khaliwa; Muhamad Razif Iqbal; Edi Karyono Putro; Asep Dian Abdilah
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Volume 17, Special Issue No 1, 2022
Publisher : Faculty of Public Health Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (38.4 KB) | DOI: 10.21109/kesmas.v17isp1.5979

Abstract

The rapidly growing global Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) pandemic crisis affects the labor-intensive mining industry. The industry is characterized by high worker mobility and 24-hour operations; thus, this continuous, mobile workforce increases the transmission risk of COVID-19 and has been a challenge for the mining industry during the pandemic. PT X, one of the largest mineral mining locations in Mimika District, Central Papua Province, Indonesia, was challenged to face the COVID-19 pandemic crisis. Therefore, this qualitative study aimed to analyze the COVID-19 handling efforts by PT X Concentrating Division using a descriptive-analytical method to describe the completion of PT X. The assessment aimed to examine nine critical factors formulated by the International Labour Organization and evaluated as practical steps to prevent and mitigate the virus spread in the division. Furthermore, an analysis was conducted on data related to COVID-19 handling. The results showed that the nine critical factors had an average value of 89.41%. These results indicated that the pandemic handling efforts in the division had been implemented well.
PENGUKURAN DAN EVALUASI POTENSI BAHAYA ERGONOMI DI LABORATORIUM ANALISIS & ASSAY DIVISI CONCENTRATING PT FREEPORT INDONESIA Arif Susanto; Yopi I Komara; Novie E Mauliku; Agra M Khaliwa; Asep D Abdilah; Ambar D Syuhada; Edi K Putro
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol 7, No 1 (2022): Industrial Hygiene and Occupational Health
Publisher : Universitas Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/jihoh.v7i1.7996

Abstract

Pekerja laboratorium memiliki risiko bahaya ergonomi berupa gangguan otot rangka akibat kerja atau disingkat GOTRAK. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengukur dan mengevaluasi potensi bahaya ergonomi di laboratorium analisis dan assay Divisi Concentrating PT Freeport Indonesia (PTFI). Metode penelitian menggunakan observasi. Adapun rancangan penelitian cross sectional dan teknik sampel yaitu sampel jenuh. Standar yang digunakan dalam pengukuran dan evaluasi potensi bahaya ergonomi adalah SNI 9011:2021, dimana hasil pengukurannya digunakan untuk mengidentifikasi gangguan kesehatan dan perlindungan teknisi laboratorium analisis dan assay tersebut. Hasil survei keluhan GOTRAK menunjukkan bahwa dari 33 teknisi laboratorium terdapat 9 teknisi (27,3%) terdiri dari 4 teknisi sample preparation, 3 teknisi fire assay dan 2 teknisi wet assay yang mengalami tingkat risiko keluhan tinggi. Dari hasil survey GOTRAK yang dilakukan, teknisi laboratorium analisis dan assay memiliki jenis keluhan yang serupa seperti kelelahan fisik, mental dan mengalami rasa nyeri/sakit setelah melakukan pekerjaan. Mayoritas teknisi laboratorium teridentifikasi memiliki  tingkat risiko tinggi pada bagian leher, punggung bagian bawah, dan tubuh bagian bawah seperti betis, pinggul, lutut, serta kaki. Mayoritas bahaya ergonomi yang teridentifikasi adalah bahaya postur janggal pada bagian tubuh bawah dan pengangkatan beban secara manual Kata Kunci: bahaya ergonomi; GOTRAK; teknisi laboratorium analisis dan assay; risiko ergonomi; SNI 9011:2021
CHEMICAL HEALTH RISK ASSESSMENT IN THE METALLURGY DEPARTMENT OF A MINING COMPANY, INDONESIA : A CASE STUDY Yenni Miranda Savira; Arif Susanto; Aprilia Listiarini; Wiliam Engelbert Yochu; Edi Karyono Putro; Danny Rosalinawati Santoso; John Charles Willmot; Anita Johan
Journal of Public Health Research and Community Health Development Vol. 6 No. 2 (2023): March
Publisher : Sekolah Ilmu Kesehatan Dan Ilmu Alam (SIKIA), Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jphrecode.v6i2.23367

Abstract

ABSTRACT Background: Miners are routinely exposed to various hazardous chemicals entering the body through inhalation, dermal, and ingestion. Although, likely, the long-term health impacts of certain chemicals will only become evident in years to come, the utilization of hazardous chemicals will continue to increase in the coming years, leading to a higher disease burden. Therefore, effective controls for the sound management of chemicals at the workplace shall be implemented. Purpose: This study aimed to assess the chemicals used and analyze the health risks related to the use of the chemicals in the flotation process. Methods: This study was a descriptive case study conducted in Indonesia's gold and copper mining company. We ran the assessment using the Chemical Health Risk Assessment method published by the Department of Safety and Health, Malaysia, Year 2018. The chemicals analyzed were limited to the reagents used in the flotation process in the metallurgy department, which have two possible exposure, inhalation, and dermal routes. Results: The results show three out of seven chemicals have the potential to expose workers through inhalation, which is categorized under medium risk, where xanthate has the highest risk rating (RR=12), which potentially causes health effects related to acute toxicity, specific target organs, and reproductive toxicity. Meanwhile, five out of seven chemicals have the potential to expose workers through dermal, where three chemicals fell into the high-risk category: promoter, frother, and lime (H2), and two chemicals fell into the moderate-risk category: xanthate and solutrix (M2). Adverse health effects from chemical exposures to dermal include irritation, corrosion, and sensitization. Conclusion: The reagents used in the flotation plant exhibited a significant health risk of inhalation and dermal contact with hazardous chemical exposure. The company shall evaluate the hazard and risk from the hazardous chemicals used in the flotation plant and implement adequate controls, considering elimination, substitution, engineering, administrative, and personal protective equipment (PPE) controls to minimize the workers' inhalation and dermal exposure.