Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Pengaruh Akupresure untuk Mengurangi Mual Muntah Post Operasi : Literature Revew: Influence of Accupresure to Reduce Post Operative Nausea and Vomiting: Literature Revew Baiq Emi Nurmalisa; Jurana Jurana; Nasrul Nasrul
Poltekita : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 14 No. 2 (2020): October
Publisher : Poltekkes Kemenkes Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33860/jik.v14i2.275

Abstract

Mual muntah post operasi merupakan komplikasi yang umum terjadi setelah pasien menjalani operasi baik dengan general, regional maupun lokal anastesi. Penggunaan obat-obatan antiemetik terbukti efektif mengurangi mual muntah akan tetapi beberapa dari jenisnya menimbulkan efek samping. Akupresure dijadikan sebagai alternative pilihan untuk mengurangi insiden mual muntah post operasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan dan kemananan akupresure P6 untuk mencegah mual muntah post operasi. Elektronik database yang digunakan dalam mencari literature adalah (PubMed), google scholar, NEJM, Proquest mulai tahun 2006-2016. Intervensi yang digunakan adalah akupresure P6. Adapun outcome utama dari penelitian adalah pencegahan mual muntah post operasi. Dari 8 hasil literature yang melibatkan 1638 responeden menunjukkan bahwa akupresure dapat mengurangi mual muntah post operasi dalam waktu dan durasi yang bervariasi.
Edukasi Tumbuh Kembang Anak Usia Sekolah dan Pelaksanaan Kelompok Terapeutik di SD Pesantren Hidayatullah Tondo: (Laporan Kegiatan Pengabdian Masyarakat): Education for Growth and Development of School Age Children and Implementation of Therapeutic Groups at Hidayatullah Islamic Boarding School Tondo: (Community Service Activity Report) Helena Pangaribuan; Supriadi Supriadi; Arifuddin Arifuddin; Jurana Jurana; I Wayan Supetran; Fadli Daeng Patompo; Lenny Lenny
Jurnal Kolaboratif Sains Vol. 5 No. 1: JANUARI 2022
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56338/jks.v5i1.2187

Abstract

Perkembangan anak usia sekolah/ Middle Childhood berada pada rentang usia 6-12 tahun disebut potensi berkarya versus harga diri rendah. Perkembangan motorik dan emosi sangat penting untuk membentuk kepribadian dan kepercayaan diri.beberapa penelitian menyebutkan kegagalan dalam mencapai tugas perkembangan dapat menyebabkan anak rendah diri dan mempengaruhi tahap perkembangan berikutnya. Oleh karena itu, dibutuhkan terapi untuk meningkatkan perkembangan motorik dan emosi anak usia sekolah. Sekolah Dasar Pesantren Hidayatullah adalah sekolah dasar yang mendidik siswanya secara akademik dan agama Untuk itu perlu dilakukan edukasi tumbuh kembang anak usia sekolah dan pelaksanaan kelompok terapeutik di Pesantren Hidayatullah Tondo. Tujuan pengabdian ini meningkatkan kemampuan siswa Sekolah Dasar Pesantren Hidayatullah tentang edukasi tumbuh kembang dan kelompok terapeutik. Sasaran kegiatan ini adalah siswa Sekolah Dasar Pesantren Hidayatullah kelas IV-VI berjumlah 100 orang. Pelaksanaan pengabdian ini dilaksanakan pada tanggal 17 September 2019, yang melibatkan Dosen dari Poltekkes Kemenkes Palu dan juga melibatkan mahasiswa DIII Keperawatan Palu dan DIV Keperawatan Palu. Metode edukasi dan kelompok terapeutik adalah ceramah dan role play yang dilakukan di ruangan aula Pesantren Hidayatullah. Setelah dilaksanakan edukasi tumbuh kembang dan kelompok terapeutik siswa telah mengetahui perkembangan anak usia sekolah dan bermain melalui kelompok terapeutik. Bagi sekolah Pesantren Hidayatullah dapat menyiapkan sarana untuk menstimulasi perkembangan anak usia sekolah.
Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi pada Anak Usia 1-3 Tahun di Kelurahan Tondo Kota Palu: Analysis of Factors Associated with Nutritional Status in 1-3 Years Old Children in Tondo Village, Palu City Sri Retno Handayani; Jurana Jurana; Fitria Masulili
Jurnal Kolaboratif Sains Vol. 5 No. 7: JULI 2022
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56338/jks.v5i7.2599

Abstract

Latar Belakang: Status gizi merupakan salah satu faktor yang dapat berpengaruh pada kualitas SDM terutama yang terkait dengan kecerdasan, produktivitas, dan kreativitas. Tahun 2017 di Kelurahan Tondo terdapat jumlah gizi kurang sebanyak 20 kasus atau 1,29%, dan kasus gizi buruk tidak ditemukan. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan status gizi balita di Kelurahan Tondo. Metode: Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Populasi adalah ibu balita di Kelurahan Tondo, jumlah sampel 43 responden. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan purposive sampling. Analisa data yang dilakukan yaitu analisis univariat dan bivariat. Hasil: Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan status gizi dengan nilai p-value 0,001 (α =0,05), terdapat hubungan antara pendidikan dengan status gizi dengan nilai p-value 0,004 (α =0,05), tidak terdapat hubungan antara pekerjaan dengan status gizi dengan nilai p-value 0,071 (α = 0,05), terdapat hubungan penghasilan keluarga dengan status gizi dengan nilai p-value 0,001 (α = 0,05), tidak terdapat hubungan antara pola asuh dengan status gizi dengan nilai p-value 0,085 (α = 0,05), terdapat hubungan antara pola asih dengan status gizi dengan nilai p-value 0,020 (α = 0,05), terdapat hubungan antara kunjungan posyandu dengan status gizi dengan nilai p-value 0,041 (α = 0,05). Kesimpulan: Penelitian ini menyimpulkan terdapat hubungan antara pengetahuan, pendidikan, penghasilan keluarga, pola asih dan kunjungan posyandu dengan status gizi anak usia 1-3 tahun serta tidak terdapat hubungan antara pekerjaan dan pola asuh dengan status gizi anak usia 1-3 tahun di Kelurahan Tondo. Saran: Kepada petugas Puskesmas Talise agar dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan sering mengadakan penyuluhan tentang gizi pada anak.
Pelatihan Bantuan Hidup Dasar Pada Masyarakat di RW 5 Watuoge Kelurahan Taipa Kecamatan Palu Utara Baiq Emy Nurmalisa; Supirno supirno; Jurana jurana; Rina Tampake; Nurlailah Umar; Helena Pangaribuan; Patompo Moh Fadli Dg
Jurnal Pengabdian Masyarakat Lentora Vol. 1 No. 2 (2022): Maret
Publisher : Poltekkes Kemenkes Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33860/jpml.v1i2.1359

Abstract

ABSTRAK Pendahuluan:. Kota Palu yang merupakan salah satu wilayah di Sulawesi Tengah yang termasuk dalam daerah rawan bencana. Hal yang penting untuk dipersiapkan dalam rangka pencegahan dan meminimalkan risiko dampak merugikan bagi korban adalah kesiapsiagaan bencana. Menurut penelitian pengetahuan masyarakat menghadapi bencana dan terkait pertolongan pertama masih banyak yang kurang. Oleh sebab itu diperlukan sosialisasi dan simulasi untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan sikap masyarakat terkait mitigasi dan kesiapsiagaan Tujuan pengabmas ini meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat Watuoge dalam memberikan bantuan hidup dasar bagi korban yang membutuhkan termasuk korban tenggelam. Metode Kegiatan pengabdian masyarakat terkait pelatihan BantuanHidup Dasar (BHD) ini dilakukan di RW 5 Watuoge Kelurahan Taipa Kecamatan Palu Utara tanggal 19 Agustus 2020. Khalayak sasaran pengabdian masyarakat adalah masyarakat (pemuda, kader kesehatan, tokoh masyarakat) di wilayah Watuoge sejumlah 25 orang. Metode yang digunakan dalam pengabmas ini adalah sosialisasi dan simulasi kepada masyarakat. Media yang digunakan untuk membantu penyampaian materi adalah poster dan phantom. Kegiatan diawali dengan tahap persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. Untuk mengetahui efektifitas kegiatan ini maka dilakukan apersepsi untuk mengukur sejauhmana tingkat pengetahuan peserta dan diakhir kegiatan dilakukan evaluasi dengan memberikan pertanyaan terkait materi yang sudah disampaikan serta peserta diminta untuk redemosntrasi skill BHD. Hasil yang didapatkan dalam kegiatan ini adalah peserta sangat antusias mengikuti penyuluhan yang diberikan dan berdiskusi sehingga pada akhir kegiatan peserta bisa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh tim pengabdi dan dapat melakukan redemonstrasi BHD meskipun ada beberapa bagian yang masih kurang tepat. Pelatihan BHD di daerah Watuoge dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan peserta melakukan Bantuan Hidup dasar. Diperlukan adanya kegiatan serupa secara berkala dan jumlah peserta yang lebih besar agar setiap individu memiliki pengetahuan dan keterampilan yang baik dalam melakukan BHD. Kata Kunci: Pengetahuan; Keterampilan; Bantuan Hidup Dasar
Evaluation of Imtasie Health Education Model Based on Kaili Culture to Improve Mother's Behavior in Exclusive Breasting Jurana Tadjo; Jusuf Kristianto
Jurnal Health Sains Vol. 4 No. 4 (2023): Journal Health Sains
Publisher : Syntax Corporation Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46799/jhs.v4i4.890

Abstract

Evaluating the health education model on exclusive breastfeeding behavior as a basis for the success of the target of achieving exclusive breastfeeding through the implementation of a tested culture-based health education model. This research is quantitative. A total of 84 people who were divided into two groups, namely 42 people in the intervention group and 42 people in the control group were taken purposively according to the inclusion criteria. The intervention group received IMTASIE health education. Evaluate the health education model quantitatively with a quasi-experimental pre-test and post-test with a control group. Data was collected during the pre-test, intervention, and post-test. All data is collected by coaching nurses. The main research variables include myths, culture, knowledge, attitudes, practices and behavior of exclusive breastfeeding. The results of the quantitative study of the developed IMTASIE model had a significant effect on the practice of breastfeeding for 1 month with a p value of 0.001 (<0.05). There is a significant effect with a p value = 0.001 from the interventions carried out by nurses on increasing the practice of exclusive breastfeeding in the first 1 month of life. IMTASIE and its tools can be used in nursing care services individually or in groups and can be carried out in the community or at puskesmas in improving special group nursing care services and improving the quality of life of mothers and babies at an age prone to exclusive breastfeeding due to the influence of myths, culture and knowledge from family.
Intervensi Keluarga tentang Pemberian ASI Eksklusif melalui Perspektif Budaya Kaili Fitria Masulili; Nurlailah Umar; Iwan Iwan; Jurana Jurana
Jurnal Inovasi, Pemberdayaan dan Pengabdian Masyarakat Vol 2 No 2 (2022): November
Publisher : Poltekkes Kemenkes Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (523.515 KB) | DOI: 10.36990/jippm.v2i2.702

Abstract

Penyebab ASI eksklusif tidak sukses bukan hanya karena alasan kurangnya pengetahuan atau persepsi yang salah tentang menyusui dan ibu kembali bekerja, tetapi juga karena tradisi. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan beberapa anggota masyarakat dan seorang tokoh masyarakat (etnis Kaili di Palu), yang menyatakan bahwa kebiasaan ibu-ibu dalam memberikan makanan ke anaknya dimulai dari bayi baru lahir, diberikan madu dibibirnya dengan tujuan bahwa semua yang keluar dari bibir anak manis-manis, terutama ucapannya. Makanan yang diberikan berikutnya adalah ASI, kemudian sekitar usia dua minggu bayi diberikan pisang kecil yang dikerok, dihaluskan, dan dimasukkan kedalam air mendidih dengan maksud agar pisang tersebut menjadi matang, setelah pisang tadi matang dan dingin kemudian diberikan ke bayi. Tujuan pengabdian kepada masyarakat ini yaitu memberikan pengetahuan kepada keluarga ibu hamil tentang nutrisi ibu hamil dengan menggunakan bahan makanan local Suku Kaili yang dapat menunjang gizi ibu hamil saat hamil dan saat menyusui, serta tentang ASI Eksklusif dan cara menyusui yang benar sehingga dapat memotivasi dan mendukung ibu hamil disaat hamil serta saat menyusui anaknya setelah lahir sehingga tercapai pemberian ASI Eksklusif dan dilanjutkan menyusui sampai 2 tahun. Tindakan yang dilakukan yaitu memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang nutrisi ibu hamil dan ASI Eksklusif serta cara menyusui yang benar. Jumlah sasaran 20 orang. Hasil kegiatan yaitu pengetahuan keluarga tentang nutrisi ibu hamil mengalami peningkatan dari 15 peserta (75%) dengan pengetahuan baik, menjadi 19 peserta (95%). Pengetahuan keluarga tentang ASI Eksklusif sebagian besar sudah mempunyai pengetahuan baik yaitu 16 peserta (80%), setelah diberi penyuluhan terjadi peningkatan pengetahuan hanya pada 2 peserta dengan pengetahuan kurang menjadi pengetahuan cukup. Sikap keluarga tentang pemberian nutrisi pada ibu hamil mengalami peningkatan dari 17 peserta (85%) menjadi 18 peserta (90%) dengan sikap baik. Sikap keluarga tentang pemberian ASI Eksklusif terjadi peningkatan sikap baik dari 12 peserta (60%) menjadi 16 peserta (80%). Kesimpulan bahwa kegiatan pengabmas ini dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap keluarga yang pada dasarnya sebelum diberikan penyuluhan sebagian besar sudah memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang nutrisi ibu hamil dan ASI Eksklusif. Saran kepada Puskesmas Wani untuk senantiasa tetap meningkatkan pengetahuan masyarakat dan motivasi terkait nutrisi ibu hamil dan ASI Eksklusif untuk menunjang keberhasilan pencapaian pemberian ASI Eksklusif pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Wani.
Development of Health Education Media About Cultural Practices of The Palu Indigenous Culture Related to Breastfeeding for Postpartum Women Who Have Been Caring at Home Jurana Jurana; Fitria Masulili
Poltekita : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 17 No. 3 (2023): November
Publisher : Poltekkes Kemenkes Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33860/jik.v17i3.2106

Abstract

The practice of providing appropriate breastfeeding for the first 6 months of life is the most important and cost-effective thing to reduce morbidity and mortality rate toward children. However, the obedience of exclusive breastfeeding in some of countries  has not been satisfactory, so need the efforts to be done to increase its coverage. This study aims to develop and produces the health education media for cultural practices of the Palu indigenous culture related to breastfeeding for postpartum women who have been caring at home in Sigi Regency of Palu district in the form both of Kaili and Indonesian languages modules. This research is qualitative research with an ethnographic approach through two stages, namely: Phase I; Identification of cultural that influence the success of exclusive breastfeeding, Phase II; Development of health education media as a solution to the problem of an exclusive breastfeeding culture. The informants were taken by snowball method with a total seventeen of postpartum women, one  informan key was from  the community (Dukun), and one coordinator was the public health care nurse at the Biromaru Public Health Center. Data analysis in this ethnographic research is to find out the cultural themes, namely verbatim, keywords, and categories. The categories are the same and related to the sub-themes and the last step is to determine the theme itself. The research results is Phase I, Identifying both of myths and cultures that influence exclusive breastfeeding that still very well maintained, lack of womens' knowledge and womens' attitudes want to providing the exclusive breastfeeding. Phase II: development of health education media as a solution to the problem of exclusive reastfeeding culture based on the results of the phase I research. The conclusion is This study has developed a health education media related to the cultural practice of the Kaili tribe regarding exclusive breastfeeding to postpartum women  who have been caring  at home in Sigi Regency Palu district in the form both of Kaili and Indonesian language modules. In order to implement exclusive breastfeeding promotion media, by integrating it into the public health care program (Perkesmas), for maternal and child health programs and it need to involve community leaders by a cultural perspective.