Kasus stunting pada anak balita masih menjadi masalah kesehatan yang perlu diwaspadai dibeberapa negara. Angka stunting di Indonesia tahun 2019 27.7 %. Stunting atau gagal tumbuh adalah suatu kondisi yang menggambarkan status gizi kurang yang memiliki sifat kronis pada masa pertumbuhan dan perkembangan anak sejak awal masa kehidupan yang dipresentasikan dengan nilai ukur tinggi badan anak lebih pendek dari usia. Tinggi badan sangat berkaitan dengan produktivitas dan tinggi badan akhir ditentukan oleh gizi mulai dari konsepsi hingga umur dua tahun. Kurangnya tinggi badan saat dewasa adalah akibat dari stunting masa kecil yang berhubungan dengan hilangnya produktivitas sebesar 1.4%. Stunting juga menurunkan intelligence quotient (IQ)/tingkat kecerdasaan seseorang dari 5—11 poin. Stunting yang terjadi pada usia terlalu dini cenderung membuat kondisi stunting lebih parah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran prevalensi stunting dan menganalisis Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting di Provinsi Riau. Desain penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional Study. Populasi pada peneltian ini adalah selutuh data balita diprovinsi riau yang tertimbang tahun 2018 dengan jumlah sampel 2611. Hasil penenlitian terbukti : ada hubungan antara umur balita, umur ibu hamil, LILA ibu Hamil, Imunisasi dasar, tingkat pendidikan dan pemberian tablet tambah darah dengan kejadian stunting pada balita hal tersebut dibuktikan dengan nilai p-value < 0,05 yaitu secara berurut 0,002, 0,020, 0,023, 0,032,039, 0,045 sedangkan , Kebersihan lingkungan, BBLR, Kebiasaan Merokok Dalam rumah, dan infeksi diare tidak berhubungan dengan kejadian stunting. Simpulan : factor umur balita, umur ibu hamil, LILA ibu Hamil, Imunisasi dasar, tingkat pendidikan dan pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil berhubungan erat dengan kejadian stunting