This Author published in this journals
All Journal Kalwedo Sains (KASA)
Veince Benjamin Silahooy
Program Studi Biologi, Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam Universitas Pattimura, Ambon

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Efek Antioksidan Sirup Cengkeh Dalam Mencegah Kerusakan Paru-Paru Tikus Terpapar Asap Rokok Adrien Jems Akiles Unitly; Amos Killay; Maria Nindatu; Veince Benjamin Silahooy; Theopilus Wilhelmus Watuguly; Medlin Lesirolo
Kalwedo Sains (KASA) Vol 5 No 1 (2024): Kalwedo Sains (KASA), Maret 2024
Publisher : Program Studi Di Luar Kampus Utama Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/kasav5i1p15-23

Abstract

Sirup cengkeh mengandung senyawa fitokimia flavonoid, alkaloid, terpenoid, fenol, saponin, tannin dan vitamin C. Kandungan fitokimia ini diyakini dapat berperan sebagai antioksidan eksogen yang mampu mencegah dan menetralisir radikal bebas akibat asap rokok. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efek antioksidan sirup cengkeh dalam mencegah kerusakan paru-paru tikus terpapar asap rokok. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari lima perlakuan dan tiga kali ulangan. Perlakuan yang diteliti adalah perbedaan dosis sirup cengkeh yang diberikan pada tikus model, terdiri dari: K(-) yaitu kelompok tikus yang terpapar asap rokok 10 batang/ekor/hari selama 14 hari, K(+) yaitu kelompok tikus yang diberi vitamin C 3,21 mg kemudian 1 jam setelahnya dipapar asap rokok 10 batang/ekor/hari, yang dilakukan selama 14 hari, P1 yaitu kelompok tikus yang diberikan sirup cengkeh 1,28 ml/ekor/hari kemudian 1 jam setelahnya dipapar asap rokok 10 batang/ekor/hari, yang dilakukan selama 14 hari, P2 yaitu kelompok tikus yang diberikan sirup cengkeh 2,56 ml/ekor/hari kemudian 1 jam setelahnya dipapar asap rokok 10 batang/ekor/hari, yang dilakukan selama 14 hari dan P3 yaitu kelompok tikus yang diberikan sirup cengkeh 3,84 ml/ekor/hari kemudian 1 jam setelahnya dipapar asap rokok 10 batang/ekor/hari, yang dilakukan selama 14 hari. Setelah perlakuan tikus dibedah untuk dilakukan histologi organ paru-paru. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan metode desktiptif kualitatif dengan mengamati histopatologi pada fotomikrograf paru-paru tikus dengan pewarnaan hematoksilin-eosin (HE). Hasil penelitian menunjukan bahwa Efek antioksidan sirup cengkeh dalam mencegah kerusakan paru-paru tikus terpapar asap rokok yang terbaik pada dosis 3.84 ml.
Aktivitas Harian Kuskus Genus Phalanger Di Hutan Negeri Saparua, Kecamatan Saparua, Kabupaten Maluku Tengah Edwin Muskita; Mechiavel Moniharapon; Adrien Jems Akiles Unitly; Veince Benjamin Silahooy; La Eddy
Kalwedo Sains (KASA) Vol 4 No 2 (2023): Kalwedo Sains (KASA), September 2023
Publisher : Program Studi Di Luar Kampus Utama Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/kasav4i2p70-77

Abstract

Kuskus merupakan salah satu dari jenis mamalia berkantung yang persebarannya sampai di Maluku. Penelitian ini bertujuan untuk melihat aktivitas harian pada kuskus genus phalanger di hutan negeri saparua, kecamatan saparua, kabupaten maluku tengah. Penelitian ini di lakukan di Negeri Saparua, Kecamatan Saparua, Kabupaten Maluku Tengah menggunakan teknik focal animal sampling digunakan sebagai prosedur pengamatan perilaku harian kuskus. Focal animal sampling adalah pengamatan yang difokuskan pada satu individu dalam satu waktu tertentu. Pengamatan di lakukan sebanyak 3 kali pengulangan yang di lakukan sebanyak 2 kali per hari yaitu pada pagi dan malam hari, dengan lama waktu pengambilan data 60 menit (1 jam) dengan interval 1 menit setiap pengambilan data sheet. Variabel yang di amati adalah perilaku makan (feeding), istirahat (resting), berpindah tempat (moving), dan membersihkan diri (grooming). Data yang di peroleh pada hasil pengamatan ditabulasi selanjutnya disajikan secara deskriptif dan etogram. Hasil penelitian menunjukan bahwa rataan presentasi perilaku makan kuskus phalanger pada pagi hari yaitu sebesar 16,3 menit (25,05%), dan pada malam hari sebesar 30 menit (49,96%), waktu istirahat kuskus phalanger pada pagi hari sebesar 30,37 menit (26,05%), dan pada malam hari sebesar 6 menit (8,22%), waktu berjalan (moving) kuskus phalanger pada pagi hari 8,43 menit (14,05%), dan malam hari yaitu 10,33 menit (17,18%), dan untuk presentasi waktu membersihkan diri (Grooming) terjadi pada pagi dan malam hari dengan presentasi yang sama yaitu 3,33 menit (5,33%). Didapati bahwa perilaku harian kuskus phalanger dominan terjadi pada malam hari.
Karakteristik Morfologi Kerbau Moa (Bubalus bubalis) Di Pulau Moa, Kecamatan Moa, Kabupaten Maluku Barat Daya Beatrix Belina Sikafir; Veince Benjamin Silahooy; Beregita Lidiana Sikafir; Adrien Jems Akiles Unitly
Kalwedo Sains (KASA) Vol 4 No 2 (2023): Kalwedo Sains (KASA), September 2023
Publisher : Program Studi Di Luar Kampus Utama Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/kasav4i2p109-114

Abstract

Pulau Moa memiliki potensi pengembangan ternak kerbau yang cukup besar. Besarnya potensi pengembangan ternak kerbau di pulau Moa perlu diikuti dengan upaya pelestarian plasma nutfah kerbau. Salah satu upaya pelestarian plasma nutfah kerbau dapat dilakukan melalui analisis karakter morfologi kerbau. Penelitian ini mengkaji karakter morfologi kerbau Moa (Bubalus bubalis) di pulau Moa, Kematan Moa, Kabupaten Maluku Barat Daya. Sampel penelitian terdiri dari 20 ekor kerbau yang terdiri dari 10 ekor jantan dan 10 ekor betina, diambil dari dua desa yang berbeda yaitu Desa Tounwawan dan Desa Klis. Pengambilan data umur dan sifat kualitatif meliputi (1) warna dan bentuk tubuh, (2) warna mata, dan (3) bentuk tanduk. Setelah itu dilakukan pengambilan data sifat kuantitatif morfologi meliputi (1) panjang kepala, (2) panjang leher, (3) panjang ekor, (4) panjang kaki, dan (5) lingkar dada. Hasil yang diperoleh dianalisis dengan Analysis of Variance (ANOVA) dan dilanjutkan dengan Uji Duncan dengan selang kepercayaan 95% (α = 0.05) dengan menggunakan perangkat lunak SAS. Berdasarkan hasil penelitian, sifat kualitatif kerbau Moa menunjukkan bahwa tubuh berwarna abu-abu dengan warna kulit hitam, bentuk tubuh pendek dan gemuk dengan kaki agak pendek dan lurus, serta lingkar dada agak lebar. Mata kerbau berwarna hitam dominan, bentuk tanduk kerbau ada dua yaitu tanduk yang melengkung ke atas dan tanduk yang melengkung ke bawah. Sedangkan sifat kuantitatif kerbau Moa menunjukkan perbedaan panjang kepala, panjang leher, dan panjang kaki kerbau Moa antara umur 1.5 tahun dan 4.5 tahun baik untuk jantan maupun betina (p<0.05). Morfologi yang mencolok adalah pada kerbau usia 4.5 tahun yaitu panjang ekor dan panjang kaki kerbau jantan lebih panjang dari panjang ekor dan panjang kaki kerbau betina (p<0.05). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya hubungan yang linier antara tingkatan umur dengan perkembangan tubuh kerbau. Semakin tinggi umur kerbau jantan dan betina, maka semakin besar ukuran tubuh kerbau, dan terdapat perbedaan morfologi antara kerbau jantan dan betina.