Untari, Eka K.
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Analisis Tingkat Pengetahuan dan Persepsi Masyarakat Kota Singkawang terhadap Obat Generik Morison, Forid; Untari, Eka K.; Fajriaty, Inarah
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 4, No 1 (2015)
Publisher : Indonesian Journal of Clinical Pharmacy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (267.27 KB) | DOI: 10.15416/ijcp.2015.4.1.39

Abstract

 Data survei menunjukkan penggunaan obat generik di Indonesia masih sangat kecil, yaitu sebesar 7%. Hal ini disebabkan pengetahuan dan persepsi yang buruk terhadap obat generik. Tingkat pengetahuan dan persepsi terhadap obat generik dipengaruhi oleh karakteristik masyarakat dan sumber informasimengenai obat generik. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan hubungan antara karakteristik masyarakat beserta sumber informasi dengan tingkat pengetahuan dan persepsi terhadap obat generik. Penelitian ini merupakan survei analitik dengan pendekatan deskriptif potong lintang pada 142 responden terpilih yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Penelitian ini dilakukan pada Juni 2014 di beberapa lokasi yang dipilih secara acak di Kota Singkawang. Penelitian menunjukkan sebanyak 76 responden (53,5%) memiliki pengetahuan yang kurang memadai dan 123 responden (86,6%) memiliki persepsi yang baik terhadap obat generik. Terdapat hubungan yang signifikan antara etnis (p=0,000) dan sumber informasi (p=0,009) dengan tingkat pengetahuan mengenai obat generik pada taraf signifikansi p<0,05. Sosialisasi informasi secara luas mengenai obat generik harus terus dilanjutkan untuk meningkatkan penggunaan obat generik meskipun persepsi yang baik terlihat pada responden.Kata kunci: Asosiasi, obat generik, persepsi, tingkat pengetahuanAnalysis of Knowledge Level and Perception on Singkawang City Community towards Generic MedicinesSurvey data show that the use of generic medicines in Indonesia is relatively very small, which only amounted 7%. This is due to lack of knowledge and poor perceptions towards generic medicines. Knowledge level and perceptions towards generic medicines are influenced by community characteristics and information resource regarding generic medicines. The aim of this study was to determine the association between community characteristic and information resources with knowledge level and perception towards generic medicines. This study was an analytical survey with cross-sectional descriptive approach on 142 selected respondents who were fulfil inclusion and exclusion criteria. This study was conducted in June 2014 at several randomly selected locations on Singkawang City. The study show that 76 respondents (53.5%) had inadequate knowledge and 123 respondents (86.6%) had a good perception towards generic medicines. There is significant relationship between ethnicity (p=0.000) and information resources (p=0.009) with knowledge level regarding generic medicines at significance level of p<0.05. Although good perceptions were noted among the respondents, widespread dissemination of information regarding generic medicines should be continued to increase generic medicines used.Key words: Association, generic medicines, knowledge level, perceptions
Perbedaan Jenis Terapi Antipsikotik terhadap Lama Rawat Inap Pasien Skizofrenia Fase Akut di RSJD Sungai Bangkong Pontianak Ih, Hariyanto; Putri, Rizka A.; Untari, Eka K.
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Indonesian Journal of Clinical Pharmacy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (512.331 KB) | DOI: 10.15416/ijcp.2016.5.2.115

Abstract

Skizofrenia adalah salah satu gangguan jiwa berat yang mempengaruhi seseorang dalam berpikir, merasa, dan bertindak. Prevalensi skizofrenia di Kalimantan Barat pada tahun 2013 adalah 0,7 per 1000 penduduk. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan ada atau tidaknya perbedaan lama rawat inap pasien antar jenis terapi antipsikotik yang diberikan kepada pasien skizofrenia fase akut di Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Sungai Bangkong periode Januari–Desember 2014. Desain penelitian berupa analisis cross-sectional dengan metode pengumpulan data secara retrospektif. Penelitian ini dilakukan terhadap 98 rekam medik pasien yang menerima terapi antipsikotik. Data dianalisis dengan analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat memberikan gambaran karakteristik pasien, sedangkan analisis bivariat bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan lama rawat inap pasien antar jenis terapi antipsikotik yang diberikan. Hasil penelitian didapatkan bahwa jenis antipsikotik dan adjuvant yang paling banyak digunakan pasien adalah risperidon dan triheksifenidil dengan frekuensi pemakaian masing-masing sebanyak 446 kali (25,32%) dan 340 kali (65,89%). Hasil analisis menggunakan One‑Way ANOVA menunjukkan bahwa lama rawat inap pasien skizofrenia fase akut yang mendapatkan terapi antipsikotik tunggal tipikal, tunggal atipikal, dan kombinasi tidak mengalami perbedaan yang signifikan (p>0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa lama rawat inap antar jenis terapi antipsikotik tidak berbeda sehingga dapat disimpulkan jenis terapi antipsikotik yang diberikan tidak memengaruhi perbedaan lama rawat inap pasien.Kata kunci: Antipsikotik, jenis terapi, lama rawat inap, skizofreniaDifferent Type of Antipsychotic Therapies on Length of Stay of Acute Schizophrenia Patients in Sungai Bangkong Regional Mental Hospital Pontianak Schizophrenia is one of severe mental disorders that affects how a person thinks, feels, and acts. In 2013, the prevalence of schizophrenia in West Kalimantan was 0,7 per 1000 inhabitants. This study aimed to determine whether there was any difference in patients’ length of stay of inter-type of antipsychotic therapies given to acute phase schizophrenia patients in Sungai Bangkong Regional Mental Hospital in the period of January–December 2014. The study design was a cross-sectional analysis with retrospective data collecting method. This study was carried out to 98 patients’ medical records who received antipsychotic therapy. Data were analyzed with univariate and bivariate analysis. Univariate analysis gave an overview of patients’ characteristics while bivariate analysis was used to see whether there was any difference in patients’ length of stay of inter-type of antipsychotic therapies. The result showed that the most widely used antipsychotic and adjuvant by patients were risperidone and trihexyphenidyl as many as 446 times (25,32%) and 340 times (65,89%), respectively. Analysis result using One-Way ANOVA showed that the length of stay of acute phase schizophrenia patients, treated with typical monotherapy, atypical monotherapy, and polytherapy, had no significant difference (p>0,05). It showed that length of stay of inter-type of antipsychotic therapies were not different, thus it could be concluded that type of antipsychotic therapies didn’t affect the differences in patients’ length of stay.Keywords: Antipsychotic, length of stay, schizophrenia, type of therapies
Kajian Perilaku Swamedikasi Penderita Tukak Peptik yang Mengunjungi Apotek di Kota Pontianak Untari, Eka K.; Nurbaeti, Siti N.; Nansy, Esy
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 2, No 3 (2013)
Publisher : Indonesian Journal of Clinical Pharmacy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (292.046 KB)

Abstract

Praktek swamedikasi saat ini semakin sering dianggap sebagai bagian dari perawatan sendiri. Tukak peptik merupakan salah satu keluhan minor yang dapat diatasi dengan swamedikasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan prevalensi, perilaku, dan kesesuaian praktek swamedikasi pada tukak peptik atau gejala yang berkaitan. Populasi penelitian ini adalah masyarakat yang mengunjungi Apotek di Kotamadya Pontianak (Kalimantan Barat). Penelitian ini merupakan survei potong lintang yangmenggunakan kuesioner dengan menyertakan 98 orang dewasa yang melakukan swamedikasi pada tukak peptik atau keluhan yang berkaitan. Penelitian dilaksanakan pada tahun 2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 67,3% praktek swamedikasi pada tukak peptik telah tepat, 66,3% subjek menggunakan golongan antasida untuk mengatasi keluhannya, 6,1% subjek masih menggunakan antibiotik,dan hanya 27,6% mendapatkan informasi yang memuaskan mengenai Obat Tanpa Resep (OTR). Praktek swamedikasi pada tukak peptik sering dilakukan, tetapi beberapa praktek dapat menjadi berbahaya, sehingga terdapat kebutuhan untuk memastikan praktek swamedikasi yang aman.Kata kunci: Perilaku, tukak peptik, Pontianak, prevalensi, swamedikasiBehavioral Studies Peptic Ulcer Patients Self-Medication by Visiting Pharmacy in PontianakSelf-medication practices is now considered as a component of self-care. Gastric ulcer is one of minor symptom that can be treated by self-medication. The aim of this study was to determine the prevalence, behavior, and appropriateness of self-medication practice for gastric ulcer or its related symptom amongst population. The population of this study attended community pharmacies in Pontianak of WestBorneo province. This study was a cross sectional survey involving 98 adults who did self-medication on peptic ulcer or its related symptom. This study was conducted in 2010. The result of showed that 67.3% of gastric ulcer self-medication practice was appropriate; 66.3% subject used antacida class to treat the symptom; 6.1% participant however, still used antibiotic; and only 27% subject satisfied with the information given during self-medication process. Although self-medication practice for gastric ulcerwas often done, some practice might be harmful. Thus, there is a need to educate the community toensure its safe practices.Key words: Behavior, gastric ulcer, Pontianak, prevalence, self-medication