Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PENAFSIRAN AYAT ANTROPOMORFIS DALAM SAFWAT AL-TAFASIR Solehodin; Faruq, Umar
Jurnal Al I'jaz Vol 6 No 1 (2024): June
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Al-Quran dan Sains Al-Ishlah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53563/ai.v6i1.136

Abstract

Saudi Arabia is constitutionally a monarchy. Saudi Arabia is ruled by a king from the Saud family (Ali Saud). In order to sustain political power, the kingdom joined hands with the Wahabi school, which rejects heresy, shirk, khurafat and superstition. Through this dual power, the development of Islamic science in Saudi Arabia experienced a significant change. The works that were born were influenced by Wahabi ideological politics to become the grand madzhab there. In the author's search, there is also a work that was born in Saudi Arabia with the Sunni school of thought, namely Safwat al-Tafasir. This article is organized to see that the phenomenon is different from the supposed facts. It focuses on the anthropomorphic of Al-Qur'an Surah al-Baqarah [2]: 255, Al-Qur'an Surah Taha [20]: 5, Al-Qur'an Surah Sad [38]: 75 and Al-Qur'an Surah al-Qiyamah [75]: 23. This article is a qualitative research compiled with descriptive-analytical method. The data is collected through library research. In the end, the research found a bright spot about the methodical aspects of Muhammad ‘Ali al-Sabunii's work. The method of tafsir is tafsir tahlili (analysis), using sources of history and ratios that are patterned al-adab al-ijtima'i (social society). From the aspect of theological madhhab, Muhammad ‘Ali al-Sabuni can be said to be a Sunni group. This assumption is based on the author's discovery of anthropomorphic.
Pemikiran Al-Zamakhshari tentang Qira’at pada QS. Al Fatihah: Tinjauan Tafsir Al-Kashaf Solehodin
Al-Ubudiyah: Jurnal Pendidikan dan Studi Islam Vol 4 No 1 (2023): Article in Press
Publisher : STAI DDI Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55623/au.v4i1.147

Abstract

Artikel ini membahas tentang ragam qira’at pada surah al Fatihah dalam Tafsir al-Kashaf karya Abu al-Qasim Mahmud bin Muhammad bin ‘Umar al-Zamakhshari.  Kajian ini dilakukan untuk melihat sejauh mana pengaruh qira’at terhadap produk tafsir dan pandangan al-Zamakhshari terhadap kajian ilmu qira’at. Artikel ini merupakan jenis penelitian kepustakaan (library research) dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif. Hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa, pertama perbedaan qira’at juga dapat mempengaruhi terhadap penafsiran, atau  istimbat hukum, walaupun tidak keseluruhannya. Kedua, perhatian al-Zamakhshari terhadap qira’at cukup besar. Hal ini dibuktikan hampir semua ayat dalam surah al Fatihah dijabarkan ragam qira’atnya. Walaupun tampak terdapat kelemahan, yaitu seringkali al-Zamakhshari tidak manyandarkan qira’at pada perawi. Dan tampak pula al-Zamakhshari lebih fokus dan tertarik pada analisis kebahasaannya dibandingkan periwayatannya. Implikasi perbedaan qira’at memberikan ruang penafsiran yang terbuka, sehingga seringkali setiap qira’at yang berbeda menjadikan kalimat multitafsir.Artikel ini membahas tentang ragam qira’at pada surah al Fatihah dalam Tafsir al-Kashaf karya Abu al-Qasim Mahmud bin Muhammad bin ‘Umar al-Zamakhshari.  Kajian ini dilakukan untuk melihat sejauh mana pengaruh qira’at terhadap produk tafsir dan pandangan al-Zamakhshari terhadap kajian ilmu qira’at. Artikel ini merupakan jenis penelitian kepustakaan (library research) dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif. Hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa, pertama perbedaan qira’at juga dapat mempengaruhi terhadap penafsiran, atau  istimbat hukum, walaupun tidak keseluruhannya. Kedua, perhatian al-Zamakhshari terhadap qira’at cukup besar. Hal ini dibuktikan hampir semua ayat dalam surah al Fatihah dijabarkan ragam qira’atnya. Walaupun tampak terdapat kelemahan, yaitu seringkali al-Zamakhshari tidak manyandarkan qira’at pada perawi. Dan tampak pula al-Zamakhshari lebih fokus dan tertarik pada analisis kebahasaannya dibandingkan periwayatannya. Implikasi perbedaan qira’at memberikan ruang penafsiran yang terbuka, sehingga seringkali setiap qira’at yang berbeda menjadikan kalimat multitafsir.