Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PERBANDINGAN KADAR PROTEIN PADA KUNING DAN PUTIH TELUR BEBEK REBUS MENGGUNAKAN METODE KJELDAHL DAN SPEKTROFOTOMETRI VISIBLE M. Naufal Rifqi; Daulay, Anny Sartika; Ridwanto; Rafita Yuniarti
FARMASAINKES: JURNAL FARMASI, SAINS, dan KESEHATAN Vol. 4 No. 1 (2024): FARMASAINKES: JURNAL FARMASI, SAINS dan KESEHATAN
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Muslim Nusantara Al Washliyah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32696/farmasainkes.v4i1.3350

Abstract

Pendahuluan: Salah satu telur unggas yang banyak dikonsumsi masyarakat adalah telur bebek Telur merupakan sumber protein hewani dan lauk pauk yang mudah didapat, murah, dan penuh nutrisi. Telur memberikan nutrisi lengkap yang diperlukan untuk pertumbuhan sel. Telur juga menyediakan semua asam amino penting bagi manusia, yang membuatnya menjadi sumber protein berkualitas tinggi. Tujuan: Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui dan membandingan kadar protein dari kuning dan putih telur bebek rebus menggunakan metode kjeldahl dan spektrofotometri visible. Metode: Metode penelitian yang digunakan untuk mengukur kadar protein kuning dan putih telur bebek rebus menggunakan metode Kjeldahl dan spektrofotometri visible. Metode Kjeldahl meliputi destruksi, destilasi, dan titrasi, sedangkan metode spektrofotometri tampak meliputi pembuatan larutan biuret, penentuan panjang gelombang maksimum, pembuatan kurva standar, dan penentuan kandungan protein sampel. Hasil: Hasil penelitian didapat kadar protein pada telur rebus dengan metode kjeldahl yaitu kuning telur bebek rebus sebesar 9,5363% dan putih telur bebek rebus sebesar 11,6497%. Dengan metode spektrofotometri visible yaitu kuning telur bebek rebus sebesar 8,4794% dan putih telur bebek rebus sebesar 8,64375%. Terdapat perbedaan nyata kadar protein antara metode kjeldahl dengan spektrofotometri visible dengan hasil SPSS nilai Sig. 0,000 < 0,05.
ANTIOXIDANT ACTIVITY TEST OF JENGKOL LEAF EXTRACT (Archidendron pauciflorum (Benth.) I.C. Nielsen) USING DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) METHOD Manurung, Aisyah Baddriah; Ridwanto
International Journal of Public Health Excellence (IJPHE) Vol. 2 No. 1 (2022): June-December
Publisher : PT Inovasi Pratama Internasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55299/ijphe.v2i1.293

Abstract

Jengkol leaf (Archidendron Pauciflorum (Benth.) I.C.Nielsen) contains alkaloids, tannins, saponins, flavonoids, steroids/triterpenoids. The objective of this research was to determine the class of chemical compounds contained in simplisia and jengkol leaf extract as well as the antioxidant activity of jengkol leaf extract. The research stages include the collection and processing of simplicia, the manufacture of extracts by maceration with 96% ethanol solvent. Phytochemical screening of jengkol leaf powders and extracts includes examination of alkaloid compounds, tannins, saponins, flavonoids, and steroids. Examination of the characteristics of simplicia powder. The antioxidant and extract activity test of jengkol leaf extract was carried out using the DPPH method (1,1-diphenyl-2-picrilhydrazyl), where DPPH absorption was measured using a Vis spectrophotometer at a wavelength of 516 nm. The results of phytochemical screening, powders and simplician extracts contain alkaloid compounds, tannins, saponins, flavonoids, steroids / triterpenoids. The results of the examination of the characteristics of simplicia powder obtained a moisture content of 6.66%, a water-soluble juice content of 16.66%, an ethanol soluble juice content of 26.66%, a total ash content of 1.3%, an acid insoluble ash content of 0.42%. The results of measuring the antioxidant activity of jengkol leaf extract showed the strength of the "very strong" category with an IC50 value of 2.4807 ppm.
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAUN SENGGANI (Melastoma candidum D.Don) DENGAN VARIASI EKSTRAKSI MASERASI DAN MICROWAVE ASSISTED EXTRACTION TERHADAP S. aureus DAN E. coli Hasibuan, Supia Indah; Nasution, Muhammad Amin; Ridwanto; Nasution, Haris Munandar
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 5 No. 3 (2024): SEPTEMBER 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v5i3.33460

Abstract

Penyakit infeksi merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang sering terjadi.  Jenis infeksi bisa dipicu oleh bakteri gram postif maupun gram negatif. Salah satu mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi yaitu Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi senyawa metabolit sekunder dalam ekstrak etanol daun Senggani (Melastoma candidum D.Don) dan mengevaluasi aktivitas antibakterinya terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Jenis penelitian yang dilakuakan adalah penelitian eksperimental. Sampel tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun senggani (Melastoma candidum D.Don) yang diperoleh dari Kabupaten Tapanuli Tengah. Metode pengambilan sampel dengan metode purposive yaitu tanpa membandingkan tumbuhan serupa didaderah lain. Data yang diperoleh dengan pengukuran diameter zona hambat ekstrak etanol daun senggani (Melastoma candidum D.Don) dengan metode ekstraksi maserasi dan microwave assisted extraction dari masing-masing konsentrasi dengan 3 kali pengulangan. Data yang diperoleh dianalsis dengan menggunakan uji Oneway Annova. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji skrining fitokimia, metode ekstraksi maserasi dan microwave assisted extraction dan uji antibakteri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun Senggani yang diperoleh melalui metode maserasi mengandung alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, dan steroid. Ekstrak dari metode MAE juga mengandung senyawa-senyawa tersebut, serta glikosida tambahan. Aktivitas antibakteri ekstrak daun Senggani terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli menunjukkan bahwa ekstrak dari metode MAE memberikan zona hambat yang lebih besar dibandingkan dengan ekstrak dari metode maserasi, menunjukkan efektivitas yang lebih tinggi dalam aktivitas antibakteri.
Isolasi Dan Identifikasi Kitosan Dari Cangkang Kerang Bulu (Anadara antiquata) Rizki, Dewi; Ridwanto; Rani, Zulmai
Media Farmasi Vol 19 No 2 (2023): Media Farmasi Edisi Oktober 2023
Publisher : Jurusan Farmasi Poltekkes kemenkes Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/mf.v19i2.174

Abstract

Chitosan is a polysaccharide formed via deacetylation of chitin. In general, chitosan is made from waste products from the fishing industry, such as shrimp, crabs, shells of feather clams, snails, and so on. The chitosan comes from the head, skin, and carapace. The development of chitosan applications has great potential because the production of shrimp, crab, and feather clam shells continues to increase. Chitosan is a bioactive substance with use in the fishing industry. This research aims to isolate and characterize chitosan from feather clam shells (Anadara antiquata) to convert feather clam shells into chitin and deacetylate it into chitosan then to determine the functional groups and characteristics of chitosan using Fourier infrared (FTIR). The isolation methods used were deproteination using 4% NaOH solvent, demineralization with a 1:5 ratio of 2N HCl solvent, depigmentation with a 1:10 ratio of 4% NaOCl solvent and deacetylation with a 1:20 ratio of 50% NaOH solvent. and chitosan characterization. According to the study's findings, the degree of deacetylation obtained in the form of a white powder was 75%, odorless fine powder. Chitosan dissolves in acetic acid, according to the solubility test. The obtained water content was 3.81% and the ash content obtained was 0.7%. Feather clam shell waste is declared to be well isolated and meets the requirements by SNI with a degree of deacetylation value of 75%. Kitosan merupakan polisakarida dari deasetilasi kitin; biasanya dibuat dari limbah produk industri perikanan seperti bekicot, kepiting, udang, bulu kerang, dan cangkang kerang. Kitosan berasal dari kulit, karapas, dan bagian kepala. Karena produksi udang, kepiting, dan cangkang kerang bulu yang terus meningkat, pengembangan aplikasi kitosan sangat potensial. Kitosan merupakan bahan bioaktif memiliki manfaat untuk industri perikanan. Tujuan studi ini adalah untuk mengidentifikasi, menggambarkan kitosan yang ditemukan dalam cangkang kerang bulu (Anadara antiquata) agar merubah cangkang kerang bulu menjadi kitin dan di deasetilasi menjadi kitosan kemudian untuk mengetahui gugus fungsi dan karakteristik kitosan menggunakan fourier infrared (FTIR). Metode isolasi yang dilakukan yaitu  deproteinasi menggunakan pelarut NaOH 4%, demineralisasi menggunakan pelarut HCl 2N dengan perbandingan 1:5, depigmentasi menggunakan pelarut NaOCl 4% (1:10), deasetilasi dengan pelarut NaOH 50% (1:20) dan karakterisasi kitosan. Hasil penelitian menunjukkan derajat deasetilasi yang di peroleh yaitu 75% berbentuk serbuk halus berwarna putih dan  tidak berbau. Menurut uji kelarutan, kitosan larut dalam asam asetat. Kadar air yang diperoleh 3,81% dan kadar abu yang diperoleh 0,7%. Limbah cangkang kerang bulu dinyatakan terisolasi dengan baik dan telah memenuhi syarat sesuai dengan SNI dengan nilai derajat deasetilasi sebesar 75%.