Puspitasari, Galuh Dyah
Unknown Affiliation

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Laporan Kasus: STEVENS-JOHNSON SYNDROME-TOXIC EPIDERMAL NECROLYSIS OVERLAP PADA ANAK KARENA OBAT CACING ORAL Puspitasari, Galuh Dyah; Ekasari, Dhany Prafita; Basuki, Santosa
Majalah Kesehatan Vol. 11 No. 2 (2024): Majalah Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/majalahkesehatan.2024.011.02.7

Abstract

Stevens-Johnson Syndrome (SJS) dan Toxic Epidermal Necrolysis (TEN) merupakan reaksi hipersensitivitas tipe lambat yang dapat mengancam jiwa. Kejadian SJS/TEN jarang terjadi pada anak-anak dan salah satu etiologi terbanyak adalah obat-obatan seperti antibiotik, antiepilepsi, dan antipiretik. Kasus SJS/TEN karena obat cacing sangat jarang dilaporkan. Laporan kasus ini bertujuan untuk memberikan wawasan bahwa SJS/TEN dapat terjadi pada anak-anak, dengan etiologi yang sangat beragam salah satunya adalah obat cacing, sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan, menegakkan diagnosis serta memberikan penanganan yang tepat. Seorang anak perempuan berusia 5 tahun dibawa ke UGD dengan keluhan ruam merah keunguan dengan lepuh menyebar di seluruh tubuh dan erosi ditutupi keropeng merah kehitaman di bibir, kemaluan dan dubur sejak lima hari terakhir. Tidak ada riwayat konsumsi obat sebelumnya selain albendazole yang diminum pasien tiga minggu sebelumnya. Pemeriksaan dermatologis menunjukkan makula dan patch dusky red, multipel, disertai bula dinding kendur, berisi cairan bening, beberapa bula ruptur meninggalkan erosi dengan dasar eritematosa dan epidermal detachment dengan Nikolsky sign dan Asboe Hansen sign yang positif. Hasil pemeriksaan serologis infeksi virus herpes simpleks menunjukkan hasil negatif. Pasien didiagnosis dengan Stevens-Johnson Syndrome-Toxic Epidermal Necrolysis overlap diduga karena albendazole dengan luas lesi mencapai 22%. Lesi kulit dan perbaikan klinis pasien tampak signifikan setelah menjalani perawatan di Burn Care Unit selama 13 hari, metilprednisolon 10 mg per 8 jam, dan terapi suportif lainnya. Kesimpulannya, diagnosis dan pengobatan cutaneous ADRs (cADRs) pada anak-anak menantang karena beberapa alasan, terutama karena anak-anak lebih sering terinfeksi virus dibandingkan dengan orang dewasa.