Romeon, Nesti Rostini
LPPM Universitas Terbuka

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PENGUATAN KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUB) PERIKANAN TANGKAP(STUDI KASUS DESA LATUHALAT,KOTA AMBON,PROVINSI MALUKU) Hiariey, Lilian Sarah; Romeon, Nesti Rostini
Jurnal Matematika Sains dan Teknologi Vol 18 No 2 (2017)
Publisher : LPPM Universitas Terbuka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The Collective Business Group (KUB) of fisheriesVillage Latuhalat is a new step in the fishing community toimprove the welfare of living independently.because most of the population depend for their on the earnings of the sea and exposed tothe problem of poverty.Therefore, it is necessary to finda strategy which leads to an increase in the role of public institutions by strengtheningresearchKUBaims: 1) Assess the capacity of KUB's fisheries in promoting member; 2) Identify the factors that can support and hinder the strengthening of KUB fisheries and 3) Develop strategies and programs to strengthen KUB's fisheries.Qualitative research methods using technical methodsof Participatory Rural Appraisal (PRA). Results showed thatKUB constraints and needs in developing fisheries catch.Factors that hamper the strengthening of KUB are: (1) The condition of the community, (2) business improvement member is not yet optimal; and (3) the Government in granting program is participatory and KUB yet untapped to empower fishermen. Supporting factors, among others: (1) The fishery potential is quite large; (2) the establishment of institutional KUB Risna and Sibu-Sibu; (3) the availability of Fish Landing Ports (PPI) as a production catches;(4) Support Government policy through an increase in fish production.While inhibiting factor among others: (1) production decreased catches; (2) The fishermen have consumptive life pattern; (3) do not have the skills to process the fish when the fish are abundant; (4) the implementation of organizational management and production operations management low arrest. KUB proposed strategies can include: (1) Increasing the capacity of members and administrators; (2) Mentoring institutional management; (3) The development of networking; (4) Procurement of technical training arrests; (5) The assistance promotion in the management of fishery resources based local wisdom; and (6) Acquisition of facilities and infrastructure arrests.Kelompok Usaha Bersama (KUB) perikanan tangkapdi Desa Latuhalat merupakan satu langkah baru dalam masyarakat nelayan untuk mengembangkan kesejahteraan hidup secara mandiri. Sebagian besar masyarakat desa tersebut menggantungkan kelangsungan hidupnya dari penghasilan laut dan dihadapkan pada masalah kemiskinan. Perlu dicari strategi yang mengarah pada peningkatan peranan lembaga masyarakat melalui penguatan KUB. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengkaji kapasitas KUB perikanan tangkap dalam meningkatkan usaha anggota; 2) Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mendukung dan menghambat penguatan KUB perikanan tangkap; dan 3) Menyusun strategi dan program penguatan KUB perikanan tangkap. Metode penelitian menggunakan metode kualitatif teknis Participatory Rural Appraisal (PRA). Hasil penelitian menunjukkan adanya kendala dan kebutuhan KUB dalam mengembangkan usahaperikanan tangkap. Faktor-faktor yang menghambat penguatan KUB adalah: (1) Kondisi komunitas,  (2) Belum optimalnya peningkatan usaha anggota; dan (3) Pemerintah dalam pemberian program belum bersifat partisipatif dan KUB belum dimanfaatkan untuk memberdayakan nelayan.  Faktor-faktor pendukung, antara lain: (1) potensi perikanan tangkap cukup besar; (2) terbentuknya kelembagaan KUB Risna dan Sibu-Sibu; (3) tersedianya Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) sebagai tempat produksi hasil tangkapan; (4) Dukungan kebijakan Pemerintah Daerah melalui program peningkatan produksi perikanan. Sedangkan Faktor-faktor penghambat antara lain: (1) produksi hasil tangkapan menurun; (2) nelayan memiliki pola hidup konsumtif; (3) Nelayan tidak memiliki ketrampilan dalam mengolah ikan saat ikan melimpah; (4) penerapan manajemen organisasi dan manajemen operasi produksi penangkapan rendah. Strategi yang dapat diusulkan KUB antara lain:  (1) Peningkatan kapasitas anggota dan pengurus; (2) Pendampingan manajemen kelembagaan; (3) Pengembanganjejaring; (4) Pengadaan pelatihan teknis penangkapan; (5) Pendampingan danpromosi dalam pengelolaan sumberdaya perikanan berbasis kearifanlokal dan (6) Pengadaan sarana dan prasarana penangkapan.
PEMBERDAYAAN EKONOMI NELAYAN PENGOLAH IKAN ASAP DI DESA HATIVE KECIL, KOTA AMBON Hiariey, Lilian Sarah; Romeon, Nesti Rostini
Jurnal Matematika Sains dan Teknologi Vol 16 No 1 (2015)
Publisher : LPPM Universitas Terbuka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Processing smoked fish is usually in home industrial scale business. Therefore limitations of human resources need to be adjusted in order to optimize them and solve the problems related to developing the industry. This article discusses the availability and problems in developing sustainable smoked fish industry. The research results showed the potential fish industry in the village of Small Hative, smoked fish processing and artificial resourcesincluding shipbuilding and coldstorage . The weaknesses of developing smoked fish industry in the village of Small Hative, due to the limitation of access to capital and management, lack of training in supporting the processing of smoked fish, especially in the application of sanitary and hygiene, lack of expansion or business development. In addition, the weaknesses are due to the unavailability of fisherman organization, lack of networking and business partnerships, and the lack of mentoring and supervision. Developing program to utilize fishermen in the processing of smoked fish should be in participatory process. The program should include developing fishermen organization, developing fishermen knowledge, developing fishermen networking, and developing fishermen supervision Pengolahan ikan asap tergolong dalam usaha skala industri rumah tangga. Karena itu, keterbatasan sumberdaya memerlukan pengaturan yang dapat mengoptimalkan penggunaannya dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dalam usaha pengolahannya. Artikel ini membahas: potensi dan kondisi serta permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan usaha pengolahan ikan asap, rencana program pemberdayaan nelayan untuk mengembangkan usaha pengolahan ikan asap yang mandiri dan berkelanjutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tersedia banyak potensi perikanan di Desa Hative Kecil diantaranya perikanan tangkap, pengolahan ikan asap serta sumberdaya buatan meliputi galangan kapal dan coldstorage. Lemahnya pengembangan usaha perikanan asap nelayan di Desa Hative Kecil, disebabkan masih terbatasnya akses permodalan dan manajemen, tidak adanya pelatihan untuk mendukung pengolahan perikanan asap terutama dalam penerapan sanitasi dan hygiene, tidak adanya perluasan atau perkembangan usaha. Disamping itu, kelemahan tersebut disebabkan karena belum terbentuknya kelembagaan kelompok nelayan, lemahnya jejaring dan kemitraan usaha serta belum intensifnya pendampingan dan pengawasan. Penyusunan program pemberdayaan nelayan pengolah ikan asap dilakukan secara partisipatif dengan mempertimbangkan potensi, masalah dan kebutuhan nelayan. Program tersebut adalah program pengembangan usaha perikanan asap, dengan berbagai kegiatannya yaitu pengembangan pengetahuan SDM nelayan, pembentukan kelembagaan kelompok nelayan, pengembangan jejaring dan kemitraan dan peningkatan pendampingan dan pengawasan.   
PERAN SERTA MASYARAKAT PEMANFAAT PESISIR DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR TELUK AMBON DALAM Hiariey, Lilian Sarah; Romeon, Nesti Rostini
Jurnal Matematika Sains dan Teknologi Vol 14 No 1 (2013)
Publisher : LPPM Universitas Terbuka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Inner Ambon Bay (TAD) is a coastal region where there are a variety of beneficiary activities such as fisheries, industry, ports, and market. Complexity of activities are forcing the degradation and pollution of coastal. The study was conducted to analyze the level of public participation interest towards the utilization of coastal activities and the factors that differentiate the level of community participation so that the concept of utilizing coastal community participation model in coastal area management is known. These conditions encourage the need for community participation in coastal area management. The population is the people who live in the areas that utilize coastal TAD regularly for any activity or business. The samples are individuals who become actors, involved, contribute directly to the activities in coastal areas TAD. The sampling method is proportional. Analysis conducted in this study is the analysis of the respondents to determine the level of public participation interest towards the utilization of coastal activities by using descriptive analysis, analysis of the factors that differentiate the level of community participation by using discriminant analysis, and analysis of coastal area management strategies by identifying the factors of strengths, weaknesses, opportunities and threats (SWOT) in the coastal area of TAD. The results showed that the utilization in the coastal of TAD having a high level of interest shown by the level of the effect of utilization of the economic activities of society, but the impact on coastal resources due to unsustainable use activities that pose a serious. The level of participation of beneficiary communities in the coastal area management is low that can be indicated by the involvement of community in the implementation and monitoring phase. The factors that differentiate the level of participation of coastal communities are the beneficiaries of education, perception, and revenues received, while the age factor does not play a significant role in distinguishing the level of public participation. Strategy is obtained by using the concept of co-management in which the public has sufficient authority in the management and accomandabed of the interests of the community in the management process. Wilayah Teluk Ambon Dalam (TAD) merupakan wilayah pesisir dengan berbagai kegiatan seperti perikanan, industri, pelabuhan, dan ekonomi (pasar). Kompleksitas kegiatan pemanfaatan pesisir mendorong terjadinya degradasi kerusakan dan pencemaran pesisir. Kondisi ini mendorong perlunya peran serta masyarakat dalam pengelolaan wilayah pesisir. Penelitian dilakukan untuk menganalisa tingkat kepentingan masyarakat terhadap kegiatan pemanfaatan pesisir dan faktor-faktor yang membedakan tingkat peran serta masyarakat sehingga diketahui konsep model peran serta masyarakat pemanfaat pesisir dalam pengelolaan wilayah pesisir. Populasi penelitian adalah masyarakat yang tinggal di kawasan TAD yang memanfaatkan lahan pesisir secara teratur untuk kegiatan atau usahanya. Sampel yaitu individu yang menjadi pelaku, terlibat dan berperan secara langsung dalam kegiatan pemanfaatan di wilayah pesisir TAD. Penentuan sampel dengan cara proporsional. Analisis yang dilakukan dalam penelitian adalah analisis responden, untuk mengetahui tingkat kepentingan masyarakat terhadap kegiatan pemanfaatan pesisir dengan menggunakan analisis deskriptif, analisis faktor-faktor yang membedakan tingkat peran serta masyarakat dengan menggunakan analisis diskriminan, dan analisis strategi pengelolaan wilayah pesisir dengan mengidentifikasi faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman (SWOT) pada wilayah pesisir TAD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan pemanfaatan di pesisir TAD memiliki tingkat kepentingan yang tinggi yang ditunjukkan dengan besarnya pengaruh kegiatan pemanfaatan terhadap aktivitas ekonomi masyarakat. Dampak terhadap sumber daya pesisir akibat kegiatan pemanfaatan yang tidak berkelanjutan menjadi ancaman yang serius, sedangkan tingkat peran serta masyarakat pemanfaat pesisir dalam pengelolaan wilayah pesisir rendah, yang ditunjukkan dengan keterlibatan masyarakat pada tahap implementasi dan pemantauan. Faktor-faktor yang membedakan kelompok tingkat peran serta masyarakat pemanfaat pesisir adalah pendidikan, persepsi, dan pendapatan, sedangkan faktor umur tidak berperan signifikan dalam membedakan kelompok tingkat peran serta masyarakat. Strategi yang diperoleh yaitu menggunakan konsep pengelolaan wilayah pesisir berbasis masyarakat (co-management) dimana masyarakat memiliki kewenangan cukup dalam pengelolaan dan terakomodasinya kepentingan masyarakat dalam proses pengelolaan.