Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search
Journal : The Journal of Al-quran and As-sunnah Studies

PANDANGAN THABATHABA’I TENTANG IMPLIKASI POTENSI MANUSIA TERHADAP MISI FUNGSIONALNYA Zakiy, Ahmad; Ali, Rijal
Jalsah : The Journal of Al-quran and As-sunnah Studies Vol. 3 No. 2 (2023): October
Publisher : Faculty of Ushuludin Institute of Al-Qur’an Science (IIQ) An Nur Yogyakarta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37252/jqs.v3i2.564

Abstract

Kecanggihan ilmu pengetahuan dan teknologi di zaman sekarang ternyata belum benar-benar mampu menjawab mengenai persoalan asal usul kejadian manusia. Salah satu cara untuk mengisi kekosongan tersebut adalah dengan menggali ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan penciptaan. Ayat-ayat tersebut memiliki muatan yang filosofis, sehingga perlu dikaji dengan pendekatan filosofis agar mendapatkan pemahaman yang komprehensif dan mendalam, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Muhammad Husein Thabathaba’i. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan menjelaskan dua hal, yaitu (1) bagaimana penafsiran Thabathabai terhadap QS. al-Baqarah [2]: 30 dan QS. al-Ahzab [33]: 72 (2) bagaimana pandangan Thabathaba’i tentang konsep penciptaan manusia. Ada dua sumber data yang digunakan dalam penelitian ini. Sumber data primer diambil dari Tafsir al-Mizan karya Thabathaba’i, sedangkan literatur lainnya, seperti buku dan artikel jurnal dijadikan sebagai sumber sekunder. Dengan menggunakan metode deskriptif analitis, penulis terlebih dahulu memaparkan penafsiran Thabathaba’i terhadap QS. al-Baqarah [2]: 30 dan QS. al-Ahzab [33]: 72. Hasil penafsiran tersebut kemudian dianalisis untuk melihat bagaimana pandangan dan pemahaman Thabathaba’i mengenai potensi manusia dan implikasinya terhadap misi fungsional penciptaan manusia. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemilihan manusia sebagai khalifah dan pemegang mandat al-amanah dari Allah Swt. dikarenakan keberadaan potensi dalam dirinya. Potensi ini pula lah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya seperti malaikat, gunung, bumi, dan langit. Adapun mandat tersebut merupakan ibadah yang berupa kehadiran hamba di hadapan Allah, rabb al-‘alamin, dengan penuh kerendahan diri dan penghambaan kepada-Nya, serta kebutuhan sepenuhnya kepada Tuhan Pemilik kemuliaan mutlak.