Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

PENERAPAN MODEL ROLE PLAYING DENGAN BANTUAN MEDIA WAYANG KARTUN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SD Sinta Yuni Nur Rahmah; Cerianing Putri Pratiwi; Dian Nur Antika Eky Hastuti
SEMINAR NASIONAL SOSIAL, SAINS, PENDIDIKAN, HUMANIORA (SENASSDRA) Vol 2, No 2 (2023): Implementasi kurikulum merdeka menuju transformasi pendidikan dalam mempersiapka
Publisher : SEMINAR NASIONAL SOSIAL, SAINS, PENDIDIKAN, HUMANIORA (SENASSDRA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini menghadapi beberapa permasalahan yang harus diperbaiki, salah satunya adalah rendahnya tingkat kepercayaan diri dalam berbicara di kelas bagi siswa kelas 3 SDN 02 Klegen. Hal ini menyebabkan sebagian besar siswa belum mencapai standar ketuntasan minimal sekolah (KKM 75). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan pendekatan Role Playing. Metode yang digunakan untuk mengatasi masalah ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang bertujuan untuk menemukan solusi dalam lingkungan kelas. Langkah-langkah yang diambil dalam penelitian ini mencakup: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Setiap rangkaian kegiatan ini disebut satu siklus, dan penelitian ini melibatkan dua siklus tindakan. Subjek penelitian ini adalah 20 siswa kelas 3 SDN 02 Klegen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus 1, 5% siswa (1 siswa) mencapai kategori sangat baik, sedangkan pada siklus 2, persentase siswa yang mencapai kategori sangat baik meningkat menjadi 50% (10 siswa). Temuan penelitian ini mengindikasikan bahwa penerapan pendekatan role-playing berhasil meningkatkan kemampuan berbicara siswa, terlihat dari peningkatan yang signifikan pada setiap siklus. Pada tahap pra-siklus, terdapat 11 siswa dengan tingkat penguasaan berbicara sebesar 45%, menunjukkan kemampuan komunikasi yang lemah. Namun, setelah melalui siklus 1, nilai hasil belajar meningkat menjadi 65%. Selanjutnya, pada siklus 2, sebagian besar siswa telah mencapai tingkat ketuntasan belajar yang tinggi, yaitu mencapai 95%. Meskipun ada satu siswa yang masih cenderung pasif dan pendiam dan belum mencapai KKM pada siklus 2, namun secara keseluruhan, model role-playing telah membantu meningkatkan kemampuan berbicara siswa secara signifikan.