Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Geneologi dan Gerakan Militansi Salafi Jihadi Kontemporer anwar, saeful anwar
AN-NAS Vol 2 No 1 (2018): JURNAL AN-NAS
Publisher : Institut Agama Islam Sunan Giri Bojonegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (345.632 KB)

Abstract

Tulisan geneologi dan gerakan militansi salafi jihadi kontemporer ini, berusaha menjelaskan bagaimana suatu ide tertentu dalam salafi-jihadisme muncul, tipologi dan doktrin jihad salafism, dinamika gerakan jihad salafism dan karakteristik yang menentukannya.  Tulisan ini juga akan menjelaskan cara yang unik dan berbeda yang mana para salafi-jihadis memahami, mengembangkan atau menterjemahkan ide-ide tersebut yang berbeda dengan bagaimana kelompok Muslim yang lain mempersepsikan ide tersebut melalui sebuah gerakan. Salafisme sendiri menurut penulis adalah sebuah konsep yang masih terlalu luas untuk dimaknai. Penulis mengutip perkataan Bernard Haykel bahwa Istilah salafi, dan hal-hal lain yang dikaitkan dengannya, masih belum didefinisikan dengan baik dan sering difahami secara salah dalam banyak literatur tentang pergerakan ini, dan dalam kajian Islam yang lebih umum. Dalam konstruksinya yang paling sederhana, salafisme Mengacu pada para pendahulu yang sholih dari tiga generasi awal Muslim. Karena itu salafisme adalah  pandangan keagaaman yang menginginkan untuk menghidupkan kembali praktek-praktek tiga generasi awal Islam yang secara kolektif dikenal sebagai as-salafush shalihin. Penulis menjelaskan adanya banyak opini yang berbeda dari para ilmuwan tentang karakteristik tertentu yang secara presisi mendefinisikan gerakan salafi-jihadi sebagai sebuah kesatuan, yang merupakan salah satu bagian dari spektrum salafi yang luas. Dengan mengacu dan mengkompromikan pendapat yang berbeda dari para ilmuwan, penulis berpendapat bahwa ada lima ciri/fitur mendasar dari gerakan salafi-jihadi yaitu: tauhid, hakimiyyah, wala’ wal baro’, jihad, dan takfir. Kelima ciri ini dipilih berdasarkan arti pentingnya terhadap gerakan salafi-jihadi.
Pemikiran dan Gerakan Amr Ma‘rûf Nahy Munkar Front Pembela Islam (FPI) di Indonesia 1989-2012 Saeful Anwar
Teosofi: Jurnal Tasawuf dan Pemikiran Islam Vol. 4 No. 1 (2014): June
Publisher : Department of Aqidah and Islamic Philosophy, Faculty of Ushuluddin and Philosophy, Sunan Ampel State Islamic University Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (705.199 KB) | DOI: 10.15642/teosofi.2014.4.1.220-250

Abstract

This article explores the history of thoughts and movements of the Front Pembela Islam (FPI) in Indonesia between 1998 and 2012. The study concludes that since many government regulations are violated by the public, including the prohibition of gambling, prostitution and other forms of disobedience and lack of firmness of the government, FPI feels the need to take the initiative to help the government fight against immorality in order to enforce amr ma‘rûf nahy munkar. This is done through the movement run by the military force of the FPI who often uses means of violence. In line with this study, FPI should not perform nahy munkar movement using any violent means, such as damaging public facilities, hurting people, and other destructive deeds. The reason is that by doing such violent actions, FPI will not even help resolving the moral problems that occur in Indonesia. In addition, the violent movement does not reflect the image of Islam as a religion of peace.
PENDEKATAN DALAM PENGKAJIAN ISLAM: Kontribusi Charles J.Adam Terhadap Kegelisahan Akademik Saeful Anwar
AN-NAS Vol 1 No 2 (2017): AN-NAS: JURNAL HUMANIORA
Publisher : Institut Agama Islam Sunan Giri Bojonegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (766.915 KB) | DOI: 10.36840/an-nas.v1i2.51

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran metodologi dan pendekatan yang ditawarkan Charles J.Adam dalam melakukan kajian Islamic Studies. Tawaran tersebut muncul atas respon kegelisahan akademik terhadap kegagalan yang dilakukan para ahli sejarah Islam dalam mendefinisikan Islam atau agama terhadap metodologi dan pendekatan yang dipakai. Menurut Adams tidak ada metode yang canggih untuk mendekati aspek kehidupan-dalam individu dan masyarakat beragama, tetapi sarjana harus menggunakan tradisi atau aspek luar keberagamaan sebagai landasan dalam memahami dan melakukan studi agama. Sebagai tantangan dalam mengkaji Islam, sebagai sebuah agama harus melampui dimensi tradisi atau aspek luar agar mampu menjelaskan dimensi kehidupan-dalam dari masyarakat Islam.Untuk menjawab tantangan dan tugas para pengkaji Islam, Adams merekomendasikan dua pendekatan yang diletakkan pada sebuah garis kontinum yaitu merentang dari pendekatan normatif sampai dengan pendekatan deskriptif. Pendekatan normatif adalah pendekatan yang dijiwai oleh motivasi dan tujuan keagamaan, sedangkan pendekatan deskriptif muncul sebagai jawaban terhadap motivasi keingintahuan intelektual atau akademis. Pendekatan normatif dapat dilakukan dalam bentuk misionaris tradisional, apologetik, maupun pendekatan irenic (simpatik). Sementara pendekatan deskriptif, Adams mengelompokkan pada pendekatan-pendekatan filologis dan sejarah, pendekatan ilmu-ilmu sosial, dan pendekatan fenomenologis. Pendekatan normatif dan deskriptif dengan berbagai varian tersebut dapat dipergunakan dalam mengkaji Islam yang memiliki 11 subject matter, yaitu: (1) pre-Islamic Arabia, (2) studies of the Prophet, (3) Qur’anic studies, (4) prophetic tradition (Hadis), (5) kalam, (6) Islamic law, (7) falsafah, (8) tasawuf, (9) the Islamic sects—shi’ah—(10) worship and devotional life, dan (11) popular religion.
Geneologi dan Gerakan Militansi Salafi Jihadi Kontemporer saeful anwar anwar
AN-NAS Vol 2 No 1 (2018): AN-NAS: JURNAL HUMANIORA
Publisher : Institut Agama Islam Sunan Giri Bojonegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (345.632 KB) | DOI: 10.36840/an-nas.v2i1.99

Abstract

Tulisan geneologi dan gerakan militansi salafi jihadi kontemporer ini, berusaha menjelaskan bagaimana suatu ide tertentu dalam salafi-jihadisme muncul, tipologi dan doktrin jihad salafism, dinamika gerakan jihad salafism dan karakteristik yang menentukannya. Tulisan ini juga akan menjelaskan cara yang unik dan berbeda yang mana para salafi-jihadis memahami, mengembangkan atau menterjemahkan ide-ide tersebut yang berbeda dengan bagaimana kelompok Muslim yang lain mempersepsikan ide tersebut melalui sebuah gerakan. Salafisme sendiri menurut penulis adalah sebuah konsep yang masih terlalu luas untuk dimaknai. Penulis mengutip perkataan Bernard Haykel bahwa Istilah salafi, dan hal-hal lain yang dikaitkan dengannya, masih belum didefinisikan dengan baik dan sering difahami secara salah dalam banyak literatur tentang pergerakan ini, dan dalam kajian Islam yang lebih umum. Dalam konstruksinya yang paling sederhana, salafisme Mengacu pada para pendahulu yang sholih dari tiga generasi awal Muslim. Karena itu salafisme adalah pandangan keagaaman yang menginginkan untuk menghidupkan kembali praktek-praktek tiga generasi awal Islam yang secara kolektif dikenal sebagai as-salafush shalihin. Penulis menjelaskan adanya banyak opini yang berbeda dari para ilmuwan tentang karakteristik tertentu yang secara presisi mendefinisikan gerakan salafi-jihadi sebagai sebuah kesatuan, yang merupakan salah satu bagian dari spektrum salafi yang luas. Dengan mengacu dan mengkompromikan pendapat yang berbeda dari para ilmuwan, penulis berpendapat bahwa ada lima ciri/fitur mendasar dari gerakan salafi-jihadi yaitu: tauhid, hakimiyyah, wala’ wal baro’, jihad, dan takfir. Kelima ciri ini dipilih berdasarkan arti pentingnya terhadap gerakan salafi-jihadi.
TRANSFORMASI MODEL PENDIDIKAN PESANTREN BERBASIS KITAB KUNING KE DIGITAL PLATFROM (Studi di Pondok Pesantren Al-Ma’ruf Kendal, Dander, Bojonegoro) Agus Moh. Sholahuddin; Saeful Anwar
EDUKASIA: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 4 No. 1 (2023): Edukasia: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran
Publisher : Ma'arif NU Janggan Magetan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The pesantren education model still maintains the tradition of learning the yellow book, the learning methods used are Sorogan, Bandongan and Weton. in the educational model so that it continues to exist in society, therefore Islamic boarding schools need to experience a shift in this research so that they can become examples of other Islamic boarding schools. The method used in this research is qualitative research. The purpose of this study was to describe the transformation of the yellow book-based Islamic boarding school education model into a digital platform at the Al-Ma'ruf Islamic boarding school, Kendal Village, Dander District, Bojonegoro Regency. This research was conducted on July 6, 2022. Data collection techniques used interviews to find out the transformation of the yellow book-based Islamic boarding school education model into a digital platform at the Al-Ma'ruf Islamic boarding school, as well as additional data in the form of observation and documentation. Data analysis in this research uses data triangulation. The results of this study examine the transformation of the Islamic boarding school education model based on the yellow book at the Al-Ma'ruf Islamic Boarding School, where formerly the kyai recited the yellow book, only carried out by students in the Islamic boarding school environment. the general public through digital platforms such as YouTube, Facebook, and Instagram. Factors that influence this transformation are the leadership of the kyai and modernization which is marked by the swift flow of information and the encouragement of students and alumni. The inhibiting factor is the conservative view of some people that the educational model applied is the best and does not need to be changed anymore
REVOLUSI INDUSTRI 4.0 ISLAM DALAM MERESPON TANTANGAN TEKNOLOGI DIGITALISASI saeful anwar anwar
At-Tuhfah : Jurnal Studi Keislaman Vol. 8 No. 2 (2019): AT-TUHFAH: JURNAL STUDI KEISLAMAN
Publisher : Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (641.638 KB)

Abstract

“Tulisan ini hendak memberikan gambaran respon umat Islam terhadap munculnya revolusi industri 4.0. Industri 4.0 juga di kenal dengan Istilah lain disrupsi (disruption), situasi dimana pergerakan dunia industri tidak lagi linier. Perubahanya berjalan sangat cepat, fundamental dan mengacak pola tatanan lama dan menciptakan tatanan baru. Disrupsi menginisiasi lahirnya model bisnis baru dengan strategi yang lebih inovatif dan disruptif. Cakupan perubahanya sangat luas dari dunia bisni, tranportasi hingga pendidikan. Fenomena tersebut merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindari, menjadi tantangan tersendiri, namun dapat juga menjadi peluang baru sehingga Indonesia mempersiapkan diri untuk bersaing dalam menyambut revolusi industri tersebut. Basis dari era ini adalah digitalisasi dengan menggunakan analisa data yang menyeluruh sehingga membutuhkan literasi baru. Umat Islam secara global juga tidak dapat menghindari era tersebut. Sebagian umat Islam telah berhasil merespon dengan cepat dan berhasil juga memanfaatkan digitalisasi sebagai objek lahan baru dalam melakukan keputusan-keputusan strategis seperti berbisnis busana muslim online, berdakwah menggali kekuatan dalam menyatukan umat Islam, memunculkan dakwah sosmed dan lainya. Umat muslim sepert di ataslah mereka yang paling dapat menangkap peluang dan bisa menghadapi tantangan revolusi industri 4.0.”
DINAMIKA EKSISTENSI JARINGAN DAN GERAKAN KELOMPOK ISLAM RADIKAL INDONESIA Saeful Anwar; Agus Sholahudin Shidiq
At-Tuhfah : Jurnal Studi Keislaman Vol. 10 No. 1 (2021): AT-TUHFAH: Jurnal Studi Keislaman
Publisher : Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (525.556 KB)

Abstract

This article entitled the dynamics of the existence of a network of radical Islamic group movements of Indonesia, tried to give an overview of the initial group that did the first Islamic radicalism in Indonesia, namely the Padri movement do violence not only against people outside of Islam, but also against fellow Muslims who do not want to follow their teachings. Violence and such action is not necessarily the case, but more refer to the movement and the view of Saudi Arabia wahabisme idiologis. The radical Islamic movement in post-independence Indonesia itself appeared since the Islamic Sharia enforcement of exacting formalist formally in the Constitution of Indonesia and want the formation of Indonesia into an Islamic State. in this movement the TII/leading kartosoewiryo in West Java and continues in some areas of indonesia. The idea of radical Islam in Indonesia is actually heavily influenced by the views of Islamic scholars such as Ibn Taymiyyah, Muhammad ibn Abdul Wahhab and also radical Islamist thinker Sayid Qutb Muslim Brotherhood Egypt through Ma'alim fi at Thorieq, Shaykh Abdullah Azzam in his work entitled Ayatur Rahman fi Jihadi Afghanistan with the concept of staging, and Osama bin Laden who then managed to influence the muslim activists Indonesia to go to Jihad to Afghanistan.
MENGEMBALIKAN FUNGSI FAQIH DAN ULAMA? DALAM PEMIKIRAN WILAYAT-I FAQIH KHOMEINI SEBAGAI MODEL ULAMA? SYI?AH PASCA REVOLUSI IRAN Saeful Anwar; Agus Sholahudin Shidiq
At-Tuhfah : Jurnal Studi Keislaman Vol. 10 No. 2 (2021): AT-TUHFAH : Jurnal Studi Keislaman
Publisher : Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1040.156 KB)

Abstract

This article discusses the concept of the Al-Faqih Region offered by Khomeini during the Iranian revolution on February 11th 1979, as an ideal form in restoring the role of the faqih to hold power and as a Shia political system and its implementation in state leadership amid world politics. Khomeini explicitly said that the priests are obliged to guide the people after the death of the Prophet Muhammad, the priests have the character of ma'shum. Wilayat-i Faqih articulated Imam Khomeini's essential ideas about the state and its aims. This concept is a normative principle that these powers (or functions) should not be delegated to the same person to prevent abuse of power by the parties involved power. Likewise, the Wilayat-i Faqih concept developed by Imam Khomeini divides the power of implementing Islamic governance into three state institutions, namely the executive, legislative, and judicial institutions. The executive and judicial powers are in the hands of the faqih who carry out the function as representatives of the priests, so the legislative power is entirely the right of God. However, according to Khomeini in the concept of Wilayat-i Faqih, only the faqih holds the highest authority, all power comes from his position as the highest mujtahid who has the greatest authority in interpreting legal sources.
PENGEMBANGAN WISATA EDUKASI DAN REKREASI KRACAKAN DI DESA PAYAMAN KECAMATAN NGRAHO KABUPATEN BOJONEGORO Saeful Anwar; Miftahul Mufid
Al-Umron : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 1 No. 1 (2020): AL-UMRON: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat
Publisher : LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (LPPM) UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SUNAN GIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32665/alumron.v1i1.701

Abstract

Pariwisata merupakan hal yang sangat penting untuk meningaktkan pendapatan daerah dan melalui pariwisata perekonimian disebuah daerah akan berjalan. Kabupaten Bojonegoro memiliki banyak potensi wisata, salah satunya di Kecamatan Ngraho di Desa Payaman yakni Wisata Kracakan. Wisata Kracakan ini menyimpan banyak pesona keindahan, akan tetapi wisata ini masih belum terkelola dengan baik. Dari permasalah inilah perlu dilakukan pendampingan untuk memaksimalkan potensi wisata Kracakan. Metode yang digunakan dalam pengabdian ini adalah ABCD (Asset Based Community Development). Dalam pengabdian ini tim melakukan pelatihan, pendampingan dan pembuatan spot-spot foto selfie di sekitar wisata Kracakan.
PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN PRODUKTIVITAS PENGRAJIN ANYAMAN BAMBU DI DESA TEMU KECAMATAN KANOR KABUPATEN BOJONEGORO Saeful Anwar; Burhanatut Dyana
Al-Umron : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 1 No. 1 (2020): AL-UMRON: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat
Publisher : LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (LPPM) UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SUNAN GIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32665/alumron.v1i1.1435

Abstract

Kerajinan anyaman bambu merupakah karya seni tradisional asli Indonesia yang dapat dijumpai hampir diseluruh pelosok pulau jawa, salah satunya adalah desa Temu, kecamatan Kanor, kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Desa Temu memiliki 6 RW dan 28 RT dengan jumlah penduduk 4.123 jiwa dengan keunggulan anyaman bambu berupa rembesek¸ sehingga masyarakat luar seringkali menjulukinya dengan desa anyaman. Mindest masyarakat terhadap nilai jual anyaman yang rendah, kebergantungan pengrajin kepada pengepul serta hasil kerajinan yang monoton berupa rembesek tentu berdampak pada perekonomian yang stagnan. Fenomena ini mendukung perlunya kegiatan pengabdian ini agar masyarakat lebih kreatif, produktif dan aware akan potensi desa. Tujuan dari pengabdian ini adalah meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perekonomian masyarakat, khususnya pengrajin anyaman bambu. Pengabdian ini berlangsung selama satu bulan dan menggunakan metode Participatory Action Research (PAR) yang melibatkan partisipasi masyarakat. Kegiatan yang dilakukan selama pengabdian diawali dengan sarasehan (talk show), pelatihan pelbagai olahan anyaman bambu dan pemasarannya. Hasil dari pengabdian ini, masyarakat lebih melek dan aware terhadap aset desa, yaitu kerajinan anyaman bambu; meningkatkan pengetahuan dan kreatifitas pengrajin sehingga tidak hanya menghasilkan rembesek saja, melainkan pelbagai aksesoris dan furniture anyaman bambu; terlepas dari pengepul yang membeli dengan harga rendah dan mampu memasarkannya dengan tepat, sehingga mampu meningkatkan perekonomian masyarakat serta terwujudnya transformasi sosial yang lebih baik.