Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PENGARUH WAKTU EKSTRAKSI DAN KONSENTRASI HCl PADA PROSES EKSTRAKSI SELULOSA DALAM AMPAS TEH Fernianti, Dewi; Jayanti, Yeyen
Jurnal Distilasi Vol 1, No 1 (2016): Jurnal Distilasi
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Selulosa merupakan bahan dasar penyusun tumbuhan yang merupakan metabolit primer. Sedangkan selulosa dapat dengan mudah diperoleh melalui ekstraksi dari bahan dasar tumbuhan. Dalam ampas teh mengandung selulosa yang cukup tinggi yakni 43,87 % . Melihat masih tingginya kadar selulose dalam ampas teh tersebut maka pada penelitian ini akan dilakukan ekstraksi selulosa dari ampas  teh menggunakan HCL. Metode yang dilakukan yaitu dengan cara mengekstrak ampas teh menggunakan HCl. Variabel yang dipelajari adalah variasi kosentrasi 3%, 5%, 7%, 9% dan 11% dengan variasi waktu mulai dari 3 jam, 6 jam, 9 jam dan 12 jam. Dari hasil penelitian diperoleh hasil selulose yang baik yaitu pada waktu ekstraksi 12 jam dan konsentrasi HCl 1 %  dengan kadar air 0,2 % dan Kadar abu 0,02 %, sedangkan kadar selulosa yang dihasilkan  yang tinggi, yaitu untuk konsentrasi HCL 7% dari hasil SEM diperoleh konsentrasi  Oksigen (O) 72,8 % dan Karbon (C) 20,5 %, untuk konsentrasi HCL 5% diperoleh konsentrasi Oksigen (O) 71,2% dan Karbon (C) 21,0% dan untuk konsentrasi HCL 9% diperoleh konsentrasi Oksigen (O) 74,5 % dan Karbon (C) 20,0 %.
PENGARUH JENIS DETERGEN DAN RASIO PENGENCERAN TERHADAP PROSES PENYERAPAN SURFAKTAN DALAM LIMBAH DETERGEN MENGGUNAKAN KARBON AKTIF DARI AMPAS TEH Fernianti, Dewi; Mardwita, Mardwita; Suryati, Linda
Jurnal Distilasi Vol 2, No 2 (2017): Jurnal Distilasi
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/jd.v2i2.1147

Abstract

Permasalahan lingkungan saat ini yang banyak terjadi salah satunya adalah pencemaran oleh limbah cair yang berasal dari proses pencucian pakaian. Limbah cair  yang tidak dikelola akan menimbulkan dampak yang luar biasa pada perairan, khususnya sumber daya air.  Pada penelitian ini, digunakan kabon aktif dari ampas teh karena memiliki daya serap cukup baik, selain itu penggunaan ampas teh sebagai karbon aktif dapat meningkatkan nilai guna ampas teh, sedangkan yang akan dianalisa adalah bagaimana pengaruh jenis detergen (detergen bubuk dan detergen cair) dan variasi rasio pengenceran  terhadap daya serap karbon aktif dari ampas teh  pada proses penyerapan surfactan dalam limbah air pencucian pakaian (limbah  laundry). Metodelogi penelitian mula-mula ampas teh kasar dibuat arang aktif yang memenuhi standar mutu SNI. Lalu  sebanyak 300 ml larutan detergen dimasukkan kedalam tabung berdiameter 5 cm yang telah diisi oleh karbon aktif setinggi 5 cm.  Lalu catat pada menit keberapa untuk tetes pertama, kemudian tampung output limbah cair laundry selama 5 menit dari tetes pertama, 10 men it, 15 menit, 20 menit, 25 menit dan 30 menit.  Percobaan di ulangi untuk variabel pengenceran larutan dan jenis detergen. Dari hasil penelitian diperoleh  mutu karbon akif yang dihasilkan dari ampas teh telah memenuhi syarat mutu arang aktif (SII No.0258-79). Dengan karakteristikik kadar air 9,1465%, kadar abu 2,0911%, karbon aktif murni 69,5989%, rendemen 90,16%. Penurunan kadar surfaktan yang optimal untuk detergen bubuk tercapai pada rasio pengenceran 46gr: 2,5lt pada waktu 10 menit sebesar 0,958 mg/L dengan daya serap karbon aktif 5,133 mg/L. Penurunan kadar surfaktan yang optimal untuk detergen cair tercapai pada rasio pengenceran 10,5gr: 2,5lt dalam waktu 15 menit sebesar 0,949 mg/L dengan daya serap karbon aktif 5,056 mg/L.
The Adsorption of Iron (Fe) in Dyeing and Washing Waste of Jumputan Fabric Using Active Carbon from Tea Grounds Dewi Fernianti; Erna Yuliwati; Nuri Nuri
Procedia of Engineering and Life Science Vol 2 No 2 (2022): Proceedings of the 4th Seminar Nasional Sains 2022
Publisher : Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21070/pels.v2i2.1226

Abstract

The iron (Fe) contained in the waste dyeing process and the washing process of the jumputan fabric weaving industry is relatively high; this can cause water pollution in the waters around the jumputan fabric weaving industry if the iron content is not adsorbed. One of the methods used to decrease iron content (FE) is adsorption. The adsorbent used for this iron adsorption (Fe) process is activated carbon made from black tea grounds. Before adsorbing iron, making activated carbon from black tea grounds is carried out first, namely by carbonating the tea grounds at the temperature of 500oC for 20 minutes, then using a 4% NaOH solution for 24 hours. The quality results of activated carbon from black tea grounds produced are 19,1635% of volatile matter, 9,1465% of water content, 2,0911% of ash content, 69,5989% of pure activated carbon, and 0.2664 mg/L adsorptions of methyl blue, and these characteristics meet the quality standard of SNI no.06-3730-1995. Activated carbon that is produced and has filled the quality standards is then used to absorb iron (Fe) content in the dyeing and washing process waste of the jumputan weaving industry. The adsorption carried out the process for 72 hours with adsorbent mass variables of 1 g, 2 g, 4 g, 8 g, and 10 g. Then the levels of iron (Fe) were analyzed using AAS. The best condition for adsorption of iron content in the waste dyeing process of jumputan fabric was obtained at a mass of 10 g of adsorbent was 32.437 mg/L with an adsorption efficiency of 99.68%, the same condition for adsorption of iron content in washing waste that was equal to 9.998 mg/L with an adsorption efficiency of 99.68%.
Analisa α-Selulosa dan Bilangan kappa Pada Proses Pembuatan Pulp (Pulping) Menggunakan Seludang Jantung Pisang Sebagai Bahan Baku dewi fernianti
Retii Prosiding Seminar Nasional ReTII Ke-14 2019
Publisher : Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bahan baku dasar pembuatan pulp adalah selulosa dalam bentuk serat dan hampir semua tumbuhanyang mengandung selulosa dapat dipakai sebagai bahan baku pembuatan pulp (Syamsul Bahri, 2015).Pada penelitian ini bahan baku yang digunakan pada proses pembuatan pulp adalah jenis non-woodyaitu kelopak bunga pisang atau seludang jantung pisang yang merupakan bagian dari jantung pisang.Menurut Sheng, dkk (2011), jantung pisang memiliki kandungan serat tinggi. Serat merupakanpolisakarida yang terdiri dari selulosa, hemiselulosa, lignin, pektin dan gum . Sebelum penelitiandilakukan analisa terhadap seludang jantung pisang sebagai bahan baku dari proses pembuatan pulp dandiperoleh α-Selulosa 63,47 % dan Lignin (bilangan kappa) 14,67. Penelitian dilakukan pada temperatur165oC yang dibuat tetap, sedangkan sebagai pelarut digunakan NaOH dengan konsentrasi yangdivariasikan yaitu (50% (w/v); 60% (w/v); 70% (w/v); 80% (w/v) dan 90% (w/v)) selama waktupemasakan (1, 2, 3, 4, dan 5 jam). Pulp yang dihasilkan dijemur langsung di bawah sinar mataharihingga kering, lalu ditimbang, kemudian ditentukan kadar perolehan pulp dan selanjutnya dilakukananalisa kadar α-Selulosa (Metode SNI 0444:2009) dan bilangan kappa (Metode SNI 0494:2008).kondisi optimum diperoleh pada konsentrasi Larutan NaOH 50% (w/v) dan waktu pemasakan 2 jam,yaitu menghasilkan perolehan pulp 33,40%, kadar α-Selulosa 63,47% dan bilangan kappa 1,33