Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

PENGGUNAAN FILLER ARANG KAYU PADA ASPAL LATASTON DAN ASPAL LASTON Muhamad Fatkhur Rohman; Akhmad Hasanuddin; Luthfi Amri Wicaksono
JURNAL SIMETRIK Vol 10, No 2 (2020)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (P3M) Politeknik Negeri Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31959/js.v10i2.535

Abstract

The road pavement structure has a fillercommonly referred to as a filler. Filler (filler) is one of the materials that has an important function, namely as a cavity filler from the asphalt mixture. This research is to see the effect of adding wood charcoal filler content in AC-WC mixture and HRS-WC mixture with variations in the addition of wood charcoal by 0%; 0.5%; 1%; 1.5%; 2% based on total mixture. Examination of aggregate and asphalt was carried out to get the optimum level of asphalt, the optimum value of asphalt AC-WC was 5.30% and for a mixture of HRS-WC 7.89%. The AC-WC mixture obtained the Marshall Test value, obtained the optimum stability value of 1511.9 kg at the addition of 0% filler and decreased with the addition of 0.5%, 1%, 1.5%, 2%. While the HRS-WC mixture also obtained the Marshall Test value obtained optimum stability value of 1899.17 kg at 0% filler addition anddecreases at the addition of 0.5%, 1%, 1.5%, 2%.
MARSHALL PERFORMANCE OF SPLIT MASTIC ASPHALT MIXTURES (SMA) USING NATURAL CELLULOSE FIBER CORN COB Agusty Maulana Bramasta; Akhmad Hasanuddin; Luthfi Amri Wicaksono
Jurnal Rekayasa Sipil dan Lingkungan Vol 4 No 1 (2020): JURNAL REKAYASA SIPIL DAN LINGKUNGAN
Publisher : Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/jrsl.v4i1.15892

Abstract

Split Mastic Asphalt (SMA) as a solution to reduce the problem of damage to the road pavement layers before the end of it’s service period due to high traffic loads. Cellulose fiber is needed as an asphalt stabilizer. The study was conducted with a pure experimental method to determine the effect of cellulose fiber on the marshall performance of Split Mastic Asphalt Mixtures (SMA). This study used a mixture of SMA by using five variations of the addition of natural cellulose fibers from corn cobs that is 0.15%; 0.30%; 0.45%; 0.6%; 0.75%. The results showed that the corn cob cellulose fiber determines the characteristics of Marshall namely weakness, flow, VIM, VMA,. But not all levels of varieties meet specifications. For optimum levels of cellulose fiber added to the SMA mixture, the levels of 0.15% to 0.3% were chosen, because in that scale the increase in strength performance was supported by all other characteristics that passed the 2018 Bina Marga specifications. Split Mastic Asphalt (SMA) sebagai solusi untuk mengurangi permasalahan kerusakan lapisan perkerasan jalan sebelum berakhirnya masa layanannya akibat beban lalu lintas yang tinggi. Serat selulosa diperlukan sebagai material aditif penstabil aspal. Penelitian dilakukan dengan metode experimental murni dengan tujuan mengetahui pengaruh serat selulosa terhadap kinerja marshall. Penelitian ini digunakan campuran SMA dengan menggunakan 5 variasi penambahan serat selulosa alami dari tongkol jagung yaitu 0,15%; 0,30%; 0,45%; 0,6%; 0,75%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa serat selulosa tongkol jagung berpengaruh pada karakteristik marshall yaitu stabilitas, flow, VIM, VMA,. Namun tidak semua kadar varians serat selulosa memenuhi spesifikasi. Varians penambahan serat selulosa yang memenuhi spesifikasi karakteristik marshall adalah kadar 0,15% sampai dengan 0,45%. Untuk kadar optimum serat selulosa yang ditambahkan pada campuran SMA dipilih kadar 0,15% sampai dengan 0,3%, karena pada range tersebut terjadi peningkatan kinerja kekuatan yang terbaik, didukung seluruh karakteristik lainnya lolos spesifikasi Bina Marga tahun 2018.
Perbandingan Kebutuhan Material Diaphragm Wall dan Secant Pile pada Proyek Grand Dharmahusada Lagoon Surabaya Fajar Hardianto; Luthfi Amri Wicaksono; Indra Nurtjahjaningtyas
Jurnal Rekayasa Sipil dan Lingkungan Vol 5 No 1 (2021): Jurnal Rekayasa Sipil dan Lingkungan
Publisher : Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/jrsl.v5i1.12418

Abstract

The construction of the Grand Dharmahusada Lagoon Apartment on Dharmahusada Mas, Mulyorejo, had a detrimental effect on the homes of local residents. Damage that occurs in general is cracks on the walls of the house ranging. Reinforcement using Diaphragm Wall and Secant Pile are designed for the Grand Dharmahusada Lagoon Surabaya project. Diaphragm wall and secant pile is a type of retaining wall that has the same advantages, the construction not noisy in workmanship, thickness and depth that can be adjusted as needed. The purpose of this thesis is to know and compare effectiveness of each plan. The results obtained in the calculation are material dimensions, wall depth, and maximum deformation. The Diaphragm wall has a thickness of 2.7 meters and a depth of 31 meters with a maximum deformation of 4.98 cm. In secant pile, the diameter of the pile is 1.2 meters with a depth of 31 meters and a maximum deformation of 4.93 cm. Based on the results of the planning comparison 2 of this method which includes maximum deformation, depth of excavation, wall thickness and estimated cost, planning was chosen using secant pile as a retaining wall. ABSTRAK Pembangunan Apartemen Grand Dharmahusada Lagoon di Jalan Dharmahusada Mas, Mulyorejo, membawa dampak buruk bagi rumah warga sekitar. Kerusakan yang terjadi pada umumnya adalah retak pada tembok rumah. Perencanaan perkuatan pada proyek Grand Dharmahusada Lagoon Surabaya menggunakan Diaphragm wall dan secant pile. Diaphragm wall dan secant pile merupakan jenis dinding penahan tanah memiliki keunggulan yang sama yaitu tidak bising dalam pengerjaan, ketebalan dan kedalaman yang dapat diatur sesuai kebutuhan. Tujuan perbandingan perencanaan dalam skripsi ini untuk mengetahui dan membandingkan keefektifan dari masing – masing perencanaan.. Hasil yang didapatkan pada perhitungan adalah dimensi material, kedalaman dinding, dan deformasi maksimum. Pada Diaphragm wall didapatkan ketebalan 2,7 meter dan kedalaman 31 meter dengan deformasi maksimum 4,98 cm. Pada secant pile didapatkan diameter pile sebesar 1,2 meter dengan kedalaman 31 meter dan deformasi maksimum 4,93 cm. Berdasarkan hasil perbandingan perencanaan 2 metode ini yang meliputi deformasi maksimum, kedalaman galian, ketebalan dinding dan estimasi biaya, dipilih perencanaan dengan menggunakan secant pile sebagai dinding penahan tanah.
PLANNING OF SOFT SOIL IMPROVEMENT WITH PRELOADING AND PREFABRICATED VERTICAL DRAIN METHOD Ana Crosita Ningsih; Luthfi Amri Wicaksono; Mokhamad Farid Ma'ruf
Jurnal Rekayasa Sipil dan Lingkungan Vol 2 No 01 (2018): JURNAL REKAYASA SIPIL DAN LINGKUNGAN
Publisher : Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1213.065 KB) | DOI: 10.19184/jrsl.v2i01.7543

Abstract

The northern coastal areas of Java such as Gresik and surrounding areas have a soil structure of alluvium consisting of gravel / coral, sand, clay soil and shells. Soil basic conditions are soft enough to cause land subsidence (settlement). The need for rapid construction causes the urban areas to become less and more for development land. This requires the improvement of soft soil to be used as a building site. As for the method to be done in this planning using a combination of preloading and PVD methods to accelerate the process of land degradation. Based on the planning result, the total height of embankment (preloading) is 3.5 m and the planning time lasted 4 months. Soft soil improvement is done up to 25 m depth with PVD design using triangle pattern and space 1.3 m. The 95% consolidation decrease due to the load of embankment caused the soil to fall as deep as 1,928 m. In this planning use modeling Plaxis 8.6 2D and the resulting yield of soil is 1,990 m. Wilayah pesisir pantai utara Jawa seperti daerah Gresik dan sekitarnya mempunyai struktur tanah berupa alluvium yang terdiri dari batu kerikil/koral, pasir, tanah lempung dan pecahan kulit kerang. Kondisi tanah dasar yang cukup lunak menyebabkan terjadinya penurunan tanah (settlement). Adanya kebutuhan konstruksi yang semakin pesat menyebabkan wilayah perkotaan menjadi semakin sedikit untuk dijadikan lahan pembangunan. Hal ini mengharuskan dilakukannya upaya perbaikan tanah lunak agar bisa dijadikan lahan bangunan nantinya. Adapun pada metode yang akan dilakukan pada perencanaan ini menggunakan kombinasi metode preloading dan PVD untuk mempercepat proses penurunan tanah. Berdasarkan hasil perencanaan didapatkan total tinggi timbunan (preloading) adalah 3,5 m dan waktu perencanaan berlangsung 4 bulan. Perbaikan tanah lunak dilakukan sampai dengan kedalaman 25 m dengan desain PVD menggunakan pola segitiga dan spasi 1,3 m. Penurunan konsolidasi 95% akibat beban timbunan menyebabkan tanah turun sedalam 1,928 m. Pada perencanaan ini menggunakan pemodelan Plaxis 8.6 2D dan hasil penurunan tanah yang dihasilkan adalah sedalam 1,990 m.
BACK ANALYSIS OF THE RETAINING WALL AT JEMBER - BANYUWANGI ROAD KM 234+500 Wisnu Sadewa Febryawan; Januar Fery Irawan; Luthfi Amri Wicaksono
Jurnal Rekayasa Sipil dan Lingkungan Vol 3 No 1 (2019): JURNAL REKAYASA SIPIL DAN LINGKUNGAN
Publisher : Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (892.856 KB) | DOI: 10.19184/jrsl.v3i1.9633

Abstract

The retaining wall at Jember-Banyuwangi Road KM 234+500 consists of primer structure and secondary structure. The structure has a crack failure that the length is 2,5 m vertically. The back analysis is needed retaining wall stability and strength reduction stability. Methods used in stability calculations by Das method which calculate based on a failure of overturning, sliding, and bearing capacity, meanwhile strength reduction stability used by Plaxis program. The result stability calculations review Cross Section 1, 7, and 14 to check for overturning are 1,07 ; 1,29 ; 1,31 respectively, check for sliding are 0,87 ; 1,10 ; 1,16 respectively, check for bearing capacity failure are 6,64 ; 5,93 ; 6,83, check for strength reduction are 0,98 ; 0,99 ; 1,15 respectively. Dinding penahan tanah (DPT) di Jalan Raya Jember-Banyuwang KM 234+500 terdiri dari struktur utama dan struktur sekunder. Dinding penahan tanah tersebut mengalami kerusakan (crack) pada bagian atas struktur dengan panjang crack sepanjang 2,5 m secara vertikal. Diperlukan analisis balik stabilitas dinding penahan tanah dan pengurangan kekuatan untuk mengetahui penyebab kerusakan struktur DPT. Metode yang digunakan dalam perhitungan stabilitas tanah dengan metode Das yang meninjau cek terhadap guling, geser, dan kegagalan daya dukung, sedangkan stabilitas pengurangan kekuatan dengan program Plaxis. Hasil perhitungan stabilitas meninjau bagian struktur utama Cross Section 1, 7, 14 untuk cek terhadap guling masing-masing 1,07 ; 1,29 ; 1,31, cek terhadap geser masing-masing 0,87 ; 1,10 ; 1,16, cek terhadap kegagalan daya dukung masing-masing 6,64 ; 5,93 ; 6,83, cek terhadap pengurangan kekuatan 0,98 ; 0,99 ; 1,15.
EVALUATION FINAL SETTLEMENT IN FIED UING OBSERVATIONAL METHOD: ASAOKA AND HYPERBOLIC IN PPKA PROJECT SECTION 2 PALEMBANG SOUTH SUMATRA Aflah Baihaqi Efendi; Indra Nurtjahtjaningtyas; Luthfi Amri Wicaksono
Jurnal Rekayasa Sipil dan Lingkungan Vol 3 No 1 (2019): JURNAL REKAYASA SIPIL DAN LINGKUNGAN
Publisher : Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (722.738 KB) | DOI: 10.19184/jrsl.v3i1.9769

Abstract

In the construction of the Trans Sumatra Toll Road, the existing land that will be used as a foundation belongs to the soft soil category. This is because the original soil to be built by the toll road is swamps. The soil improvement method used in PPKA section 2 is Vacuum Consolidation. In this study, a geotechnical instrument evaluation was carried out using the Settlement Plate to evaluate the actual settlement, then calculate the final settlement prediction with the Asaoka and Hyperbolic observation methods. Then from the monitoring data, the prediction of the final settlement was calculated using the Asaoka and hyperbolic observation methods, calculated the value of the degree of consolidation from each method. So that the results of the calculation can be concluded in the form of the superiority of each method used as consideration for further planning. The results obtained in this study are the actual settlement with theoretical and settlement predictions along with the comparison of the two observation methods. From the average value of the degree of consolidation produced also in the percentage of 98.68% while the hyperbolic is 99.35%. The calculation of soil subsidence using the Asaoka method is more same with the field (actual). Because the data used for the Asaoka comes from all monitoring data on the field settlement plate. Pada pembangunan jalan Tol Trans Sumatra, tanah eksisting yang akan dijadikan pondasi tergolong dalam kategori tanah lunak. Hal itu dikarenkan tanah asli yang akan dibangun jalan tol merupakan rawa-rawa. Metode perbaikan tanah yang digunakan di PPKA seksi 2 adalah Vacuum Consolidation. Dalam kajian ini, dilakukan evaluasi instrumen geoteknik menggunakan Settlement Plate untuk mengevaluasi penurunan aktual, kemudian menghitung prediksi penurunan akhir (final settlement) dengan metode observasi Asaoka dan Hiperbolik. Kemudian dari data monitoring dihitung besar prediksi penurunan akhir tanah menggunakan metode observasi asaoka dan hiperbolik, dihitung nilai derajat konsolidasi dari setiap metode. Sehingga dari hasil perhitungan didapat kesimpulan berupa keunggulan setiap metode yang digunakan sebagai pertimbangan untuk perencanaan lanjutan. Hasil yang diperoleh dalam kajian ini adalah besar penurunan aktual dengan teoritis dan prediksi settlement beserta mengetahui perbandingan dari kedua metode observasi. Dari nilai rerata derajat konsolidasi yang dihasilkan juga pada asaoka sebesar 98,68% sedangkan pada hiperbolik sebesar 99,35%. Perhitungan penurunan tanah menggunakan metode asaoka lebih sesuai dengan lapangan (aktual). Dikarenakan data yang digunakan untuk asaoka berasal dari semua data monitoring settlement plate lapangan.
SETTLEMENT EVALUATION AND BACK ANALYSIS OF THE GROUND DESIGN PARAMETERS ON THE SOIL IMPROVEMENT OF PRELOADING METHOD COMBINED WITH PVD Intan Kamila Adiba; Januar Fery Irawan; Luthfi Amri Wicaksono
Jurnal Rekayasa Sipil dan Lingkungan Vol 3 No 2 (2019): JURNAL REKAYASA SIPIL DAN LINGKUNGAN
Publisher : Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (634.578 KB) | DOI: 10.19184/jrsl.v3i2.12710

Abstract

The use of the preloading method, which combined with PVD, is now a common method of soil improvement that proved effective in increasing bearing capacity and reducing settlement on soft soil ground types like former rice fields. In order to reach an optimum effectiveness of soil improvement, an evaluation of the settlement should be done by reviewing the performance of soil improvement along with geotechnical instruments installed in the field. In this study, the back analysis method is used to determine the soil design parameters that are following the actual conditions in the field. The results obtained from the evaluation of settlement conducted is the difference between settlement calculation theoretically before the improvement of soil with the available field data of monitoring Settlement Plate. An average percentage of 118% was obtained from the calculation. In contrast, an average percentage of 2.87% was obtained as the difference between the final settlement prediction of Asaoka's with actual settlements based on Settlement Plate readings data in the field. The parameters of the soil results from the back analysis gave new values with each of the average of Ch= 0.02936; Cc= 0.27313; kv= 0.00005 m/day; and mv= 0.00064m2/kN. The difference between theoretical settlement recalculated using the soil parameter of the back analysis method with the actual settlement based on monitoring of Settlement Plate gave an average percentage of 12.66%. Metode Preloading yang dikombinasikan dengan PVD merupakan salah satu metode perbaikan tanah yang terbukti efektif dalam meningkatkan daya dukung tanah dan mengurangi settlement pada tanah jenis lunak seperti tanah bekas sawah. Agar perbaikan tanah yang dilakukan memiliki efektifitas optimum, perlu adanya evaluasi terhadap settlement yang terjadi dengan meninjau kinerja perbaikan tanah beserta instrumeninstrumen geoteknik yang terpasang di lapangan. Selain itu, dilakukan Metode Analisa Balik untuk mengetahui parameter desain tanah yang sesuai dengan keadaan sesungguhnya di lapangan. Hasil yang didapatkan dari evaluasi settlement yang dilakukan adalah selisih settlement secara teoritis sebelum adanya perbaikan tanah dengan settlement berdasarkan monitoring Settlement Plate di lapangan dalam persentase rata-rata sebesar 118%, sedangkan selisih antara final settlement prediksi Asaoka dengan settlement akhir berdasarkan monitoring Settlement Plate di lapangan mendapatkan persentase rata-rata sebesar 2,15%. Parameter-parameter tanah hasil dari analisa balik memiliki nilai baru dengan masing-masing rata-rata sebesar Ch= 0,02936; Cc= 0,27313; kv= 0,00005 m/hari; dan mv= 0,00064m2 /kN. Sedangkan untuk selisih antara settlement secara teoritis yang dihitung kembali menggunakan parameter tanah hasil analisa balik dengan settlement aktual berdasarkan data bacaan Settlement Plate mendapatkan persentase rata-rata sebesar 12,66%.
Analisis Tingkat Capaian Green Building Berdasarkan Greenship untuk Bangunan Baru Versi 1.2 (Studi Kasus: Hotel Kokoon Banyuwangi) Dwi Marta Fatmayati; Anita Trisiana; Luthfi Amri Wicaksono
Journal of Applied Civil Engineering and Infrastructure Technology Vol 2 No 1 (2021): Agustus 2021
Publisher : Indonesian Society of Applied Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52158/jaceit.v2i1.150

Abstract

Hotel Kokoon Banyuwangi termasuk hotel baru dan merupakan bangunan tertinggi di Kabupaten Banyuwangi mencapai 13 lantai dengan ketinggian 57,7 meter. Adanya konsep green building diharapkan gedung tersebut telah menerapkan konsep green building. Penelitian dilakukan sesuai dengan kondisi gedung yang telah melewati masa konstruksi, sehingga tahap penilaian dilakukan hingga tahap Final Assessment. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui tingkat capaian green building berdasarkan greenship untuk bangunan baru versi 1.2 di Indonesia pada Hotel Kokoon Banyuwangi. Variabel penelitian meliputi 6 (enam) kategori greenship yakni kategori tepat guna lahan, efisiensi dan konservasi energi, konservasi air, siklus dan sumber material, kesehatan dan kenyamanan dalam ruang, manajemen lingkungan bangunan. Data primer pada penelitian ini meliputi sistem proteksi kebakaran, aksesibilitas difabel, pengukuran pencahayaan, pengukuran kebisingan, pengukuran suhu dan kelembaban, kuisioner tamu dari Hotel Kokoon Banyuwangi serta wawancara dengan pihak pengelola dan pelaksana. Data sekunder meliputi as-built drawing Hotel Kokoon Banyuwangi, dokumen RTRW kabupaten Banyuwangi, Bill of Quantity, Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), serta panduan teknis perangkat penilaian greenship untuk bangunan baru versi 1.2 Berdasarkan hasil analisis dan perhitungan, Hotel Kokoon Banyuwangi telah menerapkan konsep green building sebesar 49,505% atau setara dengan Silver, setelah dilakukannya rekomendasi Hotel Kokoon Banyuwangi mendapatkan persentase predikat sesuai dengan kemampuan gedung yaitu sebanyak 62,376% atau setara dengan Gold. Biaya yang diperlukan dalam upaya meningkatkan peringkat dari Silver ke Gold adalah sebesar Rp. 80.116.500,00.
Desain Ulang Dinding Penahan Tanah Menggunakan Dinding Diafragma dan Angkur pada Tanah Lunak (Studi Kasus: Grand Dharmahusada Lagoon) Tiara Maharani; Indra Nurtjahjaningtyas; Luthfi Amri Wicaksono
Jurnal Rekayasa Sipil dan Lingkungan Vol 5 No 2 (2021): Jurnal Rekayasa Sipil dan Lingkungan
Publisher : Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/jrsl.v5i2.19035

Abstract

In some cases, basement wall work still often occurs as a construction failure with a variety of causes. One of them is a basement construction project for an apartment and mall in Grand Dharmahusada Lagoon. The first plan of the basement wall didn’t strong enough to resist a lateral movement of the soil. The previous studies have been carried out by redesigning the retaining wall using a diaphragm wall and ground anchor as a support system. The results are obtained that the use of diaphragm walls can decrease the value of displacement that occurs on the wall. However, previous studies have only conducted a review of the diaphragm wall thickness. This study adds several numbers of anchors as research variables to find effective and efficient combinations. This study compares the effect of diaphragm wall dimensions with a different number of anchors on the deformation value and safety factor. Based on the results of the study, a wall thickness of 1.75 m with a depth of 33 m using 3 anchors a deformation occurred are 3.63 m while using 4 anchors a deformation occurred are 2.37 m. The difference in deformation is 1.26 m. Because the value of deformation was still large, it carried out a re-design for the anchor position, and diaphragm wall dimension with the same number of anchors, and the deformation results were reduced to 15.81 cm with a safety factor of 1.3. ABSTRAK Pada beberapa kasus, pekerjaan dinding basement masih sering mengalami kegagalan konstruksi dengan berbagai macam penyebab. Salah satu diantaranya pada proyek pekerjaan dinding basement apartemen dan mall Grand Dharmahusada Lagoon. Dinding basement yang direncanakan diawal ternyata tidak cukup kuat untuk menahan pergerakan lateral tanah. Telah dilakukan pada penelitian sebelumnya dengan merencanakan ulang dinding penahan tanah menggunakan dinding diafragma dan sistem penunjang angkur tanah. Kemudian didapatkan hasil yaitu penggunaan dinding diafragma mampu memperkecil displacement yang terjadi pada dinding. Namun penelitian sebelumnya hanya melakukan tinjauan pada ketebalan dinding diafragma. Penelitian ini menambahkan jumlah angkur sebagai variabel penelitian untuk mencari kombinasi yang efektif dan efisien. Penelitian ini membandingkan pengaruh penggunaan dimensi dinding diafragma dengan jumlah angkur yang berbeda terhadap nilai deformasi dan faktor keamanan. Berdasarkan hasil analisa menggunakan PLAXIS V8.6, pada ketebalan dinding 1,75 m dengan kedalaman 33 m menggunakan 3 angkur terjadi deformasi sebesar 3,63 m sedangkan dengan penggunaan 4 angkur terjadi deformasi 2,37 m. Selisih deformasi yang terjadi sebesar 1,26 m. Direncanakan ulang untuk penempatan angkur, dimensi dinding pada jumlah angkur yang sama maka didapatkan hasil deformasi berkurang hingga 15,81 cm dengan faktor keamanan 1,3.
Perbandingan Tebal Perkerasan Menggunakan Nilai CBR Laboratorium dan CBR Lapangan (DCP) (JLS Jarit-Puger) Alvina Praha Laili; Akhmad Hasanuddin; Luthfi Amri Wicaksono
Bentang : Jurnal Teoritis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil Vol 10 No 1 (2022): BENTANG Jurnal Teoritis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil (Januari 2022)
Publisher : Universitas Islam 45

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33558/bentang.v10i1.2891

Abstract

CBR (California Bearing Ratio) data is used to find out the level of subgrade density, so that a safe pavement thickness can be planned. The calculation of the CBR (California Bearing Ratio) can be done by testing CBR laboratory and DCP. CBR results have a high effect on the surface layer, so that the layer becomes thinner. This condition, if converted to the working price, will be more affordable and efficient. Therefore, this study aims to compare the results of laboratory CBR and Field Cbr (Dcp) to the thickness of flexible pavements in the Development of Trans South-South Java Road Project (TRSS) Lot 8 Jarit - Puger. The method used is Bina Marga Pd T-01-2002-B. Secondary data obtained by weigh bridges and service providers, namely PT. Brantas Abipraya (Persero). Field CBR value using DCP tool is 25.19% while Laboratory CBR value is 21.616%. The results of pavement thickness using Field CBR values ​​for UR 10 years are D1 7.5 cm, D2 10cm, for UR 20 years D1 10 cm, D2 11 cm, for UR 30 years D1 11 cm, D2 12 cm, and for UR 40 years obtained D1 13 cm, D2 14 cm. The greater the CBR value, the thinner the pavement thickness.