Banyak orang Muslim pribumi menyusun kitab tafsir dengan berbagai jenis bahasa dan metode yang digunakan. Kemudian muncullah penyebutan tafsir ”pribumi”, yaitu suatu istilah yang digunakan untuk menyebut literatur tafsir yang muncul dari kreasi para muslim Nusantara, baik yang asli maupun keturunan. Misalnya, Tarjumân Mustafîd karya ’Abd Rauf Singkel menggunakan bahasa Melayu, Al-Ibrîs li Ma'rifat at-Tafsîr Al-Qur’an al-'Azîz karya KH. Bishri Musthafa menggunakan bahasa Jawa, Tahrîf Qulûb al-Mu'minîn fî Tafsîr Kalimat Sûrat Yâsîn karya Ahmad Sanusi ibn ’Abd Rahim. Pada artikel ini berupaya mengungkap salah satu literatur tafsir Nusantara dari tanah Bugis yakni AGH. Abd Muin Yusuf dengan karyanya Tapeséré Akorang Mabbasa Ogi bersama tim Majelis Ulama Indonesia (MUI) Wilayah Sulawesi Selatan. Kitab ini bernama kitab Tapeséré Akorang Mabbasa Ogi pemberian nama tersebut sebagai pertimbangan praktis untuk memudahkan para pembaca mengetahui dan mengingat kitab tersebut. Agar masyarakat Bugis mudah mencapai tujuan Al-Qur’an, baik dalam aktivitas keberagamaanya maupun kehidupan sehari- harinya. Kitab Tapeséré Akorang Mabbasa Ogi jika dilihat dari segi penyajiannya termasuk kategori tafsir Tahlili, tetapi dalam uraiannya tidak menggunakan cara kerja seperti dengan tafsir yang menggunakan metode ini. Dengan menganalisis berbagai aspeknya secara detail, terutama aspek kebahasaan. Hal itu dimaksud untuk memudahkan pembaca tafsirnya untuk tidak disibukkan dengan analisis-analisisnya.