Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis konteks budaya Minangkabau dalam film Titian Serambut Dibelah Tujuh. Budaya Minangkabau dikenal dengan falsafah “Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah”. Falsafah ini kemudian mencari pondasi dan cerminan kehidupan masyarakat Minangkabau. Film Tititan Serambut Dibelah Tujuh merupakan film yang secara setting lokasi berada di wilayah Minangkabau. Masalahnya adalah, jika film dianggap sebagai sebuah produk budaya, terdapat banyak hal yang sangat berseberangan dengan falsafah hidup masyarakat Minangkabau dalam film Titian Serambut Dibelah Tujuh. Sebaliknya apakah film ini diproduksi sebagai bentuk autokritik penulis skenario atas penyimpangan-penyimpangan keagamaan dan kebudayaan di tanah kelahirannya, Minangkabau. Kata kunci : Minangkabau, Film Tititan Serambut Dibelah Tujuh, Skenario
Copyrights © 2016