Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan)
Vol 1 No 2 (2014): November

ANALISIS PELAKSANAAN LAYANAN HIV/AIDS DI KLINIK VCT RSUD ADJIDARMO KABUPATEN LEBAK TAHUN 2014

Rery Kurniawati (Poltekkes Kemenkes Banten)



Article Info

Publish Date
30 Nov 2014

Abstract

Pintu masuk layanan HIV/AIDS adalah melalui deteksi dini terhadap faktor risiko HIV/AIDS. Satu-satunya cara untuk mengetahui status HIV seseorang adalah dengan melakukan tes HIV.Dengan demikianakan meningkatkan cakupan penemuan kasus-kasus HIV/AIDS sehingga dapat segera dilakukan upaya-upaya pencegahan penyebaran virus, pengobatan dan dukungan. RSUD Adjidarmo adalah rumahsakit rujukan di wilayah Kabupaten Lebak.Rumahsakit ini telah melakukan upaya-upaya pendeteksian kasus HIV melalui klinik VCT yang diresmikan pada bulan Oktober 2010. Tujuan: melakukan analisis terhadap pelaksanaan layanan HIV/AIDS di klinik VCT RSUD Adjidarmo Kabupaten Lebak tahun 2014. Desain: analisis dilakukan secara deskriptif kualitatif dengan metode wawancara mendalam. Subjek penelitian adalah pelaksana program HIV/AIDS RSUD Adjidarmo. Metodologi: desain penelitian adalah kualitatif dengan metode wawancara mendalam (indept interview). Subyek penelitian adalah petugas (penanggungjawab kegiatan dan konselor) di klinik VCT RSUD Adjidarmo.Topik kajian dalam penelitian ini adalah pelaksanaan layanan di klinik VCT meliputi gambaran kasus, hambatan, dan peluang dalam pelaksanaan layanan kasus HIV/AIDS di RSUD Adjidarmo. Hasil: layanan VCT bersifat pasif hanya menunggu rujukan dari klien yang dirawat di RSUD Adjidarmo yang mempunyai faktor risiko dan gejala AIDS. Layanan yang pasif ini terus berlangsung sampai dengan tahun 2014.Hal tersebut dikarenakan sarana, prasarana, dan petugas di klinik yang belum tersedia secara memadai.Klien yang terdeteksi HIV+ pada umumnya sudah memasuki tahap AIDS dan mendapatkan infeksi oportunistik.Pada awal diresmikan klinik VCT yaitu sejak Oktober 2010, pendanaan kegiatan-kegiatan HIV/AIDS didanai oleh Global Fund.Akan tetapi seiring berjalannya waktu, sejak awal tahun 2013bantuan tersebut tidak ada lagi. Sebagian besar klien adalah rujukan karena infeksi Tuberkulosis.Berdasarkan pernyataan dari dokter RS jumlah klien dengan koinfeksi TB-HIV sebesar 60% dari total HIV+ yang terdeteksi.Besarnya kasus koinfeksi TB-HIV ini meningkatan risiko kematian yang lebih besar pada klien. Hambatan: belum tersedianya sarana, prasarana, dan petugas yang memadai; Klinik VCT terbatas hanya melayani konseling dan tes HIV, sedangkan layanan CST untuk beberapa obat khusus contoh kasus pada pasien yang mengalami alergi obat masih belum tersedia; dana yg semula bergantung pada bantuan luar (Global Fund) sekarang tidak ada lagi; program HIV/AIDS belum menjadi prioritas di pemerintah daerah setempat. Peluang peningkatan layanan: mengintegrasikan layanan TB-HIV sebagai masalah terbesar pada penemuan kasus HIV/AIDS di RSUD Adjidarmo, petugas dilatih deteksi faktor risiko HIV pada klien TB dan melakukan PICT. Harapannya kajian ini menjadi dasar untuk advokasi pada pihak-pihak yang mempunyai peran penting di pemerintahan, pihak swasta, maupun organisasi masyarakat agar memberikan dukungan dalam peningkatan layanan HIV/AIDS.

Copyrights © 2014