Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Health Education Based On Social Media (WhatsApp) Towards Knowledge And Attitude Of The Prospective Bride About Reproductive And Sexual Health Hani Sutianingsih; Rery Kurniawati; Tutik Iswanti
Jurnal teknologi Kesehatan Borneo Vol 2 No 2 (2021): Jurnal Teknologi Kesehatan Borneo
Publisher : POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30602/jtkb.v2i2.43

Abstract

Women are more vulnerable to reproductive health risks, including sexually transmitted infections, verbal abuse, and physical violence. Good knowledge and attitude regarding gender equality before starting a marriage is vital so that the two brides and grooms are mutually responsible for ensuring the safety and security of the bride and groom. Online social media is designed to facilitate interactive social interactions based on internet technology. Whatsapp is the most popular chat application for Indonesians. This is an opportunity when used for learning activities because WhatsApp can convey messages in text, images, sounds, and videos to deliver news about sexual and reproductive health that can be more relevant. The subject of this research is the bride and groom at KUA Cibadak Kab. Lebak, Banten Province. The design of this research is pre-post with control group design. The control group was given lectures on sexual and reproductive health, and the treatment group was assigned health education through social media WhatsApp with 15 people in each group. Based on the results of statistical tests, it was found that there was an effect of WhatsApp social media health education on the knowledge and attitudes of the bride and groom about sexual and reproductive health with a p-value of 0.001. WhatsApp social media can be used as a medium for reproductive and sexual health education for brides and grooms.
PENGGUNAAN MODEL BERBAHAN KAIN FLANNEL UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI DAN KEPERCAYAAN DIRI MAHASISWA KEBIDANAN DALAM TEKNIK PENJAHITAN LUKA PERINEUM Rery Kurniawati
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) Vol 2 No 2 (2015): November
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (361.424 KB) | DOI: 10.36743/medikes.v2i2.113

Abstract

Teknik penjahitan merupakan kompetensi yang harus dimiliki seorang bidan.Keterbatasan model yang digunakan berakibat terhadap kurangnya kompetensi mahasiswa dalam melakukan praktik penjahitan perineum.Perlu dilakukan penelitian terkait material dan model yang ideal untuk pembelajaran teknik penjahitan luka perineum. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan mengetahui efektifitas penggunaan model berbahan kain flannel untuk praktik penjahitan luka perineum pada mahasiswa Jurusan Kebidanan Rangkasbitung, Banten. Penelitian dirancang menggunakan desain eksperimental dengan metode postest design only.Besar sampel ditentukan berdasarkan jumlah minimal sampel eksperimen sejumlah 11 orang kelompok perlakuan dan 14 orang kelompok kontrol.Data dianalisis menggunakan uji Mann Whitney. Hasil penelitian menunjukkan rerata kompetensi penjahitan perineum pada kelompok model lebih tinggi (83) dari pada kelompok non model (74). Dari hasil uji statistic didapatkan p=0.002 artinya ada perbedaan bermakna antara kompetensi penjahitan perineum pada kelompok model dengan kelompok non model. Pada tingkat kepercayaan diri responden dalam melakukan penjahitan perineum baik pada kelompok model maupun kelompok non model mempunyai rerata yang sama (4) dengan nilai p=0.651. Selanjutnya pada variabel lama waktu penjahitan diketahui rerata kelompok model sedikit lebih cepat (20 menit) daripada rerata pada kelompok non model (22 menit) dengan nilai p=0.978. Tidak ada perbedaan bermakna pada kedua variable tersebut. Hasil penelitian sesuai dengan Hammound (2008) yang menyatakan bahwa media pembelajaran yang memiliki tingkat kenyataan yang tinggi (high fidelity) membuat mahasiswa mempunyai ketertarikan yang lebih dalam proses pembelajaran. Disarankan perlu penelitian lebih lanjut tentang media penjahitan yang efisien sehingga lama waktu dan kepercayaan diri dapat lebih baik.
ANALISIS PELAKSANAAN LAYANAN HIV/AIDS DI KLINIK VCT RSUD ADJIDARMO KABUPATEN LEBAK TAHUN 2014 Rery Kurniawati
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) Vol 1 No 2 (2014): November
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (376.005 KB) | DOI: 10.36743/medikes.v1i2.134

Abstract

Pintu masuk layanan HIV/AIDS adalah melalui deteksi dini terhadap faktor risiko HIV/AIDS. Satu-satunya cara untuk mengetahui status HIV seseorang adalah dengan melakukan tes HIV.Dengan demikianakan meningkatkan cakupan penemuan kasus-kasus HIV/AIDS sehingga dapat segera dilakukan upaya-upaya pencegahan penyebaran virus, pengobatan dan dukungan. RSUD Adjidarmo adalah rumahsakit rujukan di wilayah Kabupaten Lebak.Rumahsakit ini telah melakukan upaya-upaya pendeteksian kasus HIV melalui klinik VCT yang diresmikan pada bulan Oktober 2010. Tujuan: melakukan analisis terhadap pelaksanaan layanan HIV/AIDS di klinik VCT RSUD Adjidarmo Kabupaten Lebak tahun 2014. Desain: analisis dilakukan secara deskriptif kualitatif dengan metode wawancara mendalam. Subjek penelitian adalah pelaksana program HIV/AIDS RSUD Adjidarmo. Metodologi: desain penelitian adalah kualitatif dengan metode wawancara mendalam (indept interview). Subyek penelitian adalah petugas (penanggungjawab kegiatan dan konselor) di klinik VCT RSUD Adjidarmo.Topik kajian dalam penelitian ini adalah pelaksanaan layanan di klinik VCT meliputi gambaran kasus, hambatan, dan peluang dalam pelaksanaan layanan kasus HIV/AIDS di RSUD Adjidarmo. Hasil: layanan VCT bersifat pasif hanya menunggu rujukan dari klien yang dirawat di RSUD Adjidarmo yang mempunyai faktor risiko dan gejala AIDS. Layanan yang pasif ini terus berlangsung sampai dengan tahun 2014.Hal tersebut dikarenakan sarana, prasarana, dan petugas di klinik yang belum tersedia secara memadai.Klien yang terdeteksi HIV+ pada umumnya sudah memasuki tahap AIDS dan mendapatkan infeksi oportunistik.Pada awal diresmikan klinik VCT yaitu sejak Oktober 2010, pendanaan kegiatan-kegiatan HIV/AIDS didanai oleh Global Fund.Akan tetapi seiring berjalannya waktu, sejak awal tahun 2013bantuan tersebut tidak ada lagi. Sebagian besar klien adalah rujukan karena infeksi Tuberkulosis.Berdasarkan pernyataan dari dokter RS jumlah klien dengan koinfeksi TB-HIV sebesar 60% dari total HIV+ yang terdeteksi.Besarnya kasus koinfeksi TB-HIV ini meningkatan risiko kematian yang lebih besar pada klien. Hambatan: belum tersedianya sarana, prasarana, dan petugas yang memadai; Klinik VCT terbatas hanya melayani konseling dan tes HIV, sedangkan layanan CST untuk beberapa obat khusus contoh kasus pada pasien yang mengalami alergi obat masih belum tersedia; dana yg semula bergantung pada bantuan luar (Global Fund) sekarang tidak ada lagi; program HIV/AIDS belum menjadi prioritas di pemerintah daerah setempat. Peluang peningkatan layanan: mengintegrasikan layanan TB-HIV sebagai masalah terbesar pada penemuan kasus HIV/AIDS di RSUD Adjidarmo, petugas dilatih deteksi faktor risiko HIV pada klien TB dan melakukan PICT. Harapannya kajian ini menjadi dasar untuk advokasi pada pihak-pihak yang mempunyai peran penting di pemerintahan, pihak swasta, maupun organisasi masyarakat agar memberikan dukungan dalam peningkatan layanan HIV/AIDS.
PERAN STIMULASI ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI DI MASA PANDEMI COVID 19 DI DESA KADUAGUNG TENGAH KECAMATAN CIBADAK KABUPATEN LEBAK Hani Sutianingsih; Rery Kurniawati; Nani Yuningsih; Darti Rumiatun
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) Vol 8 No 2 (2021): November
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36743/medikes.v8i2.310

Abstract

Based on data on pediatric patients less than 18 years old with confirmed COVID 19, it was 3.23% and 11.4% suspected cases of COVID 19 for children aged less than 18 years. This shows that childhood is a vulnerable period for contracting COVID 19. Childhood is an important period in human life, especially early childhood. This is because at an early age, children begin to be sensitive or sensitive to receive various kinds of stimuli from outside the child. Therefore, at an early age it is very important to provide appropriate stimulation or stimulation to children, so as to optimize aspects of child development. Proper stimulation will stimulate the child's brain so that the child's development can be optimal, especially during the COVID-19 pandemic which demands the implementation of social distancing. The study design was cross sectional with a total of 50 respondents. The subjects of this study were parents of early childhood (5-6 years). The statistical test used is Chi squared. Based on the results of statistical tests, it was found that there was a relationship between the role of parental stimulation on early childhood development (5-6 years) of knowledge and attitudes of the bride and groom about reproductive and sexual health (p <0.05). It is hoped that parents will play a more active role in stimulating children's development by dealing with types of games that can stimulate gross motor development
ANALISIS KEBUTUHAN DAN LAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PEREMPUAN DALAM MENGHADAPI PUBERTAS PADA MASA PANDEMI Darti Rumiatun; Rery Kurniawati; Ismiyati Ismiyati; Omo Sutomo
Journal of Midwifery and Health Research Vol 1 No 2 (2023): Journal of Midwifery and Health Research
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (263.303 KB) | DOI: 10.36743/jmhr.v2i1.464

Abstract

Latar Belakang: Proporsi penduduk di negara-negara berkembang hampir separuhnya adalah remaja dengan rentang usia 10-18 tahun. Berdasarkan data WHO 1,2 milyar atau sekitar 18% dari jumlah penduduk dunia adalah kelompok remaja. Dari 18% jumlah tersebut sebagian besar berada di negara berkembang. Di Indonesia, jumlah penduduk dengan usia remaja (10-19 tahun) 43,5 juta jiwa (18%) dari total penduduk Indonesia. Masa remaja adalah masa antara kanak-kanak menuju masa dewasa dimana pada tahap ini akan mengalami perubahan signifikan secara fisik dan psikologis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kebutuhan kesehatan reproduksi pada remaja perempuan dan layanan kesehatan reproduksi yang sesuai serta dapat diakses selama masa pandemik covid-19. Metode:Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian yang diambil adalah remaja usia 10 – 14 tahun di Kabupaten Lebak. Sampel diambil berdasarkan purposive sampling. Jumlah sampel yang digunakan adalah 112 remaja putri. Data yang digunakan adalah data primer yang didapatkan dengan cara menyebarkan kuesioner. Data yang didapatkan dianalisis menggunakan Chi-square. Hasil: Terdapat hubungan antara berbicara tentang menstruasi dengan persepsi remaja tentang kesehatan reproduksi (p=0,006). Responden yang pernah membicarakan menstruasi sebagian besar responden mempunyai persepsi yang baik tentang kesehatan reproduksi. Namun, untuk berbicara tentang menstruasi dengan pilihan layanan kesehatan reproduksi tidak terdapat hubungan (p=0,757). Hampir semua responden baik yang belum pernah maupun sudah pernah membicarakan tentang menstruasi sebagian besar memilih layanan di keluarga. Hal ini karena kesehatan reproduksi adalah hal yang sensitive untuk dibicarakan sehingga remaja cenderung memilih bicara atau mendapatkan layanan di keluarga dan orang terdekat. Kesimpulan: terdapat hubungan yang signifikan antara variabel bicara tentang menstruasi dengan persepsi remaja tentang kesehatan reproduksi.