Latar belakang: Xerostomia adalah salah satu efek samping dari terapi radiasi terhadap kepala dan leher yang paling umum. Keadaan ini merupakan suatu gejala dan bukan penyakit, yang umumnya berhubungan dengan berkurangnya saliva. Bagi pasien keadaan ini sangat tidak menyenangkan begitu pula bagi dokter gigi merupakan masalah yang menyulitkan. Tujuan: mengetahui prevalensi terjadinya xerostomia setelah dilakukan terapi radiasi pada penderita kanker area kepala dan leher. Metode: subyek penelitian ini adalah pasien penderita kanker area kepala dan leher yang menjalani perawatan radioterapi di RSUP Universitas Hasanuddin, subyek kemudian diambil salivanya sebelum dan setelah diberikan dosis total 20 Gy dan dosis total 40 Gy. Analisis data diolah program komputer dengan uji wilcoxon dan taraf signifikansi diterima bila p<0,05. Hasil: rerata curah saliva sebelum radioterapi lebih tinggi daripada rerata curah saliva setelah radioterapi dosis total 20 Gy dan 40 Gy. Simpulan: Radioterapi area kepala dan leher dosis total 20 Gy dan 40 Gy dapat mempengaruhi curah saliva sehingga pasien merasakan gejala xerostomia.
Copyrights © 2018