KOMUNITAS: INTERNATIONAL JOURNAL OF INDONESIAN SOCIETY AND CULTURE
Vol 3, No 1 (2011): Tema Edisi: Tempat sebagai Aspek Kebudayaan

EKSISTENSI WADUK CACABAN SEBAGAI TEMPAT KEGIATAN WIRAUSAHA BAGI MASYARAKAT

Astuti, Tri ( Gedung C7 Lantai 1 FIS UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229)



Article Info

Publish Date
02 Apr 2013

Abstract

Masyarakat Kedungbanteng memanfaatkan Waduk Cacaban sebagai tempat kegiatan wirausaha. Masyarakat bergerak dalam bidang sektor informal karena dalam wilayah tersebut dimungkinkan hanya bermodalkan ketrampilan dan pendidikan yang minim. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis profil dan aktivitas pedagang di Waduk Cacaban yang sering tanpa ijin pemerintah. Penelitian dilakukan dengan observasi mendalam dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan masyarakat Kedungbanteng berdagang di Waduk Cacaban karena suatu anggapan bahwa Waduk Cacaban merupakan tanah warisan nenek moyang yang digunakan untuk tujuan kesejahteraan hidup mereka. Oleh karena itu, masyarakat merasa tidak memerlukan ijin resmi dari pihak pengelola Waduk ketika mereka membuka tempat usaha di waduk tersebut. Ketika petugas menertibkan keberadaan para pedagang, terkadang mereka tidak mengindahkan hal tersebut. Karena anggapan tersebut, ada pula keyakinan kalau ada orang dari luar daerah Kedungbanteng yang berjualan di tempat tersebut, usahanya tidak lancar dan akhirnya harus gulung tikar. Hal tersebut menujukan adanya kekuatan budaya dalam masyarakat bahwa Waduk Cacaban merupakan sebuah tempat yang diwariskan nenek moyang mereka khusus untuk masyarakat Kedungbanteng.Kedungbanteng community makes Cacaban Dam as a place of entrepreneurial activity. The community is engaged in informal sector where they only need minimal skills and education. The purpose of this study is to analyze the profile and activity in of merchants in Cacaban Dam who often do business without government approval. The study was conducted through in-depth observations and interviews. The results show the trade in Cacaban Reservoir occurred because of a presumption that the reservoir Cacaban is a heritage land used for the purpose of the welfare of the Kedungbanteng community. Therefore, people feel they do not require official permission from the management of the reservoir when they open a place of business in these reservoirs. When government officer disciplined the traders, sometimes they do not heed it. Because of these assumptions, there is also a belief that there are people from outside the area that sell in Cacaban dam will not  be smooth and finally had to go out of business. The case studies illustrates the force of culture in human life.

Copyrights © 2011






Journal Info

Abbrev

komunitas

Publisher

Subject

Environmental Science Languange, Linguistic, Communication & Media Social Sciences

Description

Di Data GARUDA saya, jurnal KOMUNITAS yang diterbitkan oleh UNNES belum terakreditasi, seharusnya sudah terakreditasi SINTA 2 sesuai data SINTA. ...