Bagi masyarakat Bali, Barong dianggap sebagai binatang mitologi yangÃÂ mempunyai kekuatan gaib dan dianggap sebagai binatang pelindungÃÂ masyarakat Bali dan mara bahaya. Dengan kekuatan ini, barong didudukkanÃÂ sebagai benda sakral. Kesakralannya di samping dilegitirnosioleh ÃÂ adanya mitos-mitos yang ada dalam masyarakat, juga ÃÂ prosesÃÂ pembuotan hingga terbentuknya barong yang tidak terlepas dari hal-halÃÂ sakral. Barong diekpresikan dalam bentuk tari bebali yang amat angker.ÃÂ Dengan semakin terbukanya masyarakat Ball dalam menerima pengaruhbudaya dari luar, menyebabkan terjadinya perubahan polo pikir masyarakat,ÃÂ khususnya bagi ÃÂ sang ÃÂ seniman. Borong yang tadinya dianggap sebagaiÃÂ benda ÃÂ sakral, sekarang dijadikan sebagai sumber ide dan ÃÂ saranaÃÂ pengungkapan emosional estetis. Barong tidak hanya dipentaskan dalamÃÂ rangkaian upacara ritual sakral, namun juga di luar konteks ritual, sepertiÃÂ untuk kepentingan pariwisata, dengan cara membuat tiruan dari barong asli.ÃÂ Sudah barang tentu konsep pertunjukan yang menyangkut estetika, waktu,ÃÂ pemain, dan lain sebagainyo disesuaikan dengan kepentingan wisata.Kata Kunci: Barong, Transformasi, Sakral, Profan.
Copyrights © 2003