Imajinasi
Vol 1, No 2 (2005): Imajinasi

FENOMENA ESTETIKASI KEHIDUPAN SEHARI-HARI DALAM SENI RUPA KONTEMPORER INDONESIA

-, Supatmo ( Penulis adalah dosen Jurusan Seni Rupa FBS Universitas Negeri Semarang, Magister Humaniora.)



Article Info

Publish Date
04 Jan 2012

Abstract

Seni rupa kontemporer Indonesia menemukan spirit awal dari lahirnya Gerakan Seni Rupa Baru (1975) dengan gejala-gejala penolakan dan penentangan terhadap mainstream seni rupa moderen, yang dianggap sewenang-wenang atas nama universalitas, ditandai dengan penggunakan berbagai ragam media ungkap alternatif di luar tradisi fine art (seni lukis, seni patung, dan seni grafis), seperti seni rupa instalasi, seni rupa pertunjukan (performance art), seni rupa lingkungan (environmental art), video art, hingga seni rupa dengan media barang jadi (readymades). Penolakan itu juga diwarnai nuansa penghapusan (erasures) atas pengkotak-kotakan antarcabang seni rupa, antarcabang seni, percampuran berbagai gaya dan aturan (eklektik), hingga pengaburan batas antara seni dengan kehidupan sehari-hari. Dunia seni pada wacana seni rupa kontemporer tidak lagi dipandang sebagai “dunia agung”, yang terpisah dari dunia kehidupan sehari-hari. Pengaburan batas, bahkan penghapusan antara seni dengan kehidupan sehari-hari (estetikasi kehidupan sehari-hari) merupakan bentuk integrasi baru antara “dunia seni” dengan “dunia kehidupan sehari-hari” yang dilandasi oleh pemikiran akhir moderenisme (post modernism). Pemikiran posmoderenisme dalam konteks seni rupa yang sangat fenomenal dinyatakan secara filosofis oleh Arthur Danto, “The End of Art”, mengiri pameran “Brillo Box”-Andy Warhol (1964). Pernyataan filosofis “berakhirnya seni rupa” itu, pada tataran pemikiran, menandai berakhirnya seni rupa (mainstream moderenisme), sehingga mempersuasi lahirnya era seni rupa baru dengan paradigma posmoderen. Dinamika seni rupa dengan berbagai gejala dan fenomena yang bersumber dari padadigma posmoderen, yang di Indonesia lebih dikenal dengan terminologi seni rupa “kontemporer”, kembali menjadi arus besar yang mendominasi wajah seni rupa Indonesia mutakhir. Istilah seni rupa kontemporer tidak berhenti pada pengertian yang mengacu pada waktu (masa) sezaman atau masa kini, tetapi lebih berorientasi pada gejala-gejala dan fenomena anti-moderenisme. Berbagai perhelatan seni rupa kontemporer Indonesia, dalam wacana maupun praktik, sarat nuansa fenomena estetikasi kehidupan sehari-hari, yang dalam berbagai hal terasa epigonal dengan fenomena suatu masa perkembangan seni rupa di dunia Barat. Hal ini menandakan bahwa dinamika seni rupa kontemporer Indonesia selalu berputar-putar mengikuti superioritas arus besar seni rupa Barat. Kata kunci: estetikasi, readymades, moderenisme, posmoderenisme, kontemporer.

Copyrights © 2005






Journal Info

Abbrev

imajinasi

Publisher

Subject

Arts Humanities

Description

Jurnal Seni Imajinasi merupakan jurnal seni yang dikelola oleh Jurusan Senirupa, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Unnes. Terbit perdana pada bulan Juli 2004. Terbit dua kali dalam setahun, yaitu pada bulan Juli dan Januari, dengan isi artikel tentang kajian atau analisis kritis dan hasil penelitian ...