Perkembangan teknologi selain memudahkan merancang juga memudahkan replikasi arsitektur. Akibatnya, identitas wilayah dimana arsitektur tersebut berdiri menjadi terpengaruh. Wilayah memiliki identitas yang dapat dikenali melalui karakteristik tapak, kondisi iklim dan cuaca setempat, serta tradisi dan kehidupan masyarakat sekitar. Akibat replikasi arsitektur yang tidak memerhatikan konteks, teknologi mendominasi dan menjadi objek asing di tengah kondisi tapak, memengaruhi identitas wilayah tersebut. Untuk menyelesaikan permasalahan ini, pendekatan yang dipakai adalah critical regionalism yang mengangkat kehidupan masyarakat kampung nelayan Kenjeran sebagai konsep. Metode yang digunakan adalah interpretasi ulang menggunakan idiom kontemporer agar solusi yang dihasilkan tidak menyerupai bangunan tradisional. Manifestasi solusi tersebut adalah Hotel Kampung Nelayan Kenjeran dengan konsep shifting yang berfokus pada permainan material dan elevasi pada sirkulasi dalam desain.
Copyrights © 2019