Tujuan dari artikel ini adalah untuk menjelaskan pentingnya jarh wa ta'dil. Sumber artikel ini diambil dari buku-buku ulumul hadits. Seorang peneliti haruslah memiliki pengetahuan yang cukup tentang ilmu jarh wa ta’dil untuk dapat menyimpulkan kredibilitas seorang rawi dalam menentukan kualitas sebuah hadits. Ilmu jarh wa ta’dil adalah ilmu yang membahas di dalamnya penilaian baik dan buruk/cacat dari seorang kritikus terhadap rawi hadits. Ilmu ini tumbuh bersama-sama dengan tumbuhnya periwayatan dalam Islam. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam jarh wa ta’dil. Yaitu, kritikus (penjarh atau penta’dil) orang yang di jarh atau di ta’dil, lafadz jarh atau ta’dil, keputusan jika terjadi pertentangan pendapat kritikus terhadap seorang rawi, dan jarh atau ta’dil yang mubham atau mufassar. Seorang kritikus harus mempunyai syarat berilmu, bertaqwa, wara’, jujur, menjauhi diri dari sifat fanatis, serta memahami sebab pencacatan seseorang ataupun sebab dikukuhkannya sebagai seorang yang adil. Lafadz ta’dil dan jarh bervariasi dan masing-masing mempunyai kekuatan. Perbedaan kritikus mempengaruhi perbedaan lafadz, dan ini perlu diperhatikan. Jika terjadi pertentangan antara jarh dan ta’dil maka Jumhur Kritikus berpendapat bahwa lebih mendahulukan jarh mufassar dari pada ta’dil.
Copyrights © 2020