Srifariyati Srifariyati
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Pemalang

Published : 17 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

Urgensi Ilmu Jarah Wa Ta’dil dalam Menentukan Kualitas Hadits Srifariyati Srifariyati
Madaniyah Vol 10 No 1 (2020): 10 (1) Edisi Januari 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Pemalang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (144.078 KB)

Abstract

Tujuan dari artikel ini adalah untuk menjelaskan pentingnya jarh wa ta'dil. Sumber artikel ini diambil dari buku-buku ulumul hadits. Seorang peneliti haruslah memiliki pengetahuan yang cukup tentang ilmu jarh wa ta’dil untuk dapat menyimpulkan kredibilitas seorang rawi dalam menentukan kualitas sebuah hadits. Ilmu jarh wa ta’dil adalah ilmu yang membahas di dalamnya penilaian baik dan buruk/cacat dari seorang kritikus terhadap rawi hadits. Ilmu ini tumbuh bersama-sama dengan tumbuhnya periwayatan dalam Islam. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam jarh wa ta’dil. Yaitu, kritikus (penjarh atau penta’dil) orang yang di jarh atau di ta’dil, lafadz jarh atau ta’dil, keputusan jika terjadi pertentangan pendapat kritikus terhadap seorang rawi, dan jarh atau ta’dil yang mubham atau mufassar. Seorang kritikus harus mempunyai syarat berilmu, bertaqwa, wara’, jujur, menjauhi diri dari sifat fanatis, serta memahami sebab pencacatan seseorang ataupun sebab dikukuhkannya sebagai seorang yang adil. Lafadz ta’dil dan jarh bervariasi dan masing-masing mempunyai kekuatan. Perbedaan kritikus mempengaruhi perbedaan lafadz, dan ini perlu diperhatikan. Jika terjadi pertentangan antara jarh dan ta’dil maka Jumhur Kritikus berpendapat bahwa lebih mendahulukan jarh mufassar dari pada ta’dil.
Dampak Tunjangan Sertifikasi terhadap Kinerja Guru Mu'ammar Mu'ammar; Puji Dwi Darmoko; Srifariyati Srifariyati; Muntoha Muntoha
Madaniyah Vol 7 No 1 (2017): 7 (1) Edisi Januari 2017
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Pemalang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (265.393 KB)

Abstract

Sertifikasi guru adalah salah satu bentuk implementasi UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Guru dikategorikan sebagai profesi karena telah memenuhi persyaratan profesi, jabatannya meliputi kegiatan intelektual; kontrol posisi ilmiah tertentu dan dididik dalam kualifikasi tertentu; karier menjanjikan di kantor; posisi layanan altruistik; dan posisi yang memiliki organisasi profesional. Sertifikasi guru idealnya berdampak pada kinerja guru. Sertifikasi guru idealnya berdampak pada kinerja guru. Jenis penelitian lapangan korelasi kuantitatif dengan analisis model SPSS membuktikan bagaimana hubungan dan pengaruh antara sertifikasi sendiri dan kinerja guru di guru SMP / MTs dan bersertifikat SD / MI di Kabupaten Pemalang yang tersebar di 1.029 institusi pendidikan baik SD / MI dan SMP / MTs .
Model Pembelajaran Responsif Gender di STIT Pemalang Amirul Bakhri; Srifariyati Srifariyati; Purnama Rozak
Madaniyah Vol 6 No 1 (2016): 6 (1) Edisi Januari 2016
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Pemalang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (141.833 KB)

Abstract

Salah satu usaha untuk mengeliminir kesenjangan gender adalah melalui pendidikan responsif gender dengan menanamkan nilai-nilai keadilan dan keseteraan gender melalui model Pembelajaran responsif gender. Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Pemalang dalam rangka memperkecil ketimpangan gender pada aspek pendidikan dituntut dan diharapkan dapat mengembangkan dan mengimplementasikan model pembelajaran responsif gender yang memperhatikan dan mengakomodasi kepentingan mahasiswa laki-laki dan perempuan secara seimbang dari aspek akses/peluang, partisipasi, kontrol dan manfaat. Dalam pengembangan ini diakukan beberapa uji coba yaitu uji coba skala kecil dengan lapangan terbatas, uji coba skala besar dengan lapangan diperluas dan uji validasi model, dengan hasil sebagai berikut: 1) Akses dalam belajar, prosentase menunjukkan responsif gender yakni di semester 1 A: 92,59%, di semester 1 B: 93,3%, di semester 3 A: 90,47%, di semester 3 B: 100%, di semester 5 A: 79,41% dan di semester 5 B: 96,15%. 2) Partisipasi dalam belajar, prosentase menunjukkan tidak responsif gender. Hal ini disebabkan karena mahasiswa dan mahasiswi yang tidak bekerjasama dalam tugas kelompok yang diberikan dosen. 3) Memiliki kontrol atas sumber pembelajaran, prosentase menunjukkan responsif gender yakni di semester 1 A: 62,96%, di semester 1 B: 80%, di semester 3 A: 85,72%, di semester 3 B: 68,18%, di semester 5 A: 67,65% dan di semester 5 B: 76,92%., dan 4) Manfaat dalam belajar, prosentase menunjukkan responsif gender dengan hasil 100% di semua tingkatan semester.
Peran Wakaf Produktif dalam Pemberdayaan Ekonomi Amirul Bakhri; Srifariyati Srifariyati
Madaniyah Vol 7 No 1 (2017): 7 (1) Edisi Januari 2017
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Pemalang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (139.601 KB)

Abstract

Salah satu bentuk ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT terkait dengan harta disumbangkan. wakaf istismari juga disebut wakaf produktif, wakaf properti yang digunakan untuk tujuan investasi, baik di bidang pertanian, industri, perdagangan, dan jasa. Endowmen ini semakin menjadi masalah di desa Longkeyang, di mana pemuda Longkeyang berusaha memberikan endowmen untuk kesejahteraan warga. Pada tahun 2006, sekitar 10 orang dari pemuda Longkeyang bersama-sama aktivis AMM (Angkatan Muda Muhammadiyah) memulai inisiatif baru untuk menciptakan lembaga baru yang kemudian (pada 2010) dinamai Badan Pekerja Pengembangan Ranting Muhammadiyah (BP2RM). (1) Langkah awal gerakan pemberdayaan Pemuda Muhammadiyah produktif di Longkeyang yaitu (a) Membentuk Badan Pekerja Pengembangan Ranting Muhammadiyah (BP2RM) Desa Longkeyang. (a) Gerakan Endowmen Endowmen koin Untuk Produktif. (2) Manajemen kepemilikan komunal Pemuda produktif di Longkeyang yaitu (a) inisiasi koin yang dikumpulkan disumbangkan sebagai modal awal. (B) Endowmen yang ada bekerja bersama untuk mengurangi biaya tanaman utama kayu albasia, kemudian biaya pengobatan menggunakan hasil tumpangsari tanaman pisang. (3) Peran Warga Kesejahteraan Pemuda Produktif Wakaf untuk Longkeyang wakaf menambah dana bantuan kain kafan bagi sukarelawan yang ingin tinggal.
Kualifikasi Guru Qur’an Hadits di Madrasah Srifariyati Srifariyati
Madaniyah Vol 5 No 2 (2015): 5 (2) Edisi Agustus 2015
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Pemalang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (357.144 KB)

Abstract

Guru adalah salah satu faktor penentu kualitas pendidikan. Tugas utama guru adalah pendidikan dan pengajaran di sekolah. Salah satu mata pelajaran rumpun Pendidikan Islam (PAI) adalah hadits Quran. Al Qur'an dan Hadits adalah cara hidup seorang muslim, maka mempelajari Hadits Quran mutlak diperlukan, penting bagi guru hadits Al Quran untuk memiliki kualifikasi atau kompetensi, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Kualifikasi adalah pendidikan khusus untuk memperoleh keterampilan atau keahlian yang dibutuhkan untuk mencapai sesuatu, sedangkan kompetensi guru adalah kemampuan dan wewenang guru dalam melaksanakan profesinya. Hadits guru al-Qur'an harus memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial, setia, bakti, dan akhlak yang baik. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran. Yang termasuk di dalamnya adalah pemahaman peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi. Kompetensi atau kepribadian pribadi adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, bijak, dan berwibawa, menjadi panutan bagi siswa, dan mulia. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan panduan mendalam yang memungkinkan peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditentukan dalam Standar Pendidikan Nasional. Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari komunitas untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan siswa, sesama guru, staf, orang tua atau wali siswa, dan masyarakat sekitar. Sosok guru ideal Hadits al Qur'an adalah Nabi, karena Nabi adalah contoh bagi umatnya, sedangkan sosok guru ideal, karena Nabi mengembangkan aspek material-spiritual manusia. Kemudian, guru hadits Al Quran mengikuti pola pendidikan kenabian yang mencerminkan nilai-nilai inti ketuhanan dengan tauhid. Pendidikan tauhid ketika diterapkan dalam kehidupan sehari-hari tidak dapat meremehkan aspek antropo-sentris, sehingga dimensi pendidikan mencakup totalitas theo-antropo-sentris. Pembenaran aspek ketuhanan, atau theo-sentris sebelumnya, diambil dari sumber wahyu, sedangkan konsepsi tentang kesalahan dan kemanusiaan dicapai melalui sumber rasional. Secara singkat, seorang guru hadits al-Qur'an itu dapat menggabungkan materi dengan dimensi spiritual, fisik dengan spiritual, lahir dengan batin, sains dengan iman, dan duniawi dengan akhirat.
Pendidikan Keluarga dalam Al-Qur’an Srifariyati Srifariyati
Madaniyah Vol 6 No 2 (2016): 6 (2) Edisi Agustus 2016
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Pemalang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (275.479 KB)

Abstract

Ikatan perkawinan merupakan sarana pertama untuk membentuk keluarga. Baik dan buruknya keluarga ditentukan oleh bagaimana basis keluarga itu dibentuk. Keluarga juga bertanggung jawab atas keberlangsungan masing-masing anggotanya, baik tanggung jawab ekonomi, pendidikan, dan sebagainya. Tulisan ini membahas pendidikan keluarga dalam al Qur’an dengan kajian tafsir tematik dari berbagai literatur (library research). Dasar Pendidikan Keluarga dalam QS At Tahrim ayat 6 mempunyai pengertian bahwa pentingnya membina keluarga agar terhindar dari siksaan api neraka, tidak hanya semata-mata diartikan api neraka yang ada di akhirat nanti, melainkan termasuk pula berbagai masalah dan bencana yang menyedihkan, merugikan dan merusak citra pribadi seseorang. Metode yang digunakan dalam pendidikan adalah dengan menerapkan kedisiplinan. Disiplin adalah Kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan akan keputusan pemerintah atau peraturan yang berlaku. Disiplin dalam Islam sangat dianjurkan, misalnya dalam menjalankan sholat.
Manhaj Tafsir Jami’ Al-Bayan Karya Ibnu Jarir At-Thabari Srifariyati Srifariyati
Madaniyah Vol 7 No 2 (2017): 7 (2) Edisi Agustus 2017
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Pemalang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (181.417 KB)

Abstract

At-Thabari dipandang sebagai tokoh penting dalam jajaran mufasir klasik pasca tabi’i at-tabi’in lewat karya monumentalnya Jami’ al Bayan Fi Tafsir al-Qur’an di mana ia mampu memberikan nuansa baru dalam belantika penafsiran. Kitab ini memuat eksplorasi dan kekayaan sumber yang heterogen terutama dalam hal makna kata dan penggunaan bahasa arab. Tafsir ini sangat kental dengan riwayat-riwayat sebagai sumber penafsiran (ma’tsur) yang disandarkan pada pendapat dan pandangan para sahabat, tabi’in, tabi’it tabi’in melalui hadits yang mereka riwayatkan maupun riwayat-riwayat yang mu’tabar dari kalangan Yahudi dan Nashrani yang telah masuk Islam. Kitab ini juga didukung dengan nalar (ra’yu) untuk membangun pemahaman-pemahaman obyektifnya. Tafsir ini memiliki karakteristik tersendiri dengan tafsir-tafsir lainnya. Ia memuat analisis bahasa yang sarat dengan syair dan prosa Arab kuno, banyak qiraat, perdebataan isu-isu bidang kalam, dan diskusi seputar kasus-kasus hukum tanpa harus melakukan klaim kebenaran subjektifitasnya. Dalam menulis kitab ini, at-Thabari tidak menunjukkan sikap fanatisme madzhab atau alirannya. Salah satu contoh penafsirannya yang menunjukkan kema’tsuran kitab ini adalah dalam hal aborsi atau pembunuhan. Berdasarkan penjelasan at-Thabari dari ayat-ayat yang berkaitan dengan aborsi maka dapat dikatakan bahwa aborsi atau pembunuhan tanpa haq itu tidak diperbolehkan. Terlepas dari keunggulan kitab tafsir ini, sudah barang tentu at-Thabari sebagai manusia biasa memiliki kekurangan dan ketidak sempurnaan yang berimbas kepada buah karyanya tersebut. Seperti masih lolosnya beberapa kisah israiliyat yang turut mewarnai penafsirannya.
Prinsip Kepemimpinan dalam Perspektif Q.S. An-Nisa: 58-59 Srifariyati Srifariyati; Afsya Septa Nugraha
Madaniyah Vol 9 No 1 (2019): 9 (1) Edisi Januari 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Pemalang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (133.917 KB)

Abstract

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui prinsip kepemimpinan dalam perspektif QS. An-Nisa ayat 58-59. Ini adalah penelitian kualitatif menggunakan metode penelitian kepustakaan. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah QS. an-Nisa ayat 58-59 tentang kitab Alquran dan terjemahannya. Hasil penelitian ini tentang Prinsip-prinsip kepemimpinan dalam perspektif al-Qur'an, dapat dikatakan bahwa kepemimpinan Islam adalah "fitrah" untuk setiap manusia yang juga memotivasi kepemimpinan Islam. Konsep kepercayaan (amanah) yang diberikan kepada manusia sebagai khalifah dunia sebagai posisi sentral dalam kepemimpinan Islam. Jadi dalam hubungan ini, pemimpin (umara) dan mereka yang dipimpin (umat) harus sama-sama bertanggung jawab atas mandat yang mereka bawa. Mereka yang memiliki kekuasaan diperintahkan untuk menggunakan kekuatan mereka untuk memerintah rakyatnya secara adil. Kepemimpinan harus didasarkan pada keadilan, dijalankan dengan adil, dan menjunjung tinggi keadilan. Dapat dikatakan bahwa prinsip-prinsip kepemimpinan dalam QS. An-Nisa ayat 58 dapat dipercaya dan adil atau adil.
Strategi Pembelajaran Anak Usia Dini Berbasis Multiple Intelligence Yuliana Habibi; Srifariyati Srifariyati; Hafiedh Hasan; Muhamad Rifa'i Subhi
Madaniyah Vol 7 No 2 (2017): 7 (2) Edisi Agustus 2017
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Pemalang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (129.309 KB)

Abstract

Gardner menjelaskan bahwa kecerdasan adalah beberapa kemampuan yang dimiliki seseorang, yang tidak akan sama dengan kemampuan yang dimiliki orang lain, karena mereka memiliki banyak tipe, Gardner menyebutnya kecerdasan ganda. Pengembangan strategi pembelajaran dimaksudkan untuk memberikan paradigma alternatif dalam rangka mempersiapkan guru PAUD / TK / RA yang memiliki keterampilan khusus dalam pendidikan anak usia dini. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut tentang efektivitas strategi pembelajaran anak usia dini berdasarkan kecerdasan majemuk dikembangkan untuk meningkatkan kompetensi guru RA. Metode penelitian menggunakan eksperimen, yang melibatkan 116 guru RA di Kabupaten Pemalang. Analisis data menggunakan analisis statistik Paired Sample T-Test, yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas strategi pembelajaran berbasis AUD berdasarkan kecerdasan majemuk dalam meningkatkan kompetensi guru PAUD / TK / RA. Hasil penelitian menunjukkan signifikansi paired sample t-test 0,000 (<0,05) dengan nilai t 9,555. Dengan demikian, hasil analisis menunjukkan bahwa secara statistik, efektivitas strategi pembelajaran anak usia dini berdasarkan kecerdasan mulitple dalam meningkatkan kompetensi guru RA diuji.
Etos Kerja dalam Perspektif As-Sunnah Muntoha Muntoha; Srifariyati Srifariyati
Madaniyah Vol 6 No 2 (2016): 6 (2) Edisi Agustus 2016
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Pemalang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1124.893 KB)

Abstract

Al Qur'an dan Hadits merupakan sumber ajaran Islam di dalamnya terdapat ajaran untuk beramal dan bekerja keras yang dinashkan dalam kalimat amal as shalihat, dan dorongan bekerja yang terdapat dalam Al Qur'an dan Hadits. Etos kerja bermakna semangat kerja mencakup segala bentuk amalan atau pekerjaan yang mempunyai unsur kebaikan. Ciri utama etos kerja dalam Islam adalah terpenuhi empat syarat yaitu, mencari kekayaan dunia dengan cara halal, tidak meminta-minta, untuk mencukupi kebutuhan keluarga, dan belas kasih kepada tetangga. Dalam etos kerja terdapat etika yang patut dikhayati dan diamalkan, yaitu : Amanah, jujur, as-shalah, al-itqan, al-ihsan, al-mujahadah, tanafus dan ta'awun. Rasulullah saw menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan. Bekerja adalah manifestasi amal saleh dan merupakan ibadah. maka ada dua syarat yang dapat dijadikan ukuran bekerja sebagai ibadah. Pertama, benar dari aspek niatnya. Kedua, benar dalam aspek pelaksanaan yaitu cara melaksakan pekerjaannya. Dalam Islam kerja adalah ukuran derajat, ukuran nilai seseorang. Oleh karena itu, bagi seorang muslim, hidup ini adalah kerja. Dia harus mengisi hidup ini dengan kerja yang baik "amal shalih". Masing-masing orang akan memperoleh derajat dengan apa yang dikerjakannya. dan Allah tidak lengah dari apa yang kita kerjakan. Ingatlah bahwa Allah tidak akan mengubah nasib manusia sebelum manusia mengubah apa yang ada pada dirinya. Maka bangsa Indonesia dan umat Islam khususnya tidak punya pilihan selain bekerja keras mengejar kemajuan dan meningkatkan kualitas sumber daya umat dan bangsa Indonesia.