Ruang-ruang publik khususnya di perkotaan hampir di seluruh wilayah di Indonesia banyak diramaikan oleh pemasangan berbagai bentuk iklan. Baik itu iklan komersial yang menawarkan berbagai produk, maupun iklan-iklan yang berbau politik. Terlebih pada akhir tahun 2015 Indonesia menggelar pilkada serentak, tepatnya pada 9 Desember 2015. Lebih dari 200 daerah akan melakukan pemilihan kepala daerah (Pilkada), baik di tingkat kabupaten maupun tingkat propinsi. Tidak mengherankan bila di sepanjang jalan, di ruang-ruang publik mata dipaksa melihat iklan pilkada yang berbentuk baliho, spanduk, maupun poster. Dalam kajian ini digunakan visual methodologis dari Gillian Rose (2001) untuk mengkaji dengan mencermati objek material berupa iklan politik pilkada melalui sisi produksi, karya iklan itu sendiri, dan masyarakat yang mengkonsumsi. Fotografi menjadi salah satu elemen penting dalam iklan pilkada, dimana foto dilihat dari fungsinya adalah untuk membantu memperjelas dan memperteguh isi pesan iklan. Foto yang berupa sosok/seseorang calon kepala dan wakil kepala daerah selain merangsang perhatian pembaca, dan bisa juga hanya sebagai elemen visual saja. Dalam kasus iklan pilkada ini, penulis tertarik dengan hadirnya foto-foto tokoh yang terpampang pada baliho atau pada media luar ruang yang lain. Bertolak dari tampilnya tokoh tersebut ada hal yang menarik bila dicermati dari sisi fotografi khususnya dari sisi portraiture photography, yang bisa dilihat dari sisi ide, teknis, dan estetikanya. Selain itu juga bisa dlihat dari sisi psychophotography yaitu ditengarai adanya sifat narsis atau narsistik dari tampilnya sosok gambar/foto wajah kandidat yang memiliki rasa percaya diri yang sangat tinggi dan juga rasa ingin dikagumi oleh orang lain.
Copyrights © 2015