Artikel ini mengkaji strategi politik terbuka Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam memenangkan persaingan pemilihan gubernur dan wakil gubernur di Provinsi Riau pada tahun 2018. PKS dan partai koalisinya saat itu mengusung pasangan Syamsuar-Edy Natar. PKS melakukan sejumlah strategi politik untuk memenangkan persaingan tersebut, yaitu mobilisasi massa, optimalisasi koalisi partai, pemberdayaan politik, dan strategi komunikasi politik. Artikel ini berargumen bahwa untuk memenangkan persaingan politik, PKS membangun pragmatisme politik dengan menggunakan strategi politik terbuka dalam sistem politik demokrasi di Indonesia. Karena itu, anggapan bahwa PKS menganut ideologi Islam politik yang tertutup dan hanya menunggangi sistem demokrasi adalah kurang tepat. Sebagai partai Islam terbesar di Indonesia, PKS berhasil membuktikan bahwa pragmatisme politik melalui strategi politik terbuka menjadi kunci penopang keberhasilannya dalam persaingan politik di Indonesia. By the 2019 General Election, which took place in 17 April 2019, political parties competed each other to attract voters, especially from late adolescents (aged 18-21). This article analyses the relationship between political trust and intention to vote among the late adolescent voters. Focusing its analysis on students at a university in Surabaya, this article uses a quantitative method with correlational research design. The subject of this study was 214 active students. Using accidental sampling as the sampling method, data were collected through questionnaire and analysed through Spearman’s rho correlation test. The results of this study show that political trust had a positive correlation with voting intention among the late adolescents as seen in the case of university students in Surabaya.
Copyrights © 2020