Bahasa atau teks adalah salah satu unsur pembentuk dari arsitektur nusantara. Sebagai salah satu bentuk pengetahuan arsitektur nusantara dapat dipahami dari aspek fisik, naskah tertulis dan naskah lisan. Cara yang biasa dilakukan untuk menyampaikan pengetahuan dalam konteks kelisanan adalah melakukan perbincangan atau dengan rupa cerita yang berupa mitos atau legenda. Ungkapan kelisanan tersebut berpotensi sebagai rekaman pengetahuan. Tradisi lisan bisa digunakan sebagai strategi desain dalam mengeksplorasi arsitektur nusantara dengan melakukan pemalihan/transformasi. Dalam proses transformasi dilakukan tiga tahap antara lain pemalihan tradisional, peminjaman dan dekomposisi. Pemalihan tradisional dilakukan pada tahap awal perancangan dengan memperhatikan norma, filosofi dan tradisi lisan. Tahap selanjutnya yaitu dilakukan peminjaman dengan meminjam bentukan dan ruangan dari bangunan dengan arsitektur modern. Terakhir adalah mendekomposisikan menjadi sesuatu yang baru. Tujuan dari penelitian ini adalah menemukan langkah langkah yang paling tepat untuk mengolah desain arsitektur nusantara melalui tradisi lisan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif dengan pengumpulan data melalui studi literature. Pemilihan sampel dilakukan secara purposive sample (bertujuan) pada obyek museum Purna Bhakti Pertiwi dan Tugu Monas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua obyek tersebut menggunakan tradisi lisan dengan metode interpretasi dan transformasi.
Copyrights © 2020