Gempa bumi dengan kekuatan 7,0 SR yang terjadi bulan Agustus 2018 lalu di Lombok, Nusa Tenggara Barat merupakan kejadian traumatis bagi para penyintasnya. PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder) merupakan gangguan psikologi yang paling sering terjadi. Untuk mengurangi trauma, maka trauma harus diproses melalui pemaknaan sensori. Salah satu intervensi psikoterapi dapat membantu pengekspresian memori sensori adalah psikoterapi seni yang dikenal sebagai Art Therapy. Dalam penerapannya, pendekatan person-centered dapat mendukung individu untuk berkembang dan mencapai potensi penuh dirinya sendiri hingga terjadi proses healing. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui efektivitas Person-Centered Art Therapy untuk mengurangi simtom PTSD pada penyintas bencana gempa di Lombok. Subjek dalam penelitian ini adalah empat orang wanita di Dusun Semokan, Desa Batu Rakit, Lombok Utara yang dipilih melalui purposive sampling. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah concurrent embedded approach. Intervensi diberikan secara individual terhadap masing-masing subjek selama lima sesi berdasarkan konsep Creative Connection Process dari Natalie Rogers (1993). Sebelum dan setelah sesi intervensi diberikan, peneliti melakukan pre- dan post-test menggunakan PTSD Symptom Scale yang sudah diuji reliabilitas serta validitasnya oleh Eka Susanty di tahun 2012 dan juga panduan wawancara yang disusun berdasarkan simtom-simtom PTSD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian intervensi Person-Centered Art Therapy dapat menurunkan simtom PTSD pada keempat subjek penelitian. Creative Connection Process yang digunakan dalam penyusunan tema di dalam setiap sesi intervensi, membantu memfasilitasi subjek untuk bisa mengekspresikan diri dengan menyampaikan apa yang dirasakan dan dialami secara terbuka, serta memfasilitasi subjek untuk lebih mengenali dan memahami dirinya sendiri.
Copyrights © 2020