Indonesia sebagai negara yang terletak di wilayah garis Khatulistiwa memiliki potensi penyinaran 12 jam setiap hari sepanjang tahun. Semakin menipisnya cadangan minyak bumi membuat manusia harus mencari energi yang terbaharukan. Matahari merupakan sumber energi yang potensial bagi kebutuhan manusia, dimana energi tersebut bisa didapat dari panas yang merambat sampai permukaan bumi, atau cahaya yang jatuh sampai permukaan bumi. Salah satu ilmuwan yang pernah merancang penelitian terkait sebelumnya ialah Lorenzo Eduardo yang menjelaskan tentang sel surya dapat beroperasi secara maksimum jika temperatur sel tetap normal (pada 25 °C), kenaikan temperatur lebih tinggi dari temperatur normal pada sel akan menurunkan nilai tegangan (Voc). Setiap kenaikan temperatur sel surya 10 Celsius (dari 25 °C) akan berkurang sekitar 0,4 % pada total tenaga yang dihasilkan atau akan melemah dua kali (2x) lipat untuk kenaikan temperatur Sel per 10 °C. Teknik analisis yang dilakukan secara kuantitatif (manual) dengan perancangan yang mensimulasikan beberapa jenis sel surya dan ditarik kesimpulan yang cukup efisien dalam konsumsi energinya. Perhitungan massa total melibatkan massa pengendara, baterai dsb. Lalu perhitungan gaya total dengan meliputi gaya aerodinamik dan gaya menggelinding yang nantinya akan digunakan untuk menghitung torsi. Setelah didapat nilai torsi, maka mulai perhitungan daya dan energi yang dikonsumsi dan efisiensi storage sebagai pemasok listrik. untuk setiap 1 kWh pada panel surya tipe J-Feather dapat menempuh jarak 134,66 km, pada panel surya tipe J-Leaf dapat menempuh jarak 134,06 km dan pada panel surya tipe konvensional dapat menempuh jarak 132,57 km. Meskipun cukup efisien dalam menghasilkan daya, persentase tipe J-Feather cukup kecil dibandingkan tipe lainnya.
Copyrights © 2020